MEDAN - Skuad PSMS Medan harus berjibaku menghadapi dua pertandingan penting, yakni babak 16 besar Copa Indonesia dan playoff Liga Champions Asia yang waktunya bersamaan 25 Februari mendatang.
Namun Badan Liga Indonesia (BLI) memberikan keringanan dengan mengubah jadwal pertandingan babak 16 besar Copa Indonesia antara PSMS melawan Persiba Bantul pada digelar Jumat (20/2).
Pelatih PSMS Liestiadi yang baru mendapat berita gembira lulus peringkat ketiga lisensi A mengakui jadwal tersebut dikhawatirkan membuat pemain kelelahan dalam melakoni pertandingan playoff LCA. Bahkan, manajemen PSMS mengintruksikan Liestiadi menyaksikan kekuatan calon lawan.
"Dengan begitu kita tidak buta kekuatan lawan," terangnya. Sepeninggalan Luciano Leandro sebagai penasehat teknik, Liestiadi didampingi asisten Rudi Saari yang juga memiliki pengalaman. Kalau Liestiadi berangkat melihat kekuatan lawan, maka Rudi akan mendampingi tim saat menghadapi Persiba.
Sementara itu, Ketua Panpel H Wahyu Wahab menyebutkan, Panpel siap mensukseskan pertandingan babak 16 besar. Dia mengakui selama dua pertandingan Copa Indonesia digelar di Stadion Teladan, masyarakat menyambut antusias. "Mudah-mudahan dengan bertarungnya PSMS di babak 16 besar dukungan dapat bertambah," ujarnya.
Wahyu tidak memungkiri PSMS tidak dapat memperoleh hasil maksimal tanpa dukungan masyarakat. Hadirnya pemain nasional yang juga anak Medan, Markus Horison, Elie Aiboy dan lain-lain dapat memberikan prestasi menggembirakan bagi tim PSMS untuk melangkah ke babak 8 besar.
Kumpulan Berita Tentang PSMS Medan Teruskan Perjuangan MU PSMS Medan "Koe" Dukung Terus PSMS Medan ....
Wednesday, February 18, 2009
MEDAN- Menatap laga playoff Liga Champion Asia (LCA) yang akan segera digelar 25 Februari mendatang, PSMS Medan terus berbenah. Bahkan ajang sekelas Copa Indonesia diumpamakan seperti ajang ujicoba, sebelum benar-benar berlaga di pentas Asia.
Terlebih, Copa Indonesia bisa dijadikan ajang ujicoba pemain impor yang akan diboyong ke pentas LCA. Kebetulan regulasi LCA hanya memperbolehkan klub yang berkompetisi di dalamnya membawa tiga orang saja pemain asing, sama halnya dengan regulasi yang dikeluarkan panitia Copa Indonesia. Meski di ajang Copa Indonesia boleh saja klub mendaftarkan lima pemain asingnya, namun hanya tiga yang nantinya boleh main.
Kondisi ini tentu saja memacu manajemen PSMS untuk benar-benar menguji kemampuan pemain asing yang bakal dibawa. Saat ini ada tiga nama pemain asing yang digadang bakal diboyong, mereka adalah Leonardo Zada, Esteban Guillen, dan Mario Alejandro Costas. Namun pada saat terakhir, nama-nama tersebut bisa saja berubah.
Sayang, dari tiga nama yang diajukan pelatih dua di antaranya tampaknya belum siap berlaga di ajang sekelas LCA. Lihat saja penampilan Costas yang masih labil. Sejak direkrut sebulan lalu, Costas belum menujukkan penampilan terbaiknya.
Liestiadi, arsitek PSMS Medan mengaku, Costas memang masih belum stabil. Pemain asal Argentina itu masih butuh adaptasi yang lebih lama. Terlebih fostur tubuhnya terlihat terlalu tambun. Padahal, pemain bernomor punggung 18 itu disiapkan untuk menjadi target man oleh Liestiadi. Tentu saja ada tanda tanya besar akan keputusan ini.
“Kita tidak punya pilihan striker. Saat ini hanya Costas sosok yang paling pas untuk menjadi target man. Posisi Elie Aiboy dan Rahmat Affandi lebih kepada pencipta peluang,” terang Liestiadi usai latihan Selasa (17/2) kemarin.
Untuk mensiasati agar Costas bisa kembali bugar dan main dengan performa terbaiknya, Liestiadi mengaku punya sejumlah resep jitu. Dia antaranya adalah dengan memberikan latihan khusus. Sebagai seorang target man, tentu saja Costas harus bisa memaksimalkan peluang yang ada. “Kita sudah siapkan drill untuk menyelesaikan bola-bola crosing. Di samping itu, seorang target man itu harus punya skill duel di udara. Yang terpenting adalah pemanfaatan peluang,” sambung Liestiadi.
Masalahnya, Liestiadi tak punya cukup waktu untuk menggelar latihan itu dengan sempurna. Pasalnya, waktu kian mepet. Usai meladeni Persiba Bantul pada 20 Februari mendatang, praktis skuad Ayam hanya memiliki kesempatan menggeber latihan tak lebih dari lima hari.
Tak hanya Costas yang meragukan. Kondisi Leonardo Martin Zada, gelandang serang andalan PSMS Medan musim ini juga mengalami nasib sama, bahkan kondisi Zada bisa dibilang lebih parah. Pasalnya gelandang asal Brazil itu mengalami cedera lutut dan masih konsen terapi hingga saat ini. Cedera tersebut didapat saat skuad PSMS menggelar latihan di kawasan puncak bogor sebelum memulai putaran kedua ISL beberapa waktu lalu.
“Untuk Zada kita memang belum bisa beri kepastian. Saat ini Zada masih jalani terapi lututnya. Mudah-mudahan Zada bisa kembali pulih dalam waktu dekat. Sebab kontribusinya bagi tim cukup berpengaruh,” harap pelatih yang biasa bertopi itu.
Dari nama-nama tersebut, tercatat hanya Esteban Guillen yang stabil. Bahkan, Esteban diharapkan bisa menjadi penghadang serangan lawan sebelum sampai ke barisan pertahanan PSMS. Karena memang Esteban bertugas sebagai gelandang bertahan. Namun, kemampuan Esteban untuk memberikan asisst hingga membuat gol, tentu saja menjadi nilai plus. “Saat ini hanya Esteban yang bisa dibilang cukup stabil,” pungkas LiestiadiMEDAN- Menatap laga playoff Liga Champion Asia (LCA) yang akan segera digelar 25 Februari mendatang, PSMS Medan terus berbenah. Bahkan ajang sekelas Copa Indonesia diumpamakan seperti ajang ujicoba, sebelum benar-benar berlaga di pentas Asia.
Terlebih, Copa Indonesia bisa dijadikan ajang ujicoba pemain impor yang akan diboyong ke pentas LCA. Kebetulan regulasi LCA hanya memperbolehkan klub yang berkompetisi di dalamnya membawa tiga orang saja pemain asing, sama halnya dengan regulasi yang dikeluarkan panitia Copa Indonesia. Meski di ajang Copa Indonesia boleh saja klub mendaftarkan lima pemain asingnya, namun hanya tiga yang nantinya boleh main.
Kondisi ini tentu saja memacu manajemen PSMS untuk benar-benar menguji kemampuan pemain asing yang bakal dibawa. Saat ini ada tiga nama pemain asing yang digadang bakal diboyong, mereka adalah Leonardo Zada, Esteban Guillen, dan Mario Alejandro Costas. Namun pada saat terakhir, nama-nama tersebut bisa saja berubah.
Sayang, dari tiga nama yang diajukan pelatih dua di antaranya tampaknya belum siap berlaga di ajang sekelas LCA. Lihat saja penampilan Costas yang masih labil. Sejak direkrut sebulan lalu, Costas belum menujukkan penampilan terbaiknya.
Liestiadi, arsitek PSMS Medan mengaku, Costas memang masih belum stabil. Pemain