Monday, November 7, 2011

Pemain Belakang banyak...

Berniat memoles lini tengah, PSMS justru kebanjiran pelamar di sektor belakang. Terutama di sektor stoper. Pencoretan terhadap dua stoper asing Sthembiso dan Traore Yossouf dibarengi dengan hadirnya pelamar baru di posisi yang sama. Anderson Da Silva yang hadir Senin (31/10) dan teranyar Bayu Sutha serta Ku Kyung Hyun kini tengah mencoba merebut perhatian tim seleksi.

Kedatangan ketiga stoper itu membuat sektor belakang ‘menggemuk.’ Soal ketiga pemain itu, Bakal Asisten Pelatih PSMS, Roekinoy mengatakan pihaknya akan lebih dulu memantau sebelum memutuskan lolos tidaknya. “Ya tentu harus dilihat dulu kemampuannya. Kita tidak ingin salah pilih,” ujarnya, Jumat (4/11).

Namun dari segi usia Anderson, dan Bayu tak lagi muda. Usia keduanya sudah melewati kepala tiga. Faktor usia ini tentu rentan terhadap tingkat kecepatan keduanya. Sebelumnya Patricio Jimenez, Pierre Njanka, dan Oyedepo George yang sempat mencoba peruntungan di posisi stoper juga dicoret karena usia dan dinilai lambat.

Sementara Ku Kyung Hyun saat aksi pertamanya di Stadion Teladan Jumat (4/11) cukup menunjukkan kesan yang memikat. Di usianya yang baru menginjak 30 tahun ia cukup gesit menutup celah di belakang.

Sebenarnya tim seleksi lebih dulu kepincut pada Ledi Utomo yang berusia lebih muda. Mantan pemain timnas U-23 Indonesia di Sea Games, Filiphina 2005 dan sempat memperkuat timnas senior di Piala Tiger/AFF 2006 ini dinilai cocok mengawal lini pertahanan PSMS. “Kalau Ledi memang kita yang panggil. Dari pemantauan seleksi sepertinya dia sudah 99 persen,” kata Kinoy mengomentari pemain kelahiran 1983 itu.

Sebelumnya PSMS sudah punya Ramadhan Syahputra (25), Novi Handriawan (25) serta Eko Prasetyo Ariyanto (26). (saz)

Pemain bantah hengkang

MEDAN - Ketidakpastian kontrak yang tidak juga disodorkan PSMS Medan tak ayal memunculkan kekhawatiran yang merusak persiapan teknis tim. Beredar wacana para pemain yang merasa gerah bakal angkat koper dari mes Kebun Bunga.

Kabar ini diperkuat dengan eksodus 11 pemain ke kampung halaman masing-masing. 11 pemain terlihat meninggalkan mess Kebun Bunga sejak Sabtu lalu.Mereka adalah Arie Priatna, Zaenal, Achmad Kurniawan, Ledy Utomo, Deny Rumba, Ramadan Saputra, Eko Prasetyo, Cucu Hidayat, Keri Yudiono, Fery Aman Saragih, dan Anton Samba.

Namun kekhawatiran akhirnya lenyap karena belakangan diketahui para pemain tersebut hanya izin pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarga. Momen Hari Raya Idul Adha yang jatuh hari ini membuat pemain tak tahan melepas kerinduannya dengan istri ataupun buah hati masing-masing.

Calon kiper utama PSMS, Achmad Kurniawan, memastikan kepergiannya ke Jakarta murni bertemu keluarga dan merayakan Idul Adha. AK sempat dispekulasikan hengkang karena absen mengikuti latihan sejak Kamis lalu. Namun, menurut AK, hal itu dikarenakan staminanya yang menurun dan dirinya tengah tidak fit.

"Tidak benar isu itu. Saya masih tetap ingin bermain di PSMS. Soal kepastian kontrak, saya masih sabar menunggu," tandas eks kiper Arema Malang itu.

Senada dengan AK, Denny Rumba, bek sayap PSMS mengaku kepergiannya sudah seizin tim pelatih dan manajemen. Apalagi tim pelatih menjadwalkan adanya liburan bagi pemain.

