Wednesday, December 16, 2009

Disiplin adalah Kunci Pertahankan Performa

DALAM lima laga terakhir, Faizal Azmi pemain serba bisa PSMS masih menujukkan performa menawan. Permainannya tetap stabil walaupun tim dalam kondisi tertekan. Bahkan Bank Data milik pelatih PSMS Suimin Diharja mencatat, bahwa Faisal selalu menorehkan nilai baik sepanjang melakoni laga bersama PSMS di ajang resmi.

Menariknya, Faisal kerap melakoni posisi yang bukan posisi resminya sebagai gelandang bertahan.

Oleh Suimin, Faisal kerap digeser ke kanan bawah alias jadi wing bek. Tak masalah, itu dilakoninya juga dengan hasil memuaskan.
Pertukaran posisi ini memang sudah menjadi kamus baru bagi Suimin. Bukan ingin mencoba kemampuan pemain belaka, namun lebih dari itu, ni dilakukan karena keterbatasan skuad yang ada. Beruntung Suimin punya pemain yang bisa digeser-geser posisinya sesuai kebutuhan. Selain Faisal, Suimin masih punya Nyeck Nyobe dan beberapa pemain lainnya yang siap dipindah-pindah.

Lantas apa resep Faisal dalam menjaga performanya? Kemarin (14/12) sore Sumut Pos berbincang dengan Faisal di Stadion Kebun Bunga, markas PSMS.

Dijelaskan pemain gondrong bernomor punggung 7 itu, jika dirinya hanya mencoba membiasakan hidup disiplin. Sebagai atlet, disiplin memang nomor satu.

“Saya kira tidak ada yang istimewa. Sebagai seorang pesepakbola, saya hanya mencoba menerapkan disiplin yang diterapkan pelatih,” beber mantan pemain PSDS, PSKPS, PSPS dan Persitara itu.

Di usianya yang baru 25 tahun, Faisal punya mimpi besar di PSMS. Ya, meski terlahir sebagai putra daerah Deli Serdang, kecintaan Faisal kepada PSMS ternyata sudah dimilikinya sejak kecil. Bahkan obsesi untuk memperkuat PSMS terus mengusik hatinya, meskipun dirinya telah memperkuat PSDS.

“Sejak kecil saya sudah bercita-cita menjadi pemain PSMS. Sekarang kesempatan itu sudah menjadi kenyataan. Jadi, yang harus saya lakukan sekarang ini adalah bermain bagus pada setiap pertandingan yang dilakoni. Bahkan, kalau memungkinkan, saya juga ingin bermain di PSMS selamanya,” tambah ayah seorang balita bernama Faza itu.

Lebih jauh, Faisal juga bertekad membawa PSMS kembali berlaga di kasta tertinggi kompetisi sepak bola tanah air yakni Indonesia Super League (ISL).

“Saya bersama seluruh pemain dan perangkat tim punya satu tekad, yakni membawa PSMS kembali ke ajang ISL. Itu merupakan target tertinggi yang kami apungkan. Semoga saja kami mampu melakukannya,” pungkas suami Yona Purnama Oktarina menutup pembicaraan.

Berdarah Ambon, Cinta Mati kepada PSMS

Benny Tomasoa, Asisten Manajer Tim PSMS

Kerja keras, pengorbanan bahkan isu negatif kerap mengiringi kru yang berada di balik tim PSMS dalam menatap kompetisi musim ini. Terdepak dari kompetisi tertinggi tanah air, merupakan pukulan telak bagi masyarakat Medan utamanya pecinta sepak bola. Kini, PSMS mencoba bangkit. Sayang, berbagai problem masih terus menghantui.

SYAIFULLAH-Medan

Salah satu kru yang membidani terbentuknya tim PSMS musim ini adalah Benny Tomasoa.

“Bento” begitu dia biasa disapa adalah pria berdarah Ambon. Begitupun, Benny yang lahir dan besar di Medan mengaku sangat mencintai PSMS.
Apalagi dia merupakan mantan pemain PSMS di era 80-an. Ya walaupun tidak setenar Ponirin Meka atau Jampi Hutauruk dkk. Mengapa Ponirin Meka atau Jampi Hutauruk? Ya karena ketika masih menjadi pemain, Benny berposisi sebagai penjaga gawang. Sama seperti Ponirin dan Jampi.
Bahkan Benny punya “dendam” kepada Ponirin Meka. Pasalnya, selama Ponirin aktif berada di bawah mistar PSMS, selama itu pula Benny selalu berada di bawah bayang-bayang mantan kiper timnas itu. Namun, dendam itu merupakan dendam yang positif.

“Saat itu saya selalu berada di bawah nama besar Ponirin Meka. Kesempatan saya tampil hanya kalau senior saya itu cedera atau dipanggil Timnas. Tapi saya menikmati saat-saat itu,” kenang Benny kepada Sumut Pos kemarin (14/12).

Bersama PSMS, Benny benar-benar memulai karir dari bawah. Pria kelahiran 6 Oktober 1967 itu memulai masuk skuad PSMS remaja pada tahun 1982. Setahun berikutnya, Benny diberi kesempatan masuk tim junior yang mengkuti Piala Suratin. Hal itu diulangi tahun 1985. Baru pada tahun 1986 Benny berhasil masuk tim senior. Di sinilah Benny merasa jika dirinya harus mencari klub baru agar bisa terbebas dari bayang-bayang Ponirin Meka.

Pada tahun 1987 dia mencoba peruntungan ke Jakarta dengan masuk klub Warna Agung yang berkiprah di kompetisi Galatama. Namun akhirnya dia kembali ke Medan.

“Masa-masa menjadi seorang pesepak bola adalah masa yang indah dan sulit dilupakan. Bahkan akhirnya saya menjadi seperti ini, itu semua tak lepas dari sepak bola,” tambah fans Edwin Van Der Sar dan Jose Maurinho itu.

Ya, selepas dari sepak bola, Benny mencoba mencari sesuatu yang memang tak ada kaitannya sama sekali dari sepak bola.
Beberapa tahun belakangan, Benny berhasil mendirikan satu perusahaan yang bergerak di bidang ekspor-impor.
Namun jiwa sepak bolan seolah tak ingin enyah dari ayah dua anak bernama Yosefina dan Grevance Yohanes itu.
Terlebih Benny miris melihat akhirnya PSMS harus terdepak dari ISL.

Besar tekadnya untuk saling bahi-membahu dengan pengurus dan manajemen lainnya untuk kembali memposisikan PSMS kembali duduk di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.

“Tidak ada kebanggan terbesar bagi pengurus dan manajemen PSMS saat ini, kecuali berhasil meloloskan tim ini kembali ke ISL. Itulah motivasi besar saya menjadi asisten manajer PSMS. Tidak ada yang lain,,” tambah fans berat Barcelona itu.

Lebih dari itu, motivasi dan niat saja tampaknya sangat tidak cukup untuk mengembalikan PSMS ke ISL.
“Dibutuhkan lebih dari sekadar nama besar untuk mengambalikan kejayaan PSMS. Semua pihak di kepengurusan dan manajemen saat ini harus kompak dan satu visi,” bilangnya.

“Saya rasa dengan kebersamaan dan keyakinan, PSMS bisa meraih hasil sesuai harapan kita semua,” pungkas Benny

Suimin Bidik Ariel Guiteres

Dua legiun impor PSMS Nyeck Nyobe dan Osas Saha sudah diabsahkan statusnya membela PSMS di ajang Divisi Utama musim ini. Hanya saja, memiliki dua pemain asing ternyata dianggap masih kurang untuk mendongkrak performa tim guna bersaing menjadi yang terbaik untuk kembali berlaga di pentas Indonesia Super League (ISL) musim depan.

Tak pelak, kondisi ini memaksa manajemen tim Ayam Kinantan berusaha mendapatkan satu pemain asing tambahan. Kebetulan pemain asing yang dilirik adalah pemain yang sebelumnya pernah berkostum PSMS, Ariel Guiteres.

Pertanyaannya, akankah Ariel segera berkostum hijau-hijau khas PSMS? Sebuah pertanyaan yang hingga kini belum bisa dijawab oleh jajaran pengurus maupun manajemen PSMS.

Saat ini peluang bagi Ariel untuk kembali berkostum PSMS menjadi terbuka pasca merebaknya isu yang menyebutkan jika Trimedya Panjaitan, seorang anggota Komisi III DPR RI berencana menggalang dana bagi PSMS.

Kalau rencana mulia itu terwujud, dana yang terkumpul lebih dulu diprioritaskan untuk mengurus dokumen pemain asing. Siapa lagi pemain asing yang dimaksud kalau bukan Ariel!

Ya, sejauh ini memang tinggal Ariel legiun impor yang belum memiliki kejelasan status. Padahal, pemain berkebangsaan Chili itu bukan sosok asing bagi fans PSMS. Pasalnya, selain pernah menjadi anggota tim, pemain ini pun ternyata telah menikah dengan wanita asal Medan.

Meski sudah mulai berumur, Suimin Diharja arsitek PSMS masih yakin kalau Ariel masih punya kualitas untuk menggalang kekuatan di lini tengah tim Ayam Kinantan. Seandainya Ariel jadi bergabung, Suimin yakin jika ke depannya kekuatan tim akan lebih baik lagi.

“Di depan ada Saha, di belakang ada Nyeck. Di tengah, saya harapkan kehadiran pemain asing juga. Ariel Guiteres adalah pemain asing yang saya inginkan, karena menurut saya dia masih memiliki kemampuan di atas rata-rata pemain yang ada saat ini,” kata Suimin belum lama ini.

Bagaimanapun, untuk mengikat pemain asing tambahan, nama Ariel ada di barisan paling depan. Terlebih PT Liga Indonesia pun memperbolehkan klub di Divisi Utama untuk merekrut tiga pemain asing. Dan ketiganya boleh dimainkan sekaligus dalam satu pertandingan. Dan hal itu sudah diterapkan oleh hampir mayoritas klub lainnya.

Sementara itu PSMS, yang punya target lolos ke Indonesia Super League (ISL) musim depan, harusnya melakukan hal serupa untuk menjaga posisi untuk terus bersaing dengan para rival di ajang Divisi Utama Wilayah I.

Terlepas dari masalah itu, Ariel sendiri pun hingga kini masih setia mengikuti sesi latihan bersama PSMS. Padahal, kabar yang berhembus menyebutkan jika pemain yang pernah merumput bersama Medan Jaya ini tidak meminta bayaran selangit, walaupun dia masih tercatat sebagai pemain asing.

“Kenapa Ariel masih kita perbolehkan latihan bersama tim? Itu karena dia punya kualitas sebagai pemain asing, namun menuntut nilai kontrak layaknya pemain lokal. Karenanya, saya berharap agar Ariel segera masuk ke dalam tim,” terang Suimin menyoal Ariel.

Benny Tomasoa, asisten manajer PSMS juga turut angkat bicara mengenai urusan Ariel. Menurutnya, kalau benar Trimedya jadi membantu PSMS, maka dana yang berhasil digalang akan digunakan untuk mengurusi kontrak Ariel.

“Rencana awalnya begitu. Kalau benar Bang Trimedya jadi bantu kita, maka urusan Ariel akan diutamakan,” kata Benny