MEDAN - Ketua Umum PSSI, Prof Djohar Arifin Husin, menanggapi positif adanya wacana merger PSMS Medan dengan salah satu tim milik pengusaha muda asal Sumut, Sihar Sitorus, yakni Medan Chiefs.
Menurut Djohar, larangan penggunaan dana APBD untuk tim sepakbola pada 2012 mendatang menjadikan wacana penggabungan seperti ini sebagai solusi tepat. Maklum saja karena tidak mungkin sebuah tim bisa eksis tanpa adanya sokongan dana.
"Saya berharap pengurus maupun suporter fanatik PSMS bisa realistis melihat kondisi yang ada. Sebab, dengan melakukan merger, sudah pasti dana operasional tim selama mengikuti kompetisi bisa teratasi," kata Djohar, Jumat.
Ditambahkan, sebagai mantan pemain PSMS, Djohar sangat ingin melihat mantan timnya yang dijuluki Ayam Kinantan tersebut menemukan kejayaan dan berkokok kembali seperti di masa jayanya.
"Secara kebetulan, ada pihak yang ingin membantu pendanaan. Kenapa tidak kita terima? Lupakan masa lalu dan hentikan sikap saling menghujat. Mari kita tatap masa depan tim yang lebih baik," pesan Djohar.
Secara terpisah, Sekretaris Umum PSMS, Idris SE, memastikan pihaknya sangat welcome dengan siapa saja yang berniat membantu pendanaan tim, termasuk dengan wacana merger seperti yang ramai diberitakan akhir-akhir ini.
"Bagi kami, merger tidak masalah selama tidak mengubah nama PSMS Medan yang sudah menjadi ciri khas tim kebanggaan warga Sumut. Tapi saya melihat, Sihar (Sitorus) tidak serius terjun ke sepakbola berdasarkan pengalaman sebelumnya," ketus Idris.
Jika memang serius untuk melakukan merger, masih kata Idris, pihaknya ingin segera direalisasikan dan bukan hanya sekadar wacana yang terus berkembang. Tentunya dengan terlebih dahulu melakukan pertemuan untuk membuat kesepakatan bersama.
Selain Medan Chiefs, PSMS juga memiliki opsi lain dalam urusan merger. Hal ini mengingat Wali Kota Medan, Rahudman Harahap, mendukung upaya penggabungan PSMS dengan Bintang Medan yang berkiprah di Liga Primer Indonesia (LPI).
"Merger dengan Bintang Medan akan baik untuk sepakbola daerah kita. Tapi kalau ini terjadi, pastikan manajemennya dikelola secara profesional dengan SDM yang kompeten dan memang pantas," kata Rahudman kepada Regional Vice President for Business LPI, Avian Tumengkol, beberapa waktu lalu.
Avian mengungkapkan turut mendukung langkah merger kedua klub itu karena justru bisa menjadi kekuatan dan semangat baru dalam sepakbola daerah di Medan. Kedua klub PSMS dan Bintang Medan, menurut Avian, akan memiliki kekuatan yang ideal dan disegani tim pesaing lainnya.
Kumpulan Berita Tentang PSMS Medan Teruskan Perjuangan MU PSMS Medan "Koe" Dukung Terus PSMS Medan ....
Saturday, July 30, 2011
Permasalahan gaji PSMS ada titik terang
Permasalahan terlambatnya gaji skuad PSMS Medan 2010/2011 tampaknya mulai menemui titik terang. Rapat tertutup KONI Medan dengan pengurus Ayam Kinantan di Sekretariat KONI Medan baru-baru ini menghasilkan kesepakatan akan segera dituntaskannya gaji pemain.
Rapat tersebut dihadiri beberapa unsur pengurus PSMS yakni Freddy Hutabarat, Benny Tomasoa, Julius Raja dan Idris serta Ketua KONI Medan, Zulhifzi Lubis. Rapat tersebut membicarakan beberapa masalah yang selama ini terjadi di tubuh PSMS di antaranya permasalahan gaji. Menurut Sekretaris Umum PSMS, Idris SE, pihaknya belum mendapat sisa dana dari APBD 2011 yang diberikan bertahap.
“Dana APBD kan diberikan bertermin (bertahap-red). Dana itu belum cair seluruhnya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa segera cair. Tadi kami sudah bersepakat dengan KONI Medan agar masalah ini cepat selesai,” ujar Idris.
Menurut Idris, ia tak berniat menahan-nahan hak pemain. Namun pada kenyataannya pihaknya tidak memiliki dana karena belum cairnya sisa hibah APBD.
“Ngapain pula kami tahan-tahan hak orang? Dari awal pembentukan tim saja tidak punya dana. Dana awalnya baru cair bulan Maret, sementara saat itu sudah masuk putaran kedua. Sebelumnya uang darimana?” tanyanya.
Selama ini kabar simpang siur mengatakan dana APBD 2011 sebesar Rp7 miliar sudah seluruhnya diberikan kepada PSMS. Hal itu yang membuat pemain nekat mengadu ke KONI Medan.
Selain itu menurut sumber lain, KONI Medan enggan menuntaskan sisa dana pembayaran karena pengurus belum mampu memberikan laporan dari anggaran yang sebelumnya sudah cair.
“Dananya memang belum ada sama kami. Jadi mau dibilang apa lagi. Dana itu belum dicairkan KONI Medan. Tapi itu akan segera tuntas biar tidak ada lagi ribut-ribut,” ujar mantan Asisten Manajer PSMS, Benny Tomasoa.
Rapat tersebut dihadiri beberapa unsur pengurus PSMS yakni Freddy Hutabarat, Benny Tomasoa, Julius Raja dan Idris serta Ketua KONI Medan, Zulhifzi Lubis. Rapat tersebut membicarakan beberapa masalah yang selama ini terjadi di tubuh PSMS di antaranya permasalahan gaji. Menurut Sekretaris Umum PSMS, Idris SE, pihaknya belum mendapat sisa dana dari APBD 2011 yang diberikan bertahap.
“Dana APBD kan diberikan bertermin (bertahap-red). Dana itu belum cair seluruhnya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa segera cair. Tadi kami sudah bersepakat dengan KONI Medan agar masalah ini cepat selesai,” ujar Idris.
Menurut Idris, ia tak berniat menahan-nahan hak pemain. Namun pada kenyataannya pihaknya tidak memiliki dana karena belum cairnya sisa hibah APBD.
“Ngapain pula kami tahan-tahan hak orang? Dari awal pembentukan tim saja tidak punya dana. Dana awalnya baru cair bulan Maret, sementara saat itu sudah masuk putaran kedua. Sebelumnya uang darimana?” tanyanya.
Selama ini kabar simpang siur mengatakan dana APBD 2011 sebesar Rp7 miliar sudah seluruhnya diberikan kepada PSMS. Hal itu yang membuat pemain nekat mengadu ke KONI Medan.
Selain itu menurut sumber lain, KONI Medan enggan menuntaskan sisa dana pembayaran karena pengurus belum mampu memberikan laporan dari anggaran yang sebelumnya sudah cair.
“Dananya memang belum ada sama kami. Jadi mau dibilang apa lagi. Dana itu belum dicairkan KONI Medan. Tapi itu akan segera tuntas biar tidak ada lagi ribut-ribut,” ujar mantan Asisten Manajer PSMS, Benny Tomasoa.
Tiga pengusaha minat danai PSMS
MEDAN - Peraturan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) menyoal pelarangan APBD untuk klub sepakbola tanah air yang akan diterapkan tahun 2012 mendatang, membuat PSMS Medan berpikir mencari sumber pendanaan lain. Kabarnya, sudah ada tiga pengusaha Jakarta yang berminat mendanai Ayam Kinantan untuk musim depan.
Tiga pengusaha itu, menurut kabar, sudah melakukan pembicaraan serius dengan pengurus PSMS. Ketiganya pun merupakan orang Medan yang saat ini tengah berdomisili di Jakarta.
“Ada tiga pengusaha yang kami lobi, ketiganya merupakan pengusaha keturunan Medan dan memiliki usaha di Jakarta. Kami sudah tiga kali bertemu dengan mereka,” ujar Sekretaris Umum PSMS, Idris SE, usai rapat pengurus PSMS dengan KONI Medan di Kompleks Stadion Teladan malam ini kepada Waspada Online.
Namun Idris tak mau membeberkan nama-namanya. Pasalnya, ia khawatir saat namanya muncul di media, pengusaha tersebut menarik diri. “Nantilah, kalau sudah 10 kali ketemu baru enak. Saat ini belum bisa dikatakan berapa persen peluang mendapatkan salah satu pengusaha itu. Tapi ketiganya terkenal, karena pengusaha hebat dan berdarah Medan,” sebutnya.
Mengenai Nirwan Bakrie yang diwacanakan sebagai salah satu nama calon investor itu, Idris membantah. “Kita tidak pernah melalukan lobi dengannya. Tapi kalau memang berminat, bisa jadi kita lobi. Toh, ia juga bukan berasal dari Medan,” tukas Idris yang sempat keceplosan menyebutkan pengusaha tersebut kemungkinan berasal dari Ujung Pandang.
Mantan manajer PSMS ini mengungkapkan klub Ayam Kinantan itu memerlukan dana anggaran Rp12 miliar untuk kompetisi mendatang. Soal isu merger, menurutnya PSMS sepakat tidak memilih opsi tersebut.
“Namun jika harus dilakukan dan menjadi keputusan PSSI, kami ingin PSMS tidak diganti dengan nama lain. Saya setuju merger, asal nama PSMS dan jati diri Kinantan tetap dipertahankan,” ungkapnya.
Dalam rapat pengurus PSMS dan KONI Medan, turut dibahas soal pembayaran gaji pemain yang masih tertunda. Selain Idris, pengurus PSMS yang hadir di antaranya Freddy Hutabarat, Benny Tomasoa, dan Julius Raja serta Ketua KONI Medan, Zulhifzi Lubis.
Terkait kasus suap di babak delapan besar lalu, pengurus mengutarakan tetap membuka kembali kasus dugaan suap tersebut. Idris menambahkan pihaknya menemukan bukti baru ketika 23 Juli lalu, ada pemain yang melapor dan memperkuat dugaan suap itu.
Tiga pengusaha itu, menurut kabar, sudah melakukan pembicaraan serius dengan pengurus PSMS. Ketiganya pun merupakan orang Medan yang saat ini tengah berdomisili di Jakarta.
“Ada tiga pengusaha yang kami lobi, ketiganya merupakan pengusaha keturunan Medan dan memiliki usaha di Jakarta. Kami sudah tiga kali bertemu dengan mereka,” ujar Sekretaris Umum PSMS, Idris SE, usai rapat pengurus PSMS dengan KONI Medan di Kompleks Stadion Teladan malam ini kepada Waspada Online.
Namun Idris tak mau membeberkan nama-namanya. Pasalnya, ia khawatir saat namanya muncul di media, pengusaha tersebut menarik diri. “Nantilah, kalau sudah 10 kali ketemu baru enak. Saat ini belum bisa dikatakan berapa persen peluang mendapatkan salah satu pengusaha itu. Tapi ketiganya terkenal, karena pengusaha hebat dan berdarah Medan,” sebutnya.
Mengenai Nirwan Bakrie yang diwacanakan sebagai salah satu nama calon investor itu, Idris membantah. “Kita tidak pernah melalukan lobi dengannya. Tapi kalau memang berminat, bisa jadi kita lobi. Toh, ia juga bukan berasal dari Medan,” tukas Idris yang sempat keceplosan menyebutkan pengusaha tersebut kemungkinan berasal dari Ujung Pandang.
Mantan manajer PSMS ini mengungkapkan klub Ayam Kinantan itu memerlukan dana anggaran Rp12 miliar untuk kompetisi mendatang. Soal isu merger, menurutnya PSMS sepakat tidak memilih opsi tersebut.
“Namun jika harus dilakukan dan menjadi keputusan PSSI, kami ingin PSMS tidak diganti dengan nama lain. Saya setuju merger, asal nama PSMS dan jati diri Kinantan tetap dipertahankan,” ungkapnya.
Dalam rapat pengurus PSMS dan KONI Medan, turut dibahas soal pembayaran gaji pemain yang masih tertunda. Selain Idris, pengurus PSMS yang hadir di antaranya Freddy Hutabarat, Benny Tomasoa, dan Julius Raja serta Ketua KONI Medan, Zulhifzi Lubis.
Terkait kasus suap di babak delapan besar lalu, pengurus mengutarakan tetap membuka kembali kasus dugaan suap tersebut. Idris menambahkan pihaknya menemukan bukti baru ketika 23 Juli lalu, ada pemain yang melapor dan memperkuat dugaan suap itu.
PSMS Dekati Pengusaha Lokal
Pengelolaan PSMS musim depan kabarnya bakal beralih ke pihak non Pemko Medan. Konon ada pengusaha yang siap mengelola PSMS tanpa APBD. Isu ini sudah berkembang beberapa pekan belakangan.
Dan pada pertemuan antara Pengurus PSMS dan KONI Medan kemarin, dibuka kembali kemungkinan pengambil-alihan kelola PSMS. Sekum merangkap Manajer PSMS musim lalu, Idris menyebut ada tiga pengusaha berdarah Medan yang sedang dilobi. Tapi Idris belum berani sesumbar tentang profil pengusaha dimaksud. “Masih tahap lobi. Memang yang bakal kelola pengusaha beradarah Medan tapi punya usaha di Jakarta,” kata Idris usai rapat di KONI Medan Jalan Stadion Teladan kemarin.
“Kami baru tiga kali ketemu, jadi belum bisa sebutkan nama. Takutnya dia nanti mundur. Butuh waktu lebih lanjut untuk proses lobi,” tambah Idris.
Soal anggaran satu musim, Idris menyatakan PSMS butuh setidaknya Rp12 miliar. Tapi itu juga harus tahu sistem kompetisi yang akan digulirkan musim depan. “Apakah memang murni tanpa APBD? Makanya kita juga masih menanti konsep kompetisi musim depan,” lanjutnya.
Lalu bagaimana soal isu digabungnya Bintang Medan ke PSMS? Pria berkumis ini menjawab tidak ingin hal itu terjadi apalagi harus mengganti nama PSMS, jika merger benar-benar terjadi. “Kalau memang harus merger, jati diri PSMS harus dipertahankan. Jangan ada pergantian nama atau hal lain terkait PSMS,” harapnya.
Kembali ke pengelolaan musim depan, ada juga kabar dari sumber terpecaya bahwa calon pengelola PSMS musim depan berasal dari Labura. Hal itu sudah hampir pasti, karena lobi tingkat tinggi yang dilakukan Wali Kota Medan, Rahudman Harahap dibantu Dzulhifzi Lubis selaku Ketua KONI Medan. Ya, sepanjang SK Rahudman sebagai Ketua Umum PSMS belum turun, KONI Medan memang ditugasi khusus untuk membantu pengelolaan PSMS.
Pada pertemuan itu juga dibahas soal pembayaran gaji pemain. Tapi tidak rinci, padahal para pemain musim lalu sudah tak sabar ingin menerima hasil keringatnya. Pengurus PSMS yang datang pada rapat itu antara lain Idris, Fredy Hutabarat, Benny Tomasoa dan Julius Raja. Sementara dari KONI Medan langsung diwakili Dzulhifzi Lubis.
Yang menarik adalah ancaman pengurus untuk kembali membuka kasus suap pada laga Delapan Besar Divisi Utama kontra Persiba Bantul. Padahal awalnya pengurus sendiri yang sudah menutup kasus itu dengan alasan tidak ada bukti. Atas ancaman ini, beredar kabar pengurus ingin balas dendam kepada pemain karena terus mendesak pengurus melunasi gaji mereka, bahkan hingga mengadu ke KONI Medan.
Tapi hal itu dibantah Benny Tomasoa Asisten Manajer PSMS musim lalu, yang awalnya juga mengaku sudah mengundurkan diri. Namun tiba-tiba Benny kembali mengurusi PSMS belakangan ini.
“Tidak ada kaitan dengan pemain yang meminta gaji mereka hingga ke KONI Medan. Itu hak mereka. Yang jelas kami menemukan fakta baru terkait isu suap itu,” bela Benny. “Kemarin belum ada bukti kuat, jadi hal itu bisa jadi fitnah. Kini ketika ada temuan baru kita akan dalami lagi,” sambung Pria berdarah Ambon itu.
Tampaknya pengurus serius mencari bukti baru soal suap itu, pasalnya perwakilan dari SMeCK Hooligan lewat Nata Simangunsong, dan Ketua KONI Medan, Dzulhifzi Lubis dilibatkan dalam investigasi baru itu. (ful/sumutpos)
Dan pada pertemuan antara Pengurus PSMS dan KONI Medan kemarin, dibuka kembali kemungkinan pengambil-alihan kelola PSMS. Sekum merangkap Manajer PSMS musim lalu, Idris menyebut ada tiga pengusaha berdarah Medan yang sedang dilobi. Tapi Idris belum berani sesumbar tentang profil pengusaha dimaksud. “Masih tahap lobi. Memang yang bakal kelola pengusaha beradarah Medan tapi punya usaha di Jakarta,” kata Idris usai rapat di KONI Medan Jalan Stadion Teladan kemarin.
“Kami baru tiga kali ketemu, jadi belum bisa sebutkan nama. Takutnya dia nanti mundur. Butuh waktu lebih lanjut untuk proses lobi,” tambah Idris.
Soal anggaran satu musim, Idris menyatakan PSMS butuh setidaknya Rp12 miliar. Tapi itu juga harus tahu sistem kompetisi yang akan digulirkan musim depan. “Apakah memang murni tanpa APBD? Makanya kita juga masih menanti konsep kompetisi musim depan,” lanjutnya.
Lalu bagaimana soal isu digabungnya Bintang Medan ke PSMS? Pria berkumis ini menjawab tidak ingin hal itu terjadi apalagi harus mengganti nama PSMS, jika merger benar-benar terjadi. “Kalau memang harus merger, jati diri PSMS harus dipertahankan. Jangan ada pergantian nama atau hal lain terkait PSMS,” harapnya.
Kembali ke pengelolaan musim depan, ada juga kabar dari sumber terpecaya bahwa calon pengelola PSMS musim depan berasal dari Labura. Hal itu sudah hampir pasti, karena lobi tingkat tinggi yang dilakukan Wali Kota Medan, Rahudman Harahap dibantu Dzulhifzi Lubis selaku Ketua KONI Medan. Ya, sepanjang SK Rahudman sebagai Ketua Umum PSMS belum turun, KONI Medan memang ditugasi khusus untuk membantu pengelolaan PSMS.
Pada pertemuan itu juga dibahas soal pembayaran gaji pemain. Tapi tidak rinci, padahal para pemain musim lalu sudah tak sabar ingin menerima hasil keringatnya. Pengurus PSMS yang datang pada rapat itu antara lain Idris, Fredy Hutabarat, Benny Tomasoa dan Julius Raja. Sementara dari KONI Medan langsung diwakili Dzulhifzi Lubis.
Yang menarik adalah ancaman pengurus untuk kembali membuka kasus suap pada laga Delapan Besar Divisi Utama kontra Persiba Bantul. Padahal awalnya pengurus sendiri yang sudah menutup kasus itu dengan alasan tidak ada bukti. Atas ancaman ini, beredar kabar pengurus ingin balas dendam kepada pemain karena terus mendesak pengurus melunasi gaji mereka, bahkan hingga mengadu ke KONI Medan.
Tapi hal itu dibantah Benny Tomasoa Asisten Manajer PSMS musim lalu, yang awalnya juga mengaku sudah mengundurkan diri. Namun tiba-tiba Benny kembali mengurusi PSMS belakangan ini.
“Tidak ada kaitan dengan pemain yang meminta gaji mereka hingga ke KONI Medan. Itu hak mereka. Yang jelas kami menemukan fakta baru terkait isu suap itu,” bela Benny. “Kemarin belum ada bukti kuat, jadi hal itu bisa jadi fitnah. Kini ketika ada temuan baru kita akan dalami lagi,” sambung Pria berdarah Ambon itu.
Tampaknya pengurus serius mencari bukti baru soal suap itu, pasalnya perwakilan dari SMeCK Hooligan lewat Nata Simangunsong, dan Ketua KONI Medan, Dzulhifzi Lubis dilibatkan dalam investigasi baru itu. (ful/sumutpos)
Thursday, July 14, 2011
Pengurus harus serius pulangkan Sakti cs
Kondisi PSMS yang tengah terpuruk saat ini, membuat publik Medan berharap Ayam Kinantan dapat kembali diperkuat mantan pemainnya. Nama-nama seperti Saktiawan Sinaga, Fadly Hariri, Mahyadi Panggabean, dan beberapa pemain lain yang kini berkiprah di luar Medan diharapkan kembali.
Harapan itu coba dijawab salah satu mantan pemainnya, Fadli Hariri. Fadli yang turut hadir pada perayaan ulang tahun ketiga PSMS Medan Fans Club (PFC) baru-baru ini mengatakan dua musim kebersamaannya di PSMS Medan membuatnya tidak pernah lupa kepada klub yang telah membesarkannya itu.
“Tahun 2006 saya di PSMS, lalu 2008. Sebenarnya saya ingin terus bersama PSMS tapi mungkin takdir yang mengharuskan saya harus ke klub lain. Sebagai tim besar, tempat PSMS sebenarnya bukan di Divisi Utama, tetapi di liga super sebagai kasta tertinggi sepakbola di tanah air,” ujar pemain yang kini masih terikat kontrak dengan PSM Makassar ini.
Selain itu dia menyatakan, minimnya mantan pemain yang ingin kembali bermain ke PSMS Medan terjadi bukan karena pemain telah melupakan PSMS Medan. Namun lantaran kurangnya pendekatan dari pengurus PSMS.
“Bukan karena pemain mata duitan, tapi karena kurangnya pendekatan kepada pemain. Kalau memang pemain sebagai anak dirangkul oleh manajer, saya yakin pemain Medan itu akan kembali bermain di PSMS. Karena saya pikir, tidak ada pemain Medan yang tidak mau bermain di PSMS,” paparnya.
Pekan lalu beberapa mantan pemain PSMS seperti Saktiawan Sinaga, Fadli Hariri, Jecky Pasarella, Wijay, Usman Pribadi, dan lainnya sempat bereuni di Stadion Teladan pada laga eksibisi kontra tim Pra PON Sumut.
Harapan itu coba dijawab salah satu mantan pemainnya, Fadli Hariri. Fadli yang turut hadir pada perayaan ulang tahun ketiga PSMS Medan Fans Club (PFC) baru-baru ini mengatakan dua musim kebersamaannya di PSMS Medan membuatnya tidak pernah lupa kepada klub yang telah membesarkannya itu.
“Tahun 2006 saya di PSMS, lalu 2008. Sebenarnya saya ingin terus bersama PSMS tapi mungkin takdir yang mengharuskan saya harus ke klub lain. Sebagai tim besar, tempat PSMS sebenarnya bukan di Divisi Utama, tetapi di liga super sebagai kasta tertinggi sepakbola di tanah air,” ujar pemain yang kini masih terikat kontrak dengan PSM Makassar ini.
Selain itu dia menyatakan, minimnya mantan pemain yang ingin kembali bermain ke PSMS Medan terjadi bukan karena pemain telah melupakan PSMS Medan. Namun lantaran kurangnya pendekatan dari pengurus PSMS.
“Bukan karena pemain mata duitan, tapi karena kurangnya pendekatan kepada pemain. Kalau memang pemain sebagai anak dirangkul oleh manajer, saya yakin pemain Medan itu akan kembali bermain di PSMS. Karena saya pikir, tidak ada pemain Medan yang tidak mau bermain di PSMS,” paparnya.
Pekan lalu beberapa mantan pemain PSMS seperti Saktiawan Sinaga, Fadli Hariri, Jecky Pasarella, Wijay, Usman Pribadi, dan lainnya sempat bereuni di Stadion Teladan pada laga eksibisi kontra tim Pra PON Sumut.
Keljtes prihatin nasib PSMS
MEDAN - Kondisi finansial PSMS Medan yang buruk berujung pada terganjalnya pelunasan hak-hak pemain. Hal itu yang membuat para pemain berang dan bahkan mengancam melaporkannya ke FIFA. Ternyata kabar ini juga sampai ke telinga Rudy Keltjes. Ia merasa prihatin dengan kondisi PSMS saat ini.
“Saya dengar PSMS sedang ada dalam masalah ya? Bahkan sampai ada yang bilang mau dilaporkan ke FIFA. Saya harap masalah ini cepat selesai,” ujarnya.
Meski dikenal lama membesut Persebaya Surabaya, Keltjes juga sempat melatih PSMS Medan. Meskipun bukan kenangan yang manis baginya. Pertama kali di ISL 2008/2009, Ia yang memegang jabatan pelatih kepala saat PSMS terjerembab degradasi.
Musim lalu saat kembali dipercaya mengganti Zulkarnain Pasaribu, kebersamaanya hanya bertahan satu laga menyusul kekalahan kandang atas Persih Tembilahan. Kenangan yang kelam bersama PSMS tak lantas membuatnya lupa pada klub berlambang daun tembakau itu. Diakuinya PSMS merupakan klub besar dan punya pemain-pemain yang hebat.
“Sangat disayangkan jika PSMS saat ini terpuruk. Saya harap para pengurus PSMS segera dapat menyelesaikan masalah ini. Apalagi PSMS adalah tim yang berprestasi,” tukas mantan pemain Niac Mitra ini.
Belum terealisasinya pelunasan hak para pemain PSMS berupa gaji selama ini menjadi permasalahan. Para pemain yang bosan dengan janji-janji mengancam akan melaporkan pengurus PSMS ke Polisi. Sementara para legiun asing seperti Vagner Luis mengatakan akan membuat laporan ke FIFA.
“Saya dengar PSMS sedang ada dalam masalah ya? Bahkan sampai ada yang bilang mau dilaporkan ke FIFA. Saya harap masalah ini cepat selesai,” ujarnya.
Meski dikenal lama membesut Persebaya Surabaya, Keltjes juga sempat melatih PSMS Medan. Meskipun bukan kenangan yang manis baginya. Pertama kali di ISL 2008/2009, Ia yang memegang jabatan pelatih kepala saat PSMS terjerembab degradasi.
Musim lalu saat kembali dipercaya mengganti Zulkarnain Pasaribu, kebersamaanya hanya bertahan satu laga menyusul kekalahan kandang atas Persih Tembilahan. Kenangan yang kelam bersama PSMS tak lantas membuatnya lupa pada klub berlambang daun tembakau itu. Diakuinya PSMS merupakan klub besar dan punya pemain-pemain yang hebat.
“Sangat disayangkan jika PSMS saat ini terpuruk. Saya harap para pengurus PSMS segera dapat menyelesaikan masalah ini. Apalagi PSMS adalah tim yang berprestasi,” tukas mantan pemain Niac Mitra ini.
Belum terealisasinya pelunasan hak para pemain PSMS berupa gaji selama ini menjadi permasalahan. Para pemain yang bosan dengan janji-janji mengancam akan melaporkan pengurus PSMS ke Polisi. Sementara para legiun asing seperti Vagner Luis mengatakan akan membuat laporan ke FIFA.
Djohar pimpin PSSI, PSMS harus bangkit
MEDAN - Publik Medan berbangga dengan terpilihnya Djohar Arifin Husin sebagai Ketua Umum PSSI 2011-2015. Betapa tidak, belakangan ini Sumut kerap kalah bersaing jika berbicara prestasi. Namun dengan terpilihnya Djohar, Sumut kini tak lagi dianggap sebelah mata.
Tentu saja karena Djohar putra asli Sumut dan pernah berkiprah di PSMS Medan. Tak ayal jika para suporter PSMS berharap Ayam Kinantan bisa bangkit di masa kepemimpinan Djohar.
“Selama ini, PSMS menjadi korban dari carut-marutnya pengelolaan PSSI. Jadi kami yakin, di tangan pak Djohar, PSMS bakal lebih baik dan mudah-mudahan bisa ke liga super,” ujar Ketua PSMS Fans Club (PFC), Ahmad Zainal.
Selain itu, PFC sepakat peraturan permendagri soal pelarangan dana APBD untuk klub sepakbola diterapkan. Nantinya PSMS diharapkan dapat lebih profesional dengan tak lagi menggantungkan harapan pada APBD.
“Ketiadaan APBD untuk klub seperti PSMS tidak serta-merta membuat PSMS harus patah semangat. Penanganan secara profesional akan membuat PSMS menjadi klub yang lebih baik lagi asal didukung semua pihak,” tandas pria yang akrab disapa Ucok Lumba-Lumba itu.
Perayaan ulang tahun ke III PFC digelar di Pasar IV Marelan Perayaan HUT tadi siang juga diisi berbagai kegiatan seperti hiburan dan pemberian bantuan sosial kepada anak yatim-piatu.
Kegiatan juga dihadiri beberapa mantan pemain PSMS Medan seperti Zulkarnain, Ari Yuganda, Mahadi Rais, Fadli Hariri, dan ratusan anggota PFC. Kegiatan itu juga digelar di dekat kediaman Zulkarnain dan bertepatan dengan ulangtahun istrinya yang juga Bendahara PFC, Romauli br Silalahi.
Tentu saja karena Djohar putra asli Sumut dan pernah berkiprah di PSMS Medan. Tak ayal jika para suporter PSMS berharap Ayam Kinantan bisa bangkit di masa kepemimpinan Djohar.
“Selama ini, PSMS menjadi korban dari carut-marutnya pengelolaan PSSI. Jadi kami yakin, di tangan pak Djohar, PSMS bakal lebih baik dan mudah-mudahan bisa ke liga super,” ujar Ketua PSMS Fans Club (PFC), Ahmad Zainal.
Selain itu, PFC sepakat peraturan permendagri soal pelarangan dana APBD untuk klub sepakbola diterapkan. Nantinya PSMS diharapkan dapat lebih profesional dengan tak lagi menggantungkan harapan pada APBD.
“Ketiadaan APBD untuk klub seperti PSMS tidak serta-merta membuat PSMS harus patah semangat. Penanganan secara profesional akan membuat PSMS menjadi klub yang lebih baik lagi asal didukung semua pihak,” tandas pria yang akrab disapa Ucok Lumba-Lumba itu.
Perayaan ulang tahun ke III PFC digelar di Pasar IV Marelan Perayaan HUT tadi siang juga diisi berbagai kegiatan seperti hiburan dan pemberian bantuan sosial kepada anak yatim-piatu.
Kegiatan juga dihadiri beberapa mantan pemain PSMS Medan seperti Zulkarnain, Ari Yuganda, Mahadi Rais, Fadli Hariri, dan ratusan anggota PFC. Kegiatan itu juga digelar di dekat kediaman Zulkarnain dan bertepatan dengan ulangtahun istrinya yang juga Bendahara PFC, Romauli br Silalahi.
Saturday, July 9, 2011
Murphy ingin balik ke PSMS medan
MEDAN - Tawaran terbuka dari mantan bek PSMS Medan Murphy Kumonple Nagbe untuk kembali membela klub kebanggaan Kota Medan, sejatinya harus disikapi dengan baik. Murphy memastikan, dia dan adiknya, James Koko Lomell, siap berkostum hijau-hijau di Stadion Teladan dengan satu syarat.
Kedua pemain Liberia Ship Corporate Registry Football Club (LISCR FC)--juara Liberian Premier League ini--ingin pengurus menghargai mereka layaknya pemain profesional. Murphy mengatakan bisa membela PSMS, jika pengurus Ayam Kinantan berani membayar 100 ribu dolar AS atau sekitar Rp900 juta.
“Kamu tahu bagaimana saya bermain, dan saya selalu bermain secara profesional. Jika pengurus bisa membayar saya 100.00 USD, maka saya dan adik saya siap kembali ke Indonesia dan membela PSMS. James juga harganya segitu,” ujarnya.
Murphy mengatakan, harga itu dinilai pantas. “Saya tidak mematok harga terlalu besar, dan harga itu untuk PSMS,” timpalnya.
“Dan yang terpenting saya ingin diundang, saya tak mungkin menawarkan diri, saya tidak begitu mengenal pengurus yang sekarang, sudah lama saya tidak mengikuti perkembangan PSMS. Yang pasti, saya tak akan lupa dengan memori tahun 2007, Medan benar-benar kota dengan fans dan suasana yang baik,” jelasnya.
Senada itu, James Koko juga mengiyakan pendapat sang abang. “Saya senang dengan PSMS, kami berdua memiliki kenangan yang indah di sana,” ungkapnya.
Sementara itu, Sekum PSMS Idris SE mengatakan harga senilai Rp900 juta itu bisa saja dipertimbangkan untuk pengurus melakukan perekrutan. Namun, dia mengaku nilai itu akan lebih baik bila bisa memperoleh dua pemain asing lain.
“Bisa saja kita pertimbangkan, namun kalau kita bisa mendapatkan dua pemain asing dengan harga segitu kan akan lebih baik. Kita harus melihat kemampuan anggaran kita musim depan,” papar Idris.
Di final Ligina 2007, PSMS yang saat itu dilatih Freddy Muli dikalahkan 1-3 oleh Sriwijaya FC yang juga berhasil menyingkirkan PSMS di semifinal Piala Indonesia
Kedua pemain Liberia Ship Corporate Registry Football Club (LISCR FC)--juara Liberian Premier League ini--ingin pengurus menghargai mereka layaknya pemain profesional. Murphy mengatakan bisa membela PSMS, jika pengurus Ayam Kinantan berani membayar 100 ribu dolar AS atau sekitar Rp900 juta.
“Kamu tahu bagaimana saya bermain, dan saya selalu bermain secara profesional. Jika pengurus bisa membayar saya 100.00 USD, maka saya dan adik saya siap kembali ke Indonesia dan membela PSMS. James juga harganya segitu,” ujarnya.
Murphy mengatakan, harga itu dinilai pantas. “Saya tidak mematok harga terlalu besar, dan harga itu untuk PSMS,” timpalnya.
“Dan yang terpenting saya ingin diundang, saya tak mungkin menawarkan diri, saya tidak begitu mengenal pengurus yang sekarang, sudah lama saya tidak mengikuti perkembangan PSMS. Yang pasti, saya tak akan lupa dengan memori tahun 2007, Medan benar-benar kota dengan fans dan suasana yang baik,” jelasnya.
Senada itu, James Koko juga mengiyakan pendapat sang abang. “Saya senang dengan PSMS, kami berdua memiliki kenangan yang indah di sana,” ungkapnya.
Sementara itu, Sekum PSMS Idris SE mengatakan harga senilai Rp900 juta itu bisa saja dipertimbangkan untuk pengurus melakukan perekrutan. Namun, dia mengaku nilai itu akan lebih baik bila bisa memperoleh dua pemain asing lain.
“Bisa saja kita pertimbangkan, namun kalau kita bisa mendapatkan dua pemain asing dengan harga segitu kan akan lebih baik. Kita harus melihat kemampuan anggaran kita musim depan,” papar Idris.
Di final Ligina 2007, PSMS yang saat itu dilatih Freddy Muli dikalahkan 1-3 oleh Sriwijaya FC yang juga berhasil menyingkirkan PSMS di semifinal Piala Indonesia
Friday, July 8, 2011
Gaji molor lagi, pengurus janjikan tanggal baru
MEDAN - Jika dibilang gerah dan bosan dengan janji-janji tentu itu sudah dirasakan para skuad PSMS Medan 2010/2011. Betapa tidak kewajiban usai, hak belum juga diberikan pengurus PSMS. Jawaban yang didapat berupa penundaan-penundaan dan janji-janji yang tak jelas realisasinya.
Seharusnya 7 Juli, tanggal yang ditetapkan pengurus PSMS untuk pembayaran gaji pemain. Namun nyatanya tanggal itu kembali molor. Bahkan kini muncul tanggal baru yang dijanjikan yakni 18 Juli mendatang.
Sekretaris Umum PSMS, Idris SE mengakui jika pihaknya belum mendapatkan dana yang dibutuhkan. Sebelumnya ia berani menjanjikan tanggal 7 karena akan mendapat pinjaman dari rekannya.
“Tadinya, tanggal hari ini saya bisa dapat dana pinjaman dari teman saya. Dia janji mau memberikan tanggal sekarang. Namun, karena ada persoalan jadinya belum bisa diberikan yang lima ratus juta. Saya janjikan tanggal 18 Juli paling lambat akan dilunasi,” ujarnya.
Namun tak tertutup kemungkinan jika dana sudah tersedia sebelum tanggal itu, pembayaran gaji akan dilakukan. “Kalau dananya ada besok, ya besok saya bayar ke pemain. Saya sudah sampaikan soal deadline tanggal ini ke kapten tim dan pelatih soal ini,” paparnya.
Lalu bagaimana jika tak juga ada pinjaman? Idris akan mendahulukan dana perusahan miliknya untuk membayarkan gaji pemain. “Dekat-dekat tanggal itu, bakal banyak pelunasan tagihan ke perusahaan saya, jadi mungkin saya bisa gunakan uang dari perusahaan saya terlebih dahulu untuk bayar ke pemain,” ucap Idris.
Begitupun, dana yang diusahakan hanya cukup untuk satu bulan gaji. Seperti ditegaskan Idris sebelumnya ia hanya akan membayarkan satu bulan gaji yakni gaji bulan Juni. Dan hal ini tentu saja tak akan melegakan pemain. Tuntutan sisa tiga bulan gaji masih terus digaungkan.
“Ya kita hanya akan bayar satu bulan gaji yakni yang Juni, kalau yang lain-lain nanti akan disampaikan dan dibicarakan lagi dengan pemain,” tukasnya.
Seharusnya 7 Juli, tanggal yang ditetapkan pengurus PSMS untuk pembayaran gaji pemain. Namun nyatanya tanggal itu kembali molor. Bahkan kini muncul tanggal baru yang dijanjikan yakni 18 Juli mendatang.
Sekretaris Umum PSMS, Idris SE mengakui jika pihaknya belum mendapatkan dana yang dibutuhkan. Sebelumnya ia berani menjanjikan tanggal 7 karena akan mendapat pinjaman dari rekannya.
“Tadinya, tanggal hari ini saya bisa dapat dana pinjaman dari teman saya. Dia janji mau memberikan tanggal sekarang. Namun, karena ada persoalan jadinya belum bisa diberikan yang lima ratus juta. Saya janjikan tanggal 18 Juli paling lambat akan dilunasi,” ujarnya.
Namun tak tertutup kemungkinan jika dana sudah tersedia sebelum tanggal itu, pembayaran gaji akan dilakukan. “Kalau dananya ada besok, ya besok saya bayar ke pemain. Saya sudah sampaikan soal deadline tanggal ini ke kapten tim dan pelatih soal ini,” paparnya.
Lalu bagaimana jika tak juga ada pinjaman? Idris akan mendahulukan dana perusahan miliknya untuk membayarkan gaji pemain. “Dekat-dekat tanggal itu, bakal banyak pelunasan tagihan ke perusahaan saya, jadi mungkin saya bisa gunakan uang dari perusahaan saya terlebih dahulu untuk bayar ke pemain,” ucap Idris.
Begitupun, dana yang diusahakan hanya cukup untuk satu bulan gaji. Seperti ditegaskan Idris sebelumnya ia hanya akan membayarkan satu bulan gaji yakni gaji bulan Juni. Dan hal ini tentu saja tak akan melegakan pemain. Tuntutan sisa tiga bulan gaji masih terus digaungkan.
“Ya kita hanya akan bayar satu bulan gaji yakni yang Juni, kalau yang lain-lain nanti akan disampaikan dan dibicarakan lagi dengan pemain,” tukasnya.
Sakti dkk kembalilah…
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, PSMS Medan dalam kondisi terpuruk. Usai momen bersejarah lolos ke final Liga Indonesia 2007, Ayam Kinantan lagi menampakkan tajinya. Terdegradasi dari Liga Super Indonesia lantas terseok-seok di Divisi Utama musim berikutnya menjadi kenyataan pahit yang harus ditelan.
Lalu gagal melaju di saat peluang terbuka lebar dari babak Delapan besar musim 2010/2011 semakin membuat luka publik Medan menganga. Tak ayal perombakan menjadi tuntutan untuk dilaksanakan. Muaranya tentu hadirnya prestasi bagi klub berlambang daun tembakau ini.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah memanggil kembali para mantan bintang PSMS yang kini berlaga di luar Medan. Nama-nama seperti Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Markus Horison, dan lainnya diharapkan bersedia kembali memperkuat klub dengan warna khas hijau ini. Alasannya tak lain karena nama-nama tersebut yang sukes membawa PSMS ke momen bersejarah yang disebutkan di atas.
Saat ini, publik Medan memang sangat merindukan aksi Sakti dkk. Dan tadi sore, kerinduan itu sejenak terobati. Sakti cs beraksi di laga eksibisi Pra PON Sumut di Stadion Teladan. Stadion kebanggaan Medan itu pun mendadak padat. Terutama di sisi tribun tertutup dan pinggir lapangan yang dipadati penonton. Jumlah yang mencengangkan untuk sekedar laga ujicoba.
Saat pemain Medan All-Star memasuki lapangan, sorak-sorai dan aplaus penonton langsung riuh. Terutama kepada Saktiawan Sinaga. Usai laga lapangan pun menyemut dengan kejaran terhadap para idolanya.
Hal itu menandakan kehadiran Sakti dkk sangat diharapkan di Medan. Teriakan-teriakan suporter kerap menggaungkan harapan agar Sakti dkk bersedia kembali memperkuat PSMS Medan. Sakti kembali…Sakti kembali…begitu yel-yel yang terlihat saat Sakti menyapa suporter. Juga kepada Jecky Pasarella yang kini memperkuat PSM dan sederet mantan bintang PSMS lainnya.
Lalu apa jawaban mereka? Jecky hanya berucap singkat. “Saya juga ingin kembali bermain di Medan. Doakan saja,” ujarnya.
Sementara Sakti berulang kali menegaskan rasa cintanya kepada PSMS Medan. Namun sepertinya bukan saat ini. Saat pengurus PSMS tak juga membenahi diri dan manajemen yang belum juga profesional. Kondisi finansial Ayam Kinantan yang buruk saat ini sepertinya akan menunda harapan publik Medan itu.
Lalu gagal melaju di saat peluang terbuka lebar dari babak Delapan besar musim 2010/2011 semakin membuat luka publik Medan menganga. Tak ayal perombakan menjadi tuntutan untuk dilaksanakan. Muaranya tentu hadirnya prestasi bagi klub berlambang daun tembakau ini.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah memanggil kembali para mantan bintang PSMS yang kini berlaga di luar Medan. Nama-nama seperti Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Markus Horison, dan lainnya diharapkan bersedia kembali memperkuat klub dengan warna khas hijau ini. Alasannya tak lain karena nama-nama tersebut yang sukes membawa PSMS ke momen bersejarah yang disebutkan di atas.
Saat ini, publik Medan memang sangat merindukan aksi Sakti dkk. Dan tadi sore, kerinduan itu sejenak terobati. Sakti cs beraksi di laga eksibisi Pra PON Sumut di Stadion Teladan. Stadion kebanggaan Medan itu pun mendadak padat. Terutama di sisi tribun tertutup dan pinggir lapangan yang dipadati penonton. Jumlah yang mencengangkan untuk sekedar laga ujicoba.
Saat pemain Medan All-Star memasuki lapangan, sorak-sorai dan aplaus penonton langsung riuh. Terutama kepada Saktiawan Sinaga. Usai laga lapangan pun menyemut dengan kejaran terhadap para idolanya.
Hal itu menandakan kehadiran Sakti dkk sangat diharapkan di Medan. Teriakan-teriakan suporter kerap menggaungkan harapan agar Sakti dkk bersedia kembali memperkuat PSMS Medan. Sakti kembali…Sakti kembali…begitu yel-yel yang terlihat saat Sakti menyapa suporter. Juga kepada Jecky Pasarella yang kini memperkuat PSM dan sederet mantan bintang PSMS lainnya.
Lalu apa jawaban mereka? Jecky hanya berucap singkat. “Saya juga ingin kembali bermain di Medan. Doakan saja,” ujarnya.
Sementara Sakti berulang kali menegaskan rasa cintanya kepada PSMS Medan. Namun sepertinya bukan saat ini. Saat pengurus PSMS tak juga membenahi diri dan manajemen yang belum juga profesional. Kondisi finansial Ayam Kinantan yang buruk saat ini sepertinya akan menunda harapan publik Medan itu.
Pra PON Sumut banjir dukungan
MEDAN - Sudah lama warga Sumut tak merasakan prestasi sepakbola yang membanggakan di tingkat nasional. Memori buruk tak lolos pada PON XVII Kaltim salah satu yang terpahit. Namun kini harapan kembali muncul lewat kehadiran tim Pra PON Sumut besutan Rudi Saari. Tim ini diharapkan mampu berprestasi pada PON 2012 mendatang di Riau.
Tentunya harus lebih dulu melewati kualifikasi putaran kedua untuk meraih tiket lolos ke PON 2012 mendatang. Zulkifli cs sepertinya tak sendirian berjuang untuk itu. Dukungan kini mulai mengalir deras baik moril maupun materil.
Dan bukti dukungan itu terlihat pada laga eksibisi antara Medan All Star versus tim Pra PON Sumut di Stadion Teladan tadi sore. Dukungan moril jelas terlihat dari padatnya penonton di tribun tertutup. Padahal levelnya hanya ujicoba. Selain itu tentu kesediaan beberapa mantan bintang PSMS yang kini berkiprah di luar Medan untuk bermain di laga eksebisi tersebut.
Tercatat nama-nama seperti Saktiawan Sinaga, Wijay, Usman Pribadi, Fadly Hariri, Jecky Pasarella, dan beberapa nama lainnya rela menyisihkan sedikit waktunya untuk bermain di laga eksibisi tersebut. Tentunya untuk memberikan motivasi bagi para juniornya agar tampil berani meraih tiket PON.
Tak hanya dukungan moril, dukungan materi juga mengalir. Tak tanggung-tanggung Sakti cs menggelontorkan 20 juta rupiah untuk tim Pra PON Sumut. Dana itu dikumpulkan dari para pemain Medan yang kini berlaga di luar Medan maupun yang saat ini berkiprah di Medan.
Selain itu, suporter SMeCK Hooligan juga turut menyumbangkan 1 juta rupiah. Tak hanya itu kelompok suporter setia PSMS dan Bintang Medan ini juga menggalang dana dari penonton yang hadir. Di pintu masuk kotak sumbangan disediakan bagi penonton yang ikhlas menyisihkan sedikit uangnya. Hasilnya terkumpul uang sebesar Rp2.012.500.
“Ini salah satu bentuk dukungan kita terhadap tim Pra PON Sumut. Harapannya tentu tim ini mampu lolos ke PON dan berprestasi,” ujar Ketua Umum SMeCK Hooligan, Nata Simangunsong. Tak hanya itu, ada pula sumbangan pribadi dari Wakil Ketua DPRD Sumatera Utara, H Kamaluddin Harahap, sebesar Rp5 juta dan dari Sekretaris Pengcab PSSI Labuhanbatu sebesar Rp1 juta.
“Publik Sumut berharap tim pra PON ini yang nantinya mampu mengharumkan nama Sumut di PON nanti,” ujar Kamaluddin yang turut hadir dan bermain pada laga oldcrack tersebut.
Tentunya harus lebih dulu melewati kualifikasi putaran kedua untuk meraih tiket lolos ke PON 2012 mendatang. Zulkifli cs sepertinya tak sendirian berjuang untuk itu. Dukungan kini mulai mengalir deras baik moril maupun materil.
Dan bukti dukungan itu terlihat pada laga eksibisi antara Medan All Star versus tim Pra PON Sumut di Stadion Teladan tadi sore. Dukungan moril jelas terlihat dari padatnya penonton di tribun tertutup. Padahal levelnya hanya ujicoba. Selain itu tentu kesediaan beberapa mantan bintang PSMS yang kini berkiprah di luar Medan untuk bermain di laga eksebisi tersebut.
Tercatat nama-nama seperti Saktiawan Sinaga, Wijay, Usman Pribadi, Fadly Hariri, Jecky Pasarella, dan beberapa nama lainnya rela menyisihkan sedikit waktunya untuk bermain di laga eksibisi tersebut. Tentunya untuk memberikan motivasi bagi para juniornya agar tampil berani meraih tiket PON.
Tak hanya dukungan moril, dukungan materi juga mengalir. Tak tanggung-tanggung Sakti cs menggelontorkan 20 juta rupiah untuk tim Pra PON Sumut. Dana itu dikumpulkan dari para pemain Medan yang kini berlaga di luar Medan maupun yang saat ini berkiprah di Medan.
Selain itu, suporter SMeCK Hooligan juga turut menyumbangkan 1 juta rupiah. Tak hanya itu kelompok suporter setia PSMS dan Bintang Medan ini juga menggalang dana dari penonton yang hadir. Di pintu masuk kotak sumbangan disediakan bagi penonton yang ikhlas menyisihkan sedikit uangnya. Hasilnya terkumpul uang sebesar Rp2.012.500.
“Ini salah satu bentuk dukungan kita terhadap tim Pra PON Sumut. Harapannya tentu tim ini mampu lolos ke PON dan berprestasi,” ujar Ketua Umum SMeCK Hooligan, Nata Simangunsong. Tak hanya itu, ada pula sumbangan pribadi dari Wakil Ketua DPRD Sumatera Utara, H Kamaluddin Harahap, sebesar Rp5 juta dan dari Sekretaris Pengcab PSSI Labuhanbatu sebesar Rp1 juta.
“Publik Sumut berharap tim pra PON ini yang nantinya mampu mengharumkan nama Sumut di PON nanti,” ujar Kamaluddin yang turut hadir dan bermain pada laga oldcrack tersebut.
Pelajaran berharga dari Saktiawan cs
MEDAN - Pengalaman Saktiawan Sinaga cs menjadi keunggulan bagi skuad Medan All-Star yang sekaligus memberi pelajaran berharga bagi tim muda Pra PON Sumut. Pada laga eksibisi di Stadion Teladan, Rabu, tim besutan Rudi Saari dipaksa menyerah 3-4.
Saktiawan sendiri memimpin lini depan Medan All-Star bersama Rizal Kajub. Di lini tengah, bercokol Wijay, Donny F Siregar, dan Alamsyah ditopang sektor sayap yang diisi Ari Yuganda dan Jecky Pasarella. Di belakang, Medan All-Star mengandalkan Agus Cima, Fadly Hariri, dan Irwanto membentengi gawang yang dikawal Usman Pribadi.
Sejak awal, Medan All-Star tampil mendominasi. Janji tampil ngotot benar-benar dibuktikan Wijay cs. Gawang Andi Ramadhan pun berkali-kali terancam lewat aksi Jecky, Ari, Sakti, dan Donny. Namun gol baru tercipta di menit 28 lewat eksekusi penalti Jecky, setelah Donny Siregar dijatuhkan di kotak terlarang.
Tim Pra PON Sumut coba mengejar ketinggalan lewat Zulkifli., tetapi peluangnya dimentahkan Usman Pribadi. Sebaliknya, Medan All-Star tiada henti menghadirkan ancaman bagi lawan. Namun, beberapa peluang mereka mampu dimentahkan Andi Ramadhan di bawah mistar. Skor 1-0 bertahan hingga turun minum.
Di babak kedua, Medan All-Star semakin beringas. Ade Chandra Kirana yang baru masuk lapangan langsung menceploskan gol kedua di tiga menit perdana. Berawal dari akselerasi Jecky yang diteruskan umpan kepada Sakti, bola menyilang dengan mudah disontek Acong, sapaan akrab Ade.
Tertinggal dua gol, tim Pra PON Sumut mencoba bangkit. Tendangan bebas ala Roberto Carlos dari M Irfan membuka harapan Pra PON Sumut di menit 55. Gol itu membuat anak-anak Sumut percaya diri. Di menit 69, Irfan untuk kedua kalinya memperdayai kiper pengganti, Irwin Ramadhana, dengan tendangan voli keras dari jarak 30 meter.
Sempat lengah, Medan All-Star kembali menekan dan balik unggul. Kali ini gelandang Mitra Kukar, Wijay, menceploskan gol indah lewat sepakan cungkilnya. Selanjutnya, Deny Wahyudi memperbesar keunggulan Medan All-Star menjadi 4-2 lewat tendangan bebasnya sebelum Pra PON Sumut memperkecil skor di menit 77 lewat M Soleh.
Sebelum laga tersebut, panitia menggelar laga eksibisi oldcrack antara tim Legislatif Plus (anggota DPRD Sumut) melawan Mantan Pemain PSMS. Pertandingan tersebut berakhir 1-0 untuk kemenangan Mantan PSMS lewat gol Sahri Azhar Tanjung.
Saktiawan sendiri memimpin lini depan Medan All-Star bersama Rizal Kajub. Di lini tengah, bercokol Wijay, Donny F Siregar, dan Alamsyah ditopang sektor sayap yang diisi Ari Yuganda dan Jecky Pasarella. Di belakang, Medan All-Star mengandalkan Agus Cima, Fadly Hariri, dan Irwanto membentengi gawang yang dikawal Usman Pribadi.
Sejak awal, Medan All-Star tampil mendominasi. Janji tampil ngotot benar-benar dibuktikan Wijay cs. Gawang Andi Ramadhan pun berkali-kali terancam lewat aksi Jecky, Ari, Sakti, dan Donny. Namun gol baru tercipta di menit 28 lewat eksekusi penalti Jecky, setelah Donny Siregar dijatuhkan di kotak terlarang.
Tim Pra PON Sumut coba mengejar ketinggalan lewat Zulkifli., tetapi peluangnya dimentahkan Usman Pribadi. Sebaliknya, Medan All-Star tiada henti menghadirkan ancaman bagi lawan. Namun, beberapa peluang mereka mampu dimentahkan Andi Ramadhan di bawah mistar. Skor 1-0 bertahan hingga turun minum.
Di babak kedua, Medan All-Star semakin beringas. Ade Chandra Kirana yang baru masuk lapangan langsung menceploskan gol kedua di tiga menit perdana. Berawal dari akselerasi Jecky yang diteruskan umpan kepada Sakti, bola menyilang dengan mudah disontek Acong, sapaan akrab Ade.
Tertinggal dua gol, tim Pra PON Sumut mencoba bangkit. Tendangan bebas ala Roberto Carlos dari M Irfan membuka harapan Pra PON Sumut di menit 55. Gol itu membuat anak-anak Sumut percaya diri. Di menit 69, Irfan untuk kedua kalinya memperdayai kiper pengganti, Irwin Ramadhana, dengan tendangan voli keras dari jarak 30 meter.
Sempat lengah, Medan All-Star kembali menekan dan balik unggul. Kali ini gelandang Mitra Kukar, Wijay, menceploskan gol indah lewat sepakan cungkilnya. Selanjutnya, Deny Wahyudi memperbesar keunggulan Medan All-Star menjadi 4-2 lewat tendangan bebasnya sebelum Pra PON Sumut memperkecil skor di menit 77 lewat M Soleh.
Sebelum laga tersebut, panitia menggelar laga eksibisi oldcrack antara tim Legislatif Plus (anggota DPRD Sumut) melawan Mantan Pemain PSMS. Pertandingan tersebut berakhir 1-0 untuk kemenangan Mantan PSMS lewat gol Sahri Azhar Tanjung.
SMeCK galang dana untuk tim Pra PON
MEDAN - Laga eksebisi antara tim Pra PON Sumut dan para mantan Bintang PSMS yang tergabung dalam Medan All-Star sore ini di Stadion Teladan Medan sangat ditunggu-tunggu publik Medan.
Betapa tidak, sudah lama warga Medan tidak menyaksikan tajamnya Saktiawan Sinaga, tangguhnya Markus Horison di bawah mistar, lincahnya Mahyadi Panggabean di menyusur sisi lapangan, dan aksi beberapa mantan pemain PSMS lainnya. Tak terkecuali kalangan suporter. Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan menyambut positif digelarnya laga eksebisi ini.
“Kami ini pikir ini sangat positif untuk memotivasi para pemain Pra PON Sumut yang tengah berjuang untuk lolos di PON Riau mendatang. Apalagi yang datang senior-senior mereka yang juga dulu pernah mengecap level PON. Kesuksesan mereka sekarang bisa menjadi motivasi buat para pemain Pra PON,” ujarnya.
SMeCK bahkan berencana menggalang dana untuk membantu tim Pra PON Sumut. Penonton yang hadir diharapkan bersedia merogoh sedikit koceknya untuk tim besutan Rudi Saari itu. Apalagi tim Pra PON Sumut saat ini berjuang dalam kondisi Pengprov PSSI Sumut yang tidak kondusif menyusul adanya dualisme kepemimpinan.
“Ya kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menggalang dana untuk tim Pra PON. Apa yang bisa kami usahakan untuk Pra PON akan dimaksimalkan. Kehadiran Sakti dan yang lain tentu sudah dirindukan publik Medan. Teladan mungkin akan ramai. Dan ini kesempatan untuk menggalang dana,” kata Nata.
Nata berharap dari tim Pra PON Sumut ini dapat lahir pemain-pemain masa depan Sumut yang nantinya akan memperkuat PSMS dan Bintang Medan. “Merekalah yang nantinya akan memperkuat klub-klub Medan. Cikal bakal pemain-pemain seperti Mahyadi Panggabean, Sakti, dan lainnya,” ujarnya.
Sebelumnya, Saktiawan Sinaga mengatakan meski hanya sebatas eksebisi, ia dan rekan-rekannya akan tetap bertarung maksimal di lapangan.
"Saya dan rekan-rekan akan berupaya bermain di level terbaik. Kami tidak akan bermain setengah-setengah, karena kami ingin tim Pra Pon Sumut lebih bertaji. Ya, main seperti anak Medan lah, rap-rap," ujar pemain yang kini berkiprah di Semen Padang ini.
Tim Medan All-Star rencananya akan diperkuat beberapa mantan pemain PSMS diantaranya Markus Haris Maulana, Irwanto, Agus Cima, Legimin Raharjo, Wijay, M Rizal, Mahyadi Panggabean, Alamsyah, dan Jecky Pasarella. Juga beberapa pilar PSMS musim lalu yakni Donny F Siregar, Ari Yuganda, dan Irwin Ramadhana
Betapa tidak, sudah lama warga Medan tidak menyaksikan tajamnya Saktiawan Sinaga, tangguhnya Markus Horison di bawah mistar, lincahnya Mahyadi Panggabean di menyusur sisi lapangan, dan aksi beberapa mantan pemain PSMS lainnya. Tak terkecuali kalangan suporter. Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan menyambut positif digelarnya laga eksebisi ini.
“Kami ini pikir ini sangat positif untuk memotivasi para pemain Pra PON Sumut yang tengah berjuang untuk lolos di PON Riau mendatang. Apalagi yang datang senior-senior mereka yang juga dulu pernah mengecap level PON. Kesuksesan mereka sekarang bisa menjadi motivasi buat para pemain Pra PON,” ujarnya.
SMeCK bahkan berencana menggalang dana untuk membantu tim Pra PON Sumut. Penonton yang hadir diharapkan bersedia merogoh sedikit koceknya untuk tim besutan Rudi Saari itu. Apalagi tim Pra PON Sumut saat ini berjuang dalam kondisi Pengprov PSSI Sumut yang tidak kondusif menyusul adanya dualisme kepemimpinan.
“Ya kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menggalang dana untuk tim Pra PON. Apa yang bisa kami usahakan untuk Pra PON akan dimaksimalkan. Kehadiran Sakti dan yang lain tentu sudah dirindukan publik Medan. Teladan mungkin akan ramai. Dan ini kesempatan untuk menggalang dana,” kata Nata.
Nata berharap dari tim Pra PON Sumut ini dapat lahir pemain-pemain masa depan Sumut yang nantinya akan memperkuat PSMS dan Bintang Medan. “Merekalah yang nantinya akan memperkuat klub-klub Medan. Cikal bakal pemain-pemain seperti Mahyadi Panggabean, Sakti, dan lainnya,” ujarnya.
Sebelumnya, Saktiawan Sinaga mengatakan meski hanya sebatas eksebisi, ia dan rekan-rekannya akan tetap bertarung maksimal di lapangan.
"Saya dan rekan-rekan akan berupaya bermain di level terbaik. Kami tidak akan bermain setengah-setengah, karena kami ingin tim Pra Pon Sumut lebih bertaji. Ya, main seperti anak Medan lah, rap-rap," ujar pemain yang kini berkiprah di Semen Padang ini.
Tim Medan All-Star rencananya akan diperkuat beberapa mantan pemain PSMS diantaranya Markus Haris Maulana, Irwanto, Agus Cima, Legimin Raharjo, Wijay, M Rizal, Mahyadi Panggabean, Alamsyah, dan Jecky Pasarella. Juga beberapa pilar PSMS musim lalu yakni Donny F Siregar, Ari Yuganda, dan Irwin Ramadhana
Saktiawan rindu Stadion Teladan
MEDAN - Hadiri bersama Usman Pribadi mewakili tim Medan All Star, Saktiawan Sinaga mengaku senang bisa menjajal tim Pra PON Sumut dalam laga eksibisi di Stadion Teladan Medan, Rabu besok.
“Kehadiran kami ingin memberi dukungan buat tim Sumut. Kami berharap Sumut bisa tampil sekaligus menjuarai PON,” ucap Sakti yang membawa tim PON Sumut meraih medali perunggu pada PON 2004 silam.
Pemain yang kini memperkuat Semen Padang itu pun tak menampik kalau pertandingan itu dapat mengobati kerinduannya dengan Stadion Teladan.
“Ya, selain ingin memberi dukungan buat tim Sumut, secara pribadi aku dan mungkin rekan-rekan lain sudah sangat rindu dengan Stadion Teladan. Inilah momen tepat melepas kerinduan itu,” pungkas Sakti.
Nantinya, Saktiawan akan bergabung bersama Mahyadi Panggabean, Markus Horison, Legimin Raharjo, dan sederet pemain yang pernah membela PSMS akan bergabung dalam tim Medan All-Star yang diarsiteki Edi Junaidi.
Plt Ketua Pengprov PSSI Sumut H Idrus Junaidi mengatakan, menghadapi Medan All-Star merupakan laga ujicoba paling akbar bagi tim Pra PON Sumut yang baru lolos dari penyisihan grup A babak kualifikasi Pra PON Wilayah I Sumatera di Banda Aceh.
“Kita berharap laga kali ini memberi dampak positif bagi kemajuan persiapan tim Sumut jelang putaran kedua kualifikasi Pra PON Wilayah Sumatera. Terlebih hadirnya pemain bintang Kota Medan yang saat ini merumput di klub-klub Liga Super Indonesia (LSI) dan Divisi Utama dapat membangkitkan motivasi tim Sumut untuk berprestasi,” katanya.
Idrus pun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah menggagas digelarnya pertandingan tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap keberadaan tim Pra PON Sumut yang selama ini mengalami berbagai hambatan dalam persiapannya, khususnya masalah finansial.
“Kehadiran kami ingin memberi dukungan buat tim Sumut. Kami berharap Sumut bisa tampil sekaligus menjuarai PON,” ucap Sakti yang membawa tim PON Sumut meraih medali perunggu pada PON 2004 silam.
Pemain yang kini memperkuat Semen Padang itu pun tak menampik kalau pertandingan itu dapat mengobati kerinduannya dengan Stadion Teladan.
“Ya, selain ingin memberi dukungan buat tim Sumut, secara pribadi aku dan mungkin rekan-rekan lain sudah sangat rindu dengan Stadion Teladan. Inilah momen tepat melepas kerinduan itu,” pungkas Sakti.
Nantinya, Saktiawan akan bergabung bersama Mahyadi Panggabean, Markus Horison, Legimin Raharjo, dan sederet pemain yang pernah membela PSMS akan bergabung dalam tim Medan All-Star yang diarsiteki Edi Junaidi.
Plt Ketua Pengprov PSSI Sumut H Idrus Junaidi mengatakan, menghadapi Medan All-Star merupakan laga ujicoba paling akbar bagi tim Pra PON Sumut yang baru lolos dari penyisihan grup A babak kualifikasi Pra PON Wilayah I Sumatera di Banda Aceh.
“Kita berharap laga kali ini memberi dampak positif bagi kemajuan persiapan tim Sumut jelang putaran kedua kualifikasi Pra PON Wilayah Sumatera. Terlebih hadirnya pemain bintang Kota Medan yang saat ini merumput di klub-klub Liga Super Indonesia (LSI) dan Divisi Utama dapat membangkitkan motivasi tim Sumut untuk berprestasi,” katanya.
Idrus pun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah menggagas digelarnya pertandingan tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap keberadaan tim Pra PON Sumut yang selama ini mengalami berbagai hambatan dalam persiapannya, khususnya masalah finansial.
Tuesday, July 5, 2011
Management....Amburadul
Waktu sudah berjalan memasuki Juli. Namun belum juga ada titik terang perihal pelunasan gaji skuad PSMS 2010/2011. Para pemain masih juga tertunduk lesu tanpa ada kepastian yang jelas dari pengurus PSMS. Meskipun pengurus menjanjikan 7 Juli akan dilunasi, nada pesimistis terlanjur menyeruak dibenak seluruh pemain.
Donny Siregar merupakan salah satu pemain yang paling lantang bersuara. Kadung percaya gaji akan dilunasi akhir bulan, ia kembali harus menelan kekecewaan. “Katanya akhir bulan. Tapi nyatanya kita masih disuruh tunggu hingga 7 Juli. Itu pun kita masih belum yakin dananya sudah ada,” ujar Donny.
Selain para pemain lokal, legiun asing juga tak kalah bersuara keras. Vagner Luis sebelumnya sudah bulat akan melaporkan PSMS ke FIFA. Pemain berkepala plontos itu sepertinya sudah terlanjur kecewa dengan keadaan klub berlambang daun tembakau ini. Namun seperti saran pengacaranya laporan baru akan dirilisnya pada 7 Juli nanti, genap dua bulan gaji telat.
Sebelumnya pengurus PSMS melalui Sekretaris Umum PSMS, Idris SE mengatakan tengah mengusahakan dana pinjaman dari salah seorang rekannya yang peduli dengan PSMS. Namun dana itu baru bisa diperolehnya pada 7 Juli. “Saya sudah pinjam dari teman saya yang juga pensuport PSMS. Namanya tak usah saya sebutkan. Tapi dia baru bisa kasi 7 Juli nanti,” tukasnya.
Jika kita menilik ke belakang, di akhir musim 2009/2010, masalah klasik ini juga menghantui PSMS. Para pemain sampai melapor ke KONI Medan karena gerah dengan janji-janji pengurus. Namun pengurus dan manajemen klub tak juga belajar dari kesalahan. Menggantungkan asa pada dana APBD, tentu PSMS akan terus mengalami masalah yang sama setiap musim. Lantas apa jadinya jika anggaran pemerintah untuk klub sepakbola benar dihentikan pada 2012? Bisa-bisa kita tak akan lagi melihat nama PSMS dideretan peserta kompetisi Divisi Utama atau mungkin di persepakbolaan Indonesia.
Donny Siregar merupakan salah satu pemain yang paling lantang bersuara. Kadung percaya gaji akan dilunasi akhir bulan, ia kembali harus menelan kekecewaan. “Katanya akhir bulan. Tapi nyatanya kita masih disuruh tunggu hingga 7 Juli. Itu pun kita masih belum yakin dananya sudah ada,” ujar Donny.
Selain para pemain lokal, legiun asing juga tak kalah bersuara keras. Vagner Luis sebelumnya sudah bulat akan melaporkan PSMS ke FIFA. Pemain berkepala plontos itu sepertinya sudah terlanjur kecewa dengan keadaan klub berlambang daun tembakau ini. Namun seperti saran pengacaranya laporan baru akan dirilisnya pada 7 Juli nanti, genap dua bulan gaji telat.
Sebelumnya pengurus PSMS melalui Sekretaris Umum PSMS, Idris SE mengatakan tengah mengusahakan dana pinjaman dari salah seorang rekannya yang peduli dengan PSMS. Namun dana itu baru bisa diperolehnya pada 7 Juli. “Saya sudah pinjam dari teman saya yang juga pensuport PSMS. Namanya tak usah saya sebutkan. Tapi dia baru bisa kasi 7 Juli nanti,” tukasnya.
Jika kita menilik ke belakang, di akhir musim 2009/2010, masalah klasik ini juga menghantui PSMS. Para pemain sampai melapor ke KONI Medan karena gerah dengan janji-janji pengurus. Namun pengurus dan manajemen klub tak juga belajar dari kesalahan. Menggantungkan asa pada dana APBD, tentu PSMS akan terus mengalami masalah yang sama setiap musim. Lantas apa jadinya jika anggaran pemerintah untuk klub sepakbola benar dihentikan pada 2012? Bisa-bisa kita tak akan lagi melihat nama PSMS dideretan peserta kompetisi Divisi Utama atau mungkin di persepakbolaan Indonesia.
Seleksi PSMS U-18 diikuti 300 peserta
MEDAN - Rencana PSMS Medan menggelar seleksi pembentukan tim junior U-18 mulai direalisasikan sejak hari ini. Bertempat di Stadion Kebun Bunga Medan, antusiasme tinggi terlihat dari banyaknya peserta yang hadir. Tak tanggung-tanggung di hari pertama saja, 300 peserta yang mendaftar.
Salah satu anggota tim seleksi, Rahmad DS mengatakan 300 peserta terdaftar sah dengan membawa ijazah. Dari situ dilihat pemain tersebut wajib kelahiran 1994-1995. Jumlah itu bahkan bisa lebih jika saja semua peserta yang hadir membawa ijazah. "Banyak lagi yang hendak ikut seleksi. Namun mereka tidak membawa ijazah," katanya.
Jumlah ini dipastikan akan bertambah karena seleksi akan digelar hingga Jumat (8/7) mendatang. Sejak awal panitia seleksi memang tidak melakukan pembatasan karena ingin menampung seluruh talenta yang ada agar nantinya dipilih yang terbaik. Tidak hanya dari Medan peserta juga banyak berasal dari luar Medan seperti Deliserdang dan lainnya.
“Tampak jelas animo pesepakbola di Sumut sangat tinggi. Ini jumlah yang sangat besar,” ujar Rahmad.
PSMS Junior memang selalu mempunya daya tarik. Tahun lalu seleksi juga diikuti ratusan peserta. Seleksi difokuskan pada penilaian kemampuan individu dan kemampuan kerjasama tim.
Pengurus PSMS Bidang Kompetisi PSMS, Freddy Hutabarat, mengusung target PSMS U-18 harus dapat berjaya di Piala Suratin tahun ini. Musim lalu PSMS Junior sukses menembus babak ketiga namun langkah tim besutan Iwan Karo-karo terhenti di Jakarta.
"Sebelumnya PSMS adalah runner up di wilayah Sumatera. Tahun ini targetnya tentu harus lebih baik lagi. Jadi seleksi ini lebih ketat," pungkasnya
Salah satu anggota tim seleksi, Rahmad DS mengatakan 300 peserta terdaftar sah dengan membawa ijazah. Dari situ dilihat pemain tersebut wajib kelahiran 1994-1995. Jumlah itu bahkan bisa lebih jika saja semua peserta yang hadir membawa ijazah. "Banyak lagi yang hendak ikut seleksi. Namun mereka tidak membawa ijazah," katanya.
Jumlah ini dipastikan akan bertambah karena seleksi akan digelar hingga Jumat (8/7) mendatang. Sejak awal panitia seleksi memang tidak melakukan pembatasan karena ingin menampung seluruh talenta yang ada agar nantinya dipilih yang terbaik. Tidak hanya dari Medan peserta juga banyak berasal dari luar Medan seperti Deliserdang dan lainnya.
“Tampak jelas animo pesepakbola di Sumut sangat tinggi. Ini jumlah yang sangat besar,” ujar Rahmad.
PSMS Junior memang selalu mempunya daya tarik. Tahun lalu seleksi juga diikuti ratusan peserta. Seleksi difokuskan pada penilaian kemampuan individu dan kemampuan kerjasama tim.
Pengurus PSMS Bidang Kompetisi PSMS, Freddy Hutabarat, mengusung target PSMS U-18 harus dapat berjaya di Piala Suratin tahun ini. Musim lalu PSMS Junior sukses menembus babak ketiga namun langkah tim besutan Iwan Karo-karo terhenti di Jakarta.
"Sebelumnya PSMS adalah runner up di wilayah Sumatera. Tahun ini targetnya tentu harus lebih baik lagi. Jadi seleksi ini lebih ketat," pungkasnya
Seleksi PSMS U-18 diikuti 300 peserta
MEDAN - Rencana PSMS Medan menggelar seleksi pembentukan tim junior U-18 mulai direalisasikan sejak hari ini. Bertempat di Stadion Kebun Bunga Medan, antusiasme tinggi terlihat dari banyaknya peserta yang hadir. Tak tanggung-tanggung di hari pertama saja, 300 peserta yang mendaftar.
Salah satu anggota tim seleksi, Rahmad DS mengatakan 300 peserta terdaftar sah dengan membawa ijazah. Dari situ dilihat pemain tersebut wajib kelahiran 1994-1995. Jumlah itu bahkan bisa lebih jika saja semua peserta yang hadir membawa ijazah. "Banyak lagi yang hendak ikut seleksi. Namun mereka tidak membawa ijazah," katanya.
Jumlah ini dipastikan akan bertambah karena seleksi akan digelar hingga Jumat (8/7) mendatang. Sejak awal panitia seleksi memang tidak melakukan pembatasan karena ingin menampung seluruh talenta yang ada agar nantinya dipilih yang terbaik. Tidak hanya dari Medan peserta juga banyak berasal dari luar Medan seperti Deliserdang dan lainnya.
“Tampak jelas animo pesepakbola di Sumut sangat tinggi. Ini jumlah yang sangat besar,” ujar Rahmad.
PSMS Junior memang selalu mempunya daya tarik. Tahun lalu seleksi juga diikuti ratusan peserta. Seleksi difokuskan pada penilaian kemampuan individu dan kemampuan kerjasama tim.
Pengurus PSMS Bidang Kompetisi PSMS, Freddy Hutabarat, mengusung target PSMS U-18 harus dapat berjaya di Piala Suratin tahun ini. Musim lalu PSMS Junior sukses menembus babak ketiga namun langkah tim besutan Iwan Karo-karo terhenti di Jakarta.
"Sebelumnya PSMS adalah runner up di wilayah Sumatera. Tahun ini targetnya tentu harus lebih baik lagi. Jadi seleksi ini lebih ketat," pungkasnya
Salah satu anggota tim seleksi, Rahmad DS mengatakan 300 peserta terdaftar sah dengan membawa ijazah. Dari situ dilihat pemain tersebut wajib kelahiran 1994-1995. Jumlah itu bahkan bisa lebih jika saja semua peserta yang hadir membawa ijazah. "Banyak lagi yang hendak ikut seleksi. Namun mereka tidak membawa ijazah," katanya.
Jumlah ini dipastikan akan bertambah karena seleksi akan digelar hingga Jumat (8/7) mendatang. Sejak awal panitia seleksi memang tidak melakukan pembatasan karena ingin menampung seluruh talenta yang ada agar nantinya dipilih yang terbaik. Tidak hanya dari Medan peserta juga banyak berasal dari luar Medan seperti Deliserdang dan lainnya.
“Tampak jelas animo pesepakbola di Sumut sangat tinggi. Ini jumlah yang sangat besar,” ujar Rahmad.
PSMS Junior memang selalu mempunya daya tarik. Tahun lalu seleksi juga diikuti ratusan peserta. Seleksi difokuskan pada penilaian kemampuan individu dan kemampuan kerjasama tim.
Pengurus PSMS Bidang Kompetisi PSMS, Freddy Hutabarat, mengusung target PSMS U-18 harus dapat berjaya di Piala Suratin tahun ini. Musim lalu PSMS Junior sukses menembus babak ketiga namun langkah tim besutan Iwan Karo-karo terhenti di Jakarta.
"Sebelumnya PSMS adalah runner up di wilayah Sumatera. Tahun ini targetnya tentu harus lebih baik lagi. Jadi seleksi ini lebih ketat," pungkasnya
Statdio KEbangaan kota Medan?!!
Sejak selesai dibangun pada 1953 tepatnya saat Kota Medan ditunjuk sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON), Stadion Teladan dinobatkan menjadi stadion kebanggaan ibu kota Sumatera Utara ini.
Tidak hanya sebagai kandang PSMS Medan, laga-laga akbar kerap digelar di stadion berkapasitas 20 ribu penonton itu, salah satunya laga persahabatan klub Italia, Sampdoria, versus PSSI di tahun 1996.
Namun, kini Teladan telah berusia 47 tahun. Usia yang menua tentu beriringan dengan kondisi yang tak lagi sebaik dulu. Teladan tak lagi megah. Kini kondisinya sangat memprihatinkan. Lapangan yang bergelombang, fasilitas stadion yang tak memadai seperti kamar ganti dan toilet, atap tribun yang tak lagi kokoh, dan sederetan masalah lainnya.
Suara-suara menuntut renovasi terus terdengar. Namun tak ada perubahan yang dilakukan. Stadion Teladan masih juga tak menarik. Masih segar dalam ingatan saat PSMS yang berambisi menjadi tuan rumah delapan besar Divisi Utama 2010/2011 harus rela kalah dibanding dari Mitra Kukar, klub asal Kabupaten Tenggarong Kalimantan Timur yang justru memiliki stadion megah.
Pengurus PSMS harusnya tak hanya melontarkan nada protes karena letak stadion yang jauh. Namun, juga harus sadar jika stadion yang dibanggakan tak cukup layak.
“Mungkin salah satu hikmah kita belum lolos ke Superliga dikarenakan untuk membangun stadion terlebih dahulu. Kita tak mau mengulang sejarah kelam dengan bermain di kandang orang karena Teladan tidak lolos verifikasi PT Liga Indonesia untuk menggelar laga Superliga,” ujar Ketua Umum SMeCK Hooligan, Nata Simangunsong, tadi malam.
Tapi Nata menyayangkan karena hingga kini Stadion Teladan tidak disentuh perbaikan. Malah ada dua gedung baru di Teladan, yakni KONI Medan dan wadah fitness untuk atlet.
“Seharusnya Pemko Medan menganggarkan perbaikan Stadion Teladan. Saya kira DPRD Medan juga akan merestui, karena stadion merupakan wadah hiburan rakyat dengan menonton sepakbola,” sambung Nata.
Kini di ulang tahunnya ke-421, Kota Medan harus menerima kenyataan kalau sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia tak punya stadion yang dibanggakan. Lalu sampai kapan kita menanti realisasi perbaikan stadion?
Kondisi Stadion Teladan saat ini menjadi bahan tertawaan. Tertawaan tersebut datang dari pelatih Bali Devata, Willy Scheepers. “Ada beberapa kota di Indonesia yang punya stadion buruk. Salah satunya adalah Stadion Teladan,” ujar pelatih asal Belanda itu.
Melihat pernyataan Scheeper, kita boleh bilang itu sebatas asumsi. Tapi bagaimana dengan subjektivitas yang bernada sama? Tidak hanya Scheeper yang bersuara demikian.
Michael Feichtenbeiner (Pelatih Bintang Medan, red), Aji Santoso (Pelatih Persebaya 1927), Nimrot Manalu (Pelatih fisik Batavia Union), dan banyak yang mengkritisi kondisi Stadion Teladan saat ini.
“Baru kali ini saya melihat lapangan yang buruk seperti ini. Tidak rata sehingga akan sulit menerapkan strategi yang saya inginkan. Saya pikir sudah saatnya Medan merenovasi stadionnya,” ujar Feichtenbeiner ketika itu.
Ucapan-ucapan tersebut bukannya tak terbukti. Direktur Teknik Pro Titan, Dirk Buytellar, Ruslan Samuel (gelandang Bintang Medan), dan seorang pewarta foto pernah merasakan terjerambab di tepi lapangan stadion. Kaki ketiganya masuk ke dalam saluran drainase di tepi lapangan, namun tidak sampai cedera parah.
Mengurai keburukan Teladan memang tak ada habisnya. Tak ada gunanya jika tak juga ada langkah renovasi yang dilakukan. Padahal jika saja Pemko Medan mau berpikir positif, perbaikan Teladan justru akan mendatangkan keuntungan.
Dari segi bisnis keuntungan akan diperoleh dengan membaiknya kondisi stadion. Lihat saja saat ini tidak hanya PSMS, namun Bintang Medan dan Pro Titan juga menyewa Teladan sebagai kandang klub. Belum lagi kegiatan-kegiatan di luar sepakbola yang kerap menggunakan Teladan.
Bukan hanya itu, kondisi stadion menjadi daya tarik eks pemain PSMS untuk kembali berkiprah di Medan. Mantan striker PSMS, Saktiawan Sinaga, tak menampik keinginannya kembali ke PSMS. Namun kondisi Stadion Teladan menjadi salah satu pertimbangannya untuk tak kembali saat ini.
“Maunya bangun dulu stadion yang bagus. Nanti kalau suatu saat lolos ke Superliga, PSMS tidak terusir lagi seperti masa lalu,” bebernya.
Tidak hanya sebagai kandang PSMS Medan, laga-laga akbar kerap digelar di stadion berkapasitas 20 ribu penonton itu, salah satunya laga persahabatan klub Italia, Sampdoria, versus PSSI di tahun 1996.
Namun, kini Teladan telah berusia 47 tahun. Usia yang menua tentu beriringan dengan kondisi yang tak lagi sebaik dulu. Teladan tak lagi megah. Kini kondisinya sangat memprihatinkan. Lapangan yang bergelombang, fasilitas stadion yang tak memadai seperti kamar ganti dan toilet, atap tribun yang tak lagi kokoh, dan sederetan masalah lainnya.
Suara-suara menuntut renovasi terus terdengar. Namun tak ada perubahan yang dilakukan. Stadion Teladan masih juga tak menarik. Masih segar dalam ingatan saat PSMS yang berambisi menjadi tuan rumah delapan besar Divisi Utama 2010/2011 harus rela kalah dibanding dari Mitra Kukar, klub asal Kabupaten Tenggarong Kalimantan Timur yang justru memiliki stadion megah.
Pengurus PSMS harusnya tak hanya melontarkan nada protes karena letak stadion yang jauh. Namun, juga harus sadar jika stadion yang dibanggakan tak cukup layak.
“Mungkin salah satu hikmah kita belum lolos ke Superliga dikarenakan untuk membangun stadion terlebih dahulu. Kita tak mau mengulang sejarah kelam dengan bermain di kandang orang karena Teladan tidak lolos verifikasi PT Liga Indonesia untuk menggelar laga Superliga,” ujar Ketua Umum SMeCK Hooligan, Nata Simangunsong, tadi malam.
Tapi Nata menyayangkan karena hingga kini Stadion Teladan tidak disentuh perbaikan. Malah ada dua gedung baru di Teladan, yakni KONI Medan dan wadah fitness untuk atlet.
“Seharusnya Pemko Medan menganggarkan perbaikan Stadion Teladan. Saya kira DPRD Medan juga akan merestui, karena stadion merupakan wadah hiburan rakyat dengan menonton sepakbola,” sambung Nata.
Kini di ulang tahunnya ke-421, Kota Medan harus menerima kenyataan kalau sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia tak punya stadion yang dibanggakan. Lalu sampai kapan kita menanti realisasi perbaikan stadion?
Kondisi Stadion Teladan saat ini menjadi bahan tertawaan. Tertawaan tersebut datang dari pelatih Bali Devata, Willy Scheepers. “Ada beberapa kota di Indonesia yang punya stadion buruk. Salah satunya adalah Stadion Teladan,” ujar pelatih asal Belanda itu.
Melihat pernyataan Scheeper, kita boleh bilang itu sebatas asumsi. Tapi bagaimana dengan subjektivitas yang bernada sama? Tidak hanya Scheeper yang bersuara demikian.
Michael Feichtenbeiner (Pelatih Bintang Medan, red), Aji Santoso (Pelatih Persebaya 1927), Nimrot Manalu (Pelatih fisik Batavia Union), dan banyak yang mengkritisi kondisi Stadion Teladan saat ini.
“Baru kali ini saya melihat lapangan yang buruk seperti ini. Tidak rata sehingga akan sulit menerapkan strategi yang saya inginkan. Saya pikir sudah saatnya Medan merenovasi stadionnya,” ujar Feichtenbeiner ketika itu.
Ucapan-ucapan tersebut bukannya tak terbukti. Direktur Teknik Pro Titan, Dirk Buytellar, Ruslan Samuel (gelandang Bintang Medan), dan seorang pewarta foto pernah merasakan terjerambab di tepi lapangan stadion. Kaki ketiganya masuk ke dalam saluran drainase di tepi lapangan, namun tidak sampai cedera parah.
Mengurai keburukan Teladan memang tak ada habisnya. Tak ada gunanya jika tak juga ada langkah renovasi yang dilakukan. Padahal jika saja Pemko Medan mau berpikir positif, perbaikan Teladan justru akan mendatangkan keuntungan.
Dari segi bisnis keuntungan akan diperoleh dengan membaiknya kondisi stadion. Lihat saja saat ini tidak hanya PSMS, namun Bintang Medan dan Pro Titan juga menyewa Teladan sebagai kandang klub. Belum lagi kegiatan-kegiatan di luar sepakbola yang kerap menggunakan Teladan.
Bukan hanya itu, kondisi stadion menjadi daya tarik eks pemain PSMS untuk kembali berkiprah di Medan. Mantan striker PSMS, Saktiawan Sinaga, tak menampik keinginannya kembali ke PSMS. Namun kondisi Stadion Teladan menjadi salah satu pertimbangannya untuk tak kembali saat ini.
“Maunya bangun dulu stadion yang bagus. Nanti kalau suatu saat lolos ke Superliga, PSMS tidak terusir lagi seperti masa lalu,” bebernya.
Statdio KEbangaan kota Medan?!!
Sejak selesai dibangun pada 1953 tepatnya saat Kota Medan ditunjuk sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON), Stadion Teladan dinobatkan menjadi stadion kebanggaan ibu kota Sumatera Utara ini.
Tidak hanya sebagai kandang PSMS Medan, laga-laga akbar kerap digelar di stadion berkapasitas 20 ribu penonton itu, salah satunya laga persahabatan klub Italia, Sampdoria, versus PSSI di tahun 1996.
Namun, kini Teladan telah berusia 47 tahun. Usia yang menua tentu beriringan dengan kondisi yang tak lagi sebaik dulu. Teladan tak lagi megah. Kini kondisinya sangat memprihatinkan. Lapangan yang bergelombang, fasilitas stadion yang tak memadai seperti kamar ganti dan toilet, atap tribun yang tak lagi kokoh, dan sederetan masalah lainnya.
Suara-suara menuntut renovasi terus terdengar. Namun tak ada perubahan yang dilakukan. Stadion Teladan masih juga tak menarik. Masih segar dalam ingatan saat PSMS yang berambisi menjadi tuan rumah delapan besar Divisi Utama 2010/2011 harus rela kalah dibanding dari Mitra Kukar, klub asal Kabupaten Tenggarong Kalimantan Timur yang justru memiliki stadion megah.
Pengurus PSMS harusnya tak hanya melontarkan nada protes karena letak stadion yang jauh. Namun, juga harus sadar jika stadion yang dibanggakan tak cukup layak.
“Mungkin salah satu hikmah kita belum lolos ke Superliga dikarenakan untuk membangun stadion terlebih dahulu. Kita tak mau mengulang sejarah kelam dengan bermain di kandang orang karena Teladan tidak lolos verifikasi PT Liga Indonesia untuk menggelar laga Superliga,” ujar Ketua Umum SMeCK Hooligan, Nata Simangunsong, tadi malam.
Tapi Nata menyayangkan karena hingga kini Stadion Teladan tidak disentuh perbaikan. Malah ada dua gedung baru di Teladan, yakni KONI Medan dan wadah fitness untuk atlet.
“Seharusnya Pemko Medan menganggarkan perbaikan Stadion Teladan. Saya kira DPRD Medan juga akan merestui, karena stadion merupakan wadah hiburan rakyat dengan menonton sepakbola,” sambung Nata.
Kini di ulang tahunnya ke-421, Kota Medan harus menerima kenyataan kalau sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia tak punya stadion yang dibanggakan. Lalu sampai kapan kita menanti realisasi perbaikan stadion?
Kondisi Stadion Teladan saat ini menjadi bahan tertawaan. Tertawaan tersebut datang dari pelatih Bali Devata, Willy Scheepers. “Ada beberapa kota di Indonesia yang punya stadion buruk. Salah satunya adalah Stadion Teladan,” ujar pelatih asal Belanda itu.
Melihat pernyataan Scheeper, kita boleh bilang itu sebatas asumsi. Tapi bagaimana dengan subjektivitas yang bernada sama? Tidak hanya Scheeper yang bersuara demikian.
Michael Feichtenbeiner (Pelatih Bintang Medan, red), Aji Santoso (Pelatih Persebaya 1927), Nimrot Manalu (Pelatih fisik Batavia Union), dan banyak yang mengkritisi kondisi Stadion Teladan saat ini.
“Baru kali ini saya melihat lapangan yang buruk seperti ini. Tidak rata sehingga akan sulit menerapkan strategi yang saya inginkan. Saya pikir sudah saatnya Medan merenovasi stadionnya,” ujar Feichtenbeiner ketika itu.
Ucapan-ucapan tersebut bukannya tak terbukti. Direktur Teknik Pro Titan, Dirk Buytellar, Ruslan Samuel (gelandang Bintang Medan), dan seorang pewarta foto pernah merasakan terjerambab di tepi lapangan stadion. Kaki ketiganya masuk ke dalam saluran drainase di tepi lapangan, namun tidak sampai cedera parah.
Mengurai keburukan Teladan memang tak ada habisnya. Tak ada gunanya jika tak juga ada langkah renovasi yang dilakukan. Padahal jika saja Pemko Medan mau berpikir positif, perbaikan Teladan justru akan mendatangkan keuntungan.
Dari segi bisnis keuntungan akan diperoleh dengan membaiknya kondisi stadion. Lihat saja saat ini tidak hanya PSMS, namun Bintang Medan dan Pro Titan juga menyewa Teladan sebagai kandang klub. Belum lagi kegiatan-kegiatan di luar sepakbola yang kerap menggunakan Teladan.
Bukan hanya itu, kondisi stadion menjadi daya tarik eks pemain PSMS untuk kembali berkiprah di Medan. Mantan striker PSMS, Saktiawan Sinaga, tak menampik keinginannya kembali ke PSMS. Namun kondisi Stadion Teladan menjadi salah satu pertimbangannya untuk tak kembali saat ini.
“Maunya bangun dulu stadion yang bagus. Nanti kalau suatu saat lolos ke Superliga, PSMS tidak terusir lagi seperti masa lalu,” bebernya.
Tidak hanya sebagai kandang PSMS Medan, laga-laga akbar kerap digelar di stadion berkapasitas 20 ribu penonton itu, salah satunya laga persahabatan klub Italia, Sampdoria, versus PSSI di tahun 1996.
Namun, kini Teladan telah berusia 47 tahun. Usia yang menua tentu beriringan dengan kondisi yang tak lagi sebaik dulu. Teladan tak lagi megah. Kini kondisinya sangat memprihatinkan. Lapangan yang bergelombang, fasilitas stadion yang tak memadai seperti kamar ganti dan toilet, atap tribun yang tak lagi kokoh, dan sederetan masalah lainnya.
Suara-suara menuntut renovasi terus terdengar. Namun tak ada perubahan yang dilakukan. Stadion Teladan masih juga tak menarik. Masih segar dalam ingatan saat PSMS yang berambisi menjadi tuan rumah delapan besar Divisi Utama 2010/2011 harus rela kalah dibanding dari Mitra Kukar, klub asal Kabupaten Tenggarong Kalimantan Timur yang justru memiliki stadion megah.
Pengurus PSMS harusnya tak hanya melontarkan nada protes karena letak stadion yang jauh. Namun, juga harus sadar jika stadion yang dibanggakan tak cukup layak.
“Mungkin salah satu hikmah kita belum lolos ke Superliga dikarenakan untuk membangun stadion terlebih dahulu. Kita tak mau mengulang sejarah kelam dengan bermain di kandang orang karena Teladan tidak lolos verifikasi PT Liga Indonesia untuk menggelar laga Superliga,” ujar Ketua Umum SMeCK Hooligan, Nata Simangunsong, tadi malam.
Tapi Nata menyayangkan karena hingga kini Stadion Teladan tidak disentuh perbaikan. Malah ada dua gedung baru di Teladan, yakni KONI Medan dan wadah fitness untuk atlet.
“Seharusnya Pemko Medan menganggarkan perbaikan Stadion Teladan. Saya kira DPRD Medan juga akan merestui, karena stadion merupakan wadah hiburan rakyat dengan menonton sepakbola,” sambung Nata.
Kini di ulang tahunnya ke-421, Kota Medan harus menerima kenyataan kalau sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia tak punya stadion yang dibanggakan. Lalu sampai kapan kita menanti realisasi perbaikan stadion?
Kondisi Stadion Teladan saat ini menjadi bahan tertawaan. Tertawaan tersebut datang dari pelatih Bali Devata, Willy Scheepers. “Ada beberapa kota di Indonesia yang punya stadion buruk. Salah satunya adalah Stadion Teladan,” ujar pelatih asal Belanda itu.
Melihat pernyataan Scheeper, kita boleh bilang itu sebatas asumsi. Tapi bagaimana dengan subjektivitas yang bernada sama? Tidak hanya Scheeper yang bersuara demikian.
Michael Feichtenbeiner (Pelatih Bintang Medan, red), Aji Santoso (Pelatih Persebaya 1927), Nimrot Manalu (Pelatih fisik Batavia Union), dan banyak yang mengkritisi kondisi Stadion Teladan saat ini.
“Baru kali ini saya melihat lapangan yang buruk seperti ini. Tidak rata sehingga akan sulit menerapkan strategi yang saya inginkan. Saya pikir sudah saatnya Medan merenovasi stadionnya,” ujar Feichtenbeiner ketika itu.
Ucapan-ucapan tersebut bukannya tak terbukti. Direktur Teknik Pro Titan, Dirk Buytellar, Ruslan Samuel (gelandang Bintang Medan), dan seorang pewarta foto pernah merasakan terjerambab di tepi lapangan stadion. Kaki ketiganya masuk ke dalam saluran drainase di tepi lapangan, namun tidak sampai cedera parah.
Mengurai keburukan Teladan memang tak ada habisnya. Tak ada gunanya jika tak juga ada langkah renovasi yang dilakukan. Padahal jika saja Pemko Medan mau berpikir positif, perbaikan Teladan justru akan mendatangkan keuntungan.
Dari segi bisnis keuntungan akan diperoleh dengan membaiknya kondisi stadion. Lihat saja saat ini tidak hanya PSMS, namun Bintang Medan dan Pro Titan juga menyewa Teladan sebagai kandang klub. Belum lagi kegiatan-kegiatan di luar sepakbola yang kerap menggunakan Teladan.
Bukan hanya itu, kondisi stadion menjadi daya tarik eks pemain PSMS untuk kembali berkiprah di Medan. Mantan striker PSMS, Saktiawan Sinaga, tak menampik keinginannya kembali ke PSMS. Namun kondisi Stadion Teladan menjadi salah satu pertimbangannya untuk tak kembali saat ini.
“Maunya bangun dulu stadion yang bagus. Nanti kalau suatu saat lolos ke Superliga, PSMS tidak terusir lagi seperti masa lalu,” bebernya.
Subscribe to:
Posts (Atom)