"Saya sekarang di Semarang. Senang bisa ketemu dengan anak dan istri. Ya, di hari Idul Adha ini momen yang tepat untuk melepas kerinduan. Saya dan keluarga shalat bersama. Jadi merasa kian dekat dengan Allah," ujarnya saat dihubungi via seluler, Minggu.

Eks pemain PSIS Semarang itu membantah ia bakal tidak kembali. "Saya telah komitmen di PSMS. Pekerjaan saya di PDAM Semarang juga sudah saya lepas," tegasnya.

Sebelumnya, calon Asisten Pelatih PSMS, Suharto, mengatakan pihaknya sudah memberi izin pemain kembali ke kampung halamannya. Ia pun menampik kabar hengkangnya pemain karena gerah menanti kontrak.

"Mereka pergi seizin tim pelatih. Jadi tidak benar itu," imbuhnya.

Menurut Pelatih PSMS musim lalu ini, pihaknya memberi waktu hingga Selasa besok bagi pemain kembali ke Kota Medan untuk mengikuti latihan persiapan jelang kompetisi Indonesia Premier League (IPL) bergulir.

"Pemain memang sengaja diliburkan supaya mereka mendapat penyegaran. Bertepatan dengan hari raya Idul Adha. Jadi mereka bisa bertamu dengan keluarga juga kan. Selasa pagi, latihan reguler kembali diberlakukan," ujar pelatih plontos itu.

Pemain bantah hengkang

MEDAN - Ketidakpastian kontrak yang tidak juga disodorkan PSMS Medan tak ayal memunculkan kekhawatiran yang merusak persiapan teknis tim. Beredar wacana para pemain yang merasa gerah bakal angkat koper dari mes Kebun Bunga.

Kabar ini diperkuat dengan eksodus 11 pemain ke kampung halaman masing-masing. 11 pemain terlihat meninggalkan mess Kebun Bunga sejak Sabtu lalu.Mereka adalah Arie Priatna, Zaenal, Achmad Kurniawan, Ledy Utomo, Deny Rumba, Ramadan Saputra, Eko Prasetyo, Cucu Hidayat, Keri Yudiono, Fery Aman Saragih, dan Anton Samba.

Namun kekhawatiran akhirnya lenyap karena belakangan diketahui para pemain tersebut hanya izin pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarga. Momen Hari Raya Idul Adha yang jatuh hari ini membuat pemain tak tahan melepas kerinduannya dengan istri ataupun buah hati masing-masing.

Calon kiper utama PSMS, Achmad Kurniawan, memastikan kepergiannya ke Jakarta murni bertemu keluarga dan merayakan Idul Adha. AK sempat dispekulasikan hengkang karena absen mengikuti latihan sejak Kamis lalu. Namun, menurut AK, hal itu dikarenakan staminanya yang menurun dan dirinya tengah tidak fit.

"Tidak benar isu itu. Saya masih tetap ingin bermain di PSMS. Soal kepastian kontrak, saya masih sabar menunggu," tandas eks kiper Arema Malang itu.

Senada dengan AK, Denny Rumba, bek sayap PSMS mengaku kepergiannya sudah seizin tim pelatih dan manajemen. Apalagi tim pelatih menjadwalkan adanya liburan bagi pemain.

"Saya sekarang di Semarang. Senang bisa ketemu dengan anak dan istri. Ya, di hari Idul Adha ini momen yang tepat untuk melepas kerinduan. Saya dan keluarga shalat bersama. Jadi merasa kian dekat dengan Allah," ujarnya saat dihubungi via seluler, Minggu.

Eks pemain PSIS Semarang itu membantah ia bakal tidak kembali. "Saya telah komitmen di PSMS. Pekerjaan saya di PDAM Semarang juga sudah saya lepas," tegasnya.

Sebelumnya, calon Asisten Pelatih PSMS, Suharto, mengatakan pihaknya sudah memberi izin pemain kembali ke kampung halamannya. Ia pun menampik kabar hengkangnya pemain karena gerah menanti kontrak.

"Mereka pergi seizin tim pelatih. Jadi tidak benar itu," imbuhnya.

Menurut Pelatih PSMS musim lalu ini, pihaknya memberi waktu hingga Selasa besok bagi pemain kembali ke Kota Medan untuk mengikuti latihan persiapan jelang kompetisi Indonesia Premier League (IPL) bergulir.

"Pemain memang sengaja diliburkan supaya mereka mendapat penyegaran. Bertepatan dengan hari raya Idul Adha. Jadi mereka bisa bertamu dengan keluarga juga kan. Selasa pagi, latihan reguler kembali diberlakukan," ujar pelatih plontos itu.

Inkyun Dijemput Agen Persela

MEDAN- Kehadiran gelandang asal Korea Selatan Inkyun Oh untuk seleksi di PSMS berakhir sudah. Karena tak kunjung ada kejelasan soal kontrak, Inkyun akhirnya memilih hengkang. Terlebih klub yang sebelumnya syor dengan kemampuannya, Persela Lamongan datang lansung menjemputnya.

Selama seleksi, performa Inkyun cukup menarik bagi warga Medan yang kerap nonton latihan PSMS. Tim pemandu bakat PSMS, Suharto, Roekinoy dan Sugihar pun mengaku kepincut. “Tapi Inkyun sudah pergi tadi (4/11) pagi. Agennya bilang, dia diminati Persela, klub tempat dia mengikuti seleksi sebelumnya. Pihak dari Persela yang langsung menjemputnya,” ujar Roekinoy, Jumat (4/11).

Roekinoy menyebutkan, awalnya dirinya tidak menyangka Inkyun Oh bakal kembali ke Persela. Namun, pihak Persela yang sebelumnya diprediksi tidak serius mengikat Oh rupanya punya pertimbangan lain. “Kami pikir dia tidak jadi ke Persela, rupanya kami keliru,” sebutnya.

Sosok Inkyun awalnya diharapkan menggantikan peran pemain berpaspor Liberia yang sebelumnya juga mundur dari PSMS Stephen Nagbe Mennoh. Tapi apa daya, tak satupun rencana yang berhasil.

Ada lagi satu nama yang konon akan didatangkan. Dia adalah gelandang asal Brasil Orlando De Melo Juninho. Tapi itu juga masih di awang-awang.

Hal itu dipahami Suharto. Mantan pelatih PSMS musim 2010/2011 tersebut mengakui betapa timnya butuh pemain mumpuni di lini tengah. Namun, tidak banyak yang bisa dilakukan untuk memuluskan harapan tersebut. “Sementara kami masih menunggu. Kami terus berkomunikasi dengan pelaksana teknis, tapi memang, belum didapatkan pemain yang diharapkan. Dengan manajemen, kami menyodorkan nama untuk dipanggil, jadi bukan manajemen yang mendatangkannya,” jelasnya.

Suharto memang terlihat sibuk berkomunikasi dengan para koleganya, Jumat (4/11), ia menanyakan pemain yang berkemungkinan untuk dipantau di PSMS, namun belum ada, termasuk bidikannya berikutnya eks pemain Persebaya 1927 John Tarkpor Sonkaley. “Tadi sempat saya tanya ke teman, di mana Tarkpor saat ini. Tapi dia bilang, sedang berada di negaranya (Libya). Ya, kami sedang upayakan akses untuk bisa berkomunikasi dengannya (Tarkpor, Red),” kata Suharto lagi.

Suharto menyadari, tenggat waktu kompetisi sudah semakin dekat. Untuk itu dia tidak lagi akan menyeleksi jika menemukan pemain yang sudah punya nama. “Cari yang sudah jadi, tinggal menyeleksi kesehatannya saja. Kalau stoper Korea (Kyu Hyung Hyun) cocok, kami akan upayakan mencari dua pemain asing di posisi gelandang bertahan dan menyerang,” pungkasnya. (saz)

Pemain PSMS angkat koper?

MEDAN - Ketidakpastian kontrak yang tidak juga disodorkan PSMS tak ayal memunculkan kekhawatiran yang merusak persiapan teknis tim. Beredar wacana para pemain yang merasa gerah bakal angkat koper dari Mess Kebun Bunga.

Kabar ini diperkuat dengan eksodus 11 pemain ke kampung halaman masing-masing. 11 pemain terlihat meninggalkan mess Kebun Bunga sejak Sabtu (5/11) lalu. Mereka adalah Arie Priatna, Zaenal, Achmad Kurniawan, Ledy Utomo, Deny Rumba, Ramadan Saputra, Eko Prasetyo, Cucu Hidayat, Keri Yudiono, Fery Aman Saragih, dan Anton Samba.
Namun, kekhawatiran akhirnya lenyap karena belakangan diketahui para pemain tersebut hanya izin pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarga. Momen Hari Raya Idul Adha yang jatuh hari ini membuat para pemain tak tahan untuk melepas kerinduannya dengan istri tercinta ataupun buah hati masing-masing.

Calon kiper utama PSMS, Achmad Kurniawan memastikan kepergiannya ke Jakarta murni untuk bertemu keluarga dan merayakan Idul Adha. AK sempat dispekulasikan hengkang karena absen mengikuti latihan sejak kamis lalu. Namun, menurut AK hal itu dikarenakan staminanya yang menurun dan dirinya tengah tidak fit.

"Tidak benar isu itu. Saya masih tetap ingin bermain di PSMS. Soal kepastian kontrak, saya masih sabar menunggu," tandas eks kiper Arema itu.

Senada dengan AK, Denny Rumba, bek sayap PSMS mengaku kepergiannya sudah seijin tim pelatih dan manajemen. Apalagi tim pelatih menjadwalkan adanya liburan.

"Saya sekarang di Semarang. Senang bisa ketemu dengan anak dan isteri. Ya, di hari Idul Adha ini momen yang tepat untuk melepas kerinduan. Saya dan keluarga sholat bersama. Jadi merasa kian dekat dengan Allah SWT," ujarnya saat dihubungi via seluler.

Eks pemain PSIS Semarang itu membantah ia bakal tidak kembali. "Saya komitmen di PSMS. Pekerjaan saya di PDAM Semarang juga sudah saya lepas," tegasnya.

Sebelumnya, bakal asisten pelatih PSMS, Suharto mengatakan pihaknya sudah memberi izin para pemain kembali ke kampung halamannya. Ia pun menampik kabar hengkangnya pemain karena gerah menanti kontrak.

"Mereka pergi seizin tim pelatih. Jadi tidak benar itu," imbuhnya.

Menurut Pelatih kepala PSMS musim lalu ini, pihaknya memberi waktu hingga Selasa (8/11) bagi para pemain untuk kembali berlatih. "Pemain memang sengaja diliburkan supaya mereka mendapat penyegaran. Bertepatan dengan hari raya Idul Adha. Jadi mereka bisa bertamu dengan keluarga juga kan. Selasa pagi, latihan reguler kembali diberlakukan," ujar pelatih plontos itu.

ISL vs LPI

Menilai ISL lebih berkualitas dibandingkan dengan LPI memang ada benarnya, tetapi ini perlu kehati-hatian. Sebab, tidak selamanya penilaian tersebut pas diterapkan. Mengingat untuk menerapkan penilaian tersebut haruslah tepat waktunya dan tepat konteksnya.

Mari kita ulas bagaiamana cara menilai ISL dari sudut pandang yang lebih logis dengan menempatkan waktu dan konteksnya secara tepat!

ISL pada Masa Nurdin
Klub-klub yang mengikuti kompetisi pada level tertinggi tergabung dalam kompetisi Indonesian Super League (ISL). Walaupun dibilang kompetisi tertinggi, tapi maaf, kompetisi ini tak bisa dikategorikan sebagai kompetisi profesional. Saya sebut ini kompetisi BANCI. Sebab masih bertumpu pada duit rakyat sebagai ujung tombak perputarannya. Nyaris tak ada klub yang terlepas dari anggaran APBD. Hampir Setiap klub berlomba-lomba menguras keuangan rakyat secara massif. Anehnya, tak ada pertanggungjawaban penggunaannya sama sekali kepada publik.

Dari kondisi tersebut, lalu menjadi sangat aneh jika ada orang yang mengatakan bahwa klub-klub yang kerjanya cuma nguras duit rakyat kok dibilang berjuang sampe berdarah-darah. Yang benar adalah berleha-leha menikmati harta rakyat, ongkang-ongkang menyedot kekayaan negara yang masih sangat kekurangan.


Dengan berlomba-lomba memeras dana gratisan mengandalkan keringat rakyat, memang tak bisa dipungkiri nafas kompetisi terlihat lebih semarak. Penggunaan 5 pemain asing dimaksimalkan klub. Mereka semua jor-joran belanja pemain dengan tarif bahkan lebih mahal dibandingkan dengan negara tetangga yang lebih kaya seperti Singapura!

Bisa dibilang kualitas kompetisi yang klub-klubnya tak perlu memepertanggungjawabkan dana yang dipakainya itu sedikit lebih baik dari kompetisi sebelum-sebelumnya. Hanya saja output dari hasil kompetisi ini tak pernah bisa membuktikan kepada publik bahwa di arena internasional mereka bisa berbicara lebih baik.

Melihat situasi sepak bola yang semakin boros uang rakyat namun miskin prestasi tersebut, sejumlah tokoh pun berteriak agar komandan PSSI segera mengambil langkah untuk mereformasi diri. Namun sebagaimana kita tahu, Nurdin tak pernah mau melakukan perubahan di PSSI.

Singkat cerita, LPI pun lahir. Namun setelah Nurdin berhasil diganti terlebih setelah keberadaanya sudah diakomodir PSSI, mereka tak melanjutkan putaran kedua karena bersiap untuk main pada satu kompetisi di PSSI.

KOMPETISI DI BAWAH PSSI BARU
Kompetisi baru tentu harus beda dengan kompetisi amatir. Terlebih sudah ada aturan resmi dari Negara bahwa klub profesional tidak boleh lagi menggunakan uang negara(rakyat).

Di bawah Kepengurusan PSSI baru, EXCO tidak serta-merta menempatkan LPI di atas klub ISL. PSSI justru mengakokomdir semua klub ISL masuk di Liga teratas dan tak egois memasukkan semua klub LPI di kompetisi level-1. Namun yang terjadi adalah pemaksimalan isu klub gratisan, klub siluman, pelanggaran statuta dan segala hal yang sekiranya bisa dimanfaatkan untuk menurunkan legitimasi bagi Pengurus PSSI oleh kelompok Pengurus lama.

Untunglah, opini kelompok pengurus lama tak banyak diikuti oleh mayoritas klub. Terbukti, hingga kini tak ada suara untuk menggoyang kepengurusan PSSI baru ini kecuali segelintir orang yang ingin mencari keuntungan pribadi.


SALAH MENILAI
Klaim bahwa kualitas ISL jauh lebih baik ketimbang mutu LPI, secara ilmiah tak dapat dibenarkan. Kalau berdasarkan kesan yang terlihat barangkali memang itulah kesannya. Kesan akan runtuh seketika saat mereka membuktikan secara fisik di lapangan. Lihat saja ketika klub Persija BP tak bisa mengalahkan klub Persitara sedangkan klub Persija LPI mampu menekuk lawan yang sama yang dihadapi oleh Persija ISL! Bukti ini yang bisa dipakai untuk memberi label siap yang lebih berkualitas. Namun itu pun tentu tak bisa langsung dipakai untuk menyimpulkan. Intinya adalah klaim bahwa ISL lebih baik memang tak bisa dibenarkan.

Saat hampir semua klub di ISL tanpa berkeringat mengeruk duit rakyat, maka pantas mereka dapat membeli pemain terbaik, sedangkan LPI yang kehadirannya selain tak memakai duit rakyat mereka pun dibentuk secara singkat dan stok pemain bagus sudah terserap di lapanagan. Ini menjadi sangat wajar bila penampilan ISL relatif lebih baik ketimbang LPI. Tetapi apakah hal itu bisa dijadikan ukuran?

Yang cara pikirnya pendek tentu memandangnya seperti itu. Yang berpikir panjang tentu cara memendangnya pakai logika.

ISL hanya boleh diperbandingkan denga klub sesama pemakai APBD! Klub ISL tentu merajai jika dibandingkan dengan klub-klub di bawahnya karena juga faktor pemakaian uang rakyat yang juga berlipat ganda dibandingkan dengan klub lain! Coba jika duit rakyat gak boleh dipakai buat belanja kebutuhan tim apakah mereka mampu berkiprah(saat itu)?

Mereka kini dipersilakan menjalankan kompetisi secara profesional! Dan, bila mereka sudah mandiri bolehlah nanti mereka berkompetisi secara fair dan silakan dibuktikan apakah mereka layak disebut tim berkualitas.

Memakai ukuran masa lalu sangat tidak pas untuk masa depan.(Cepot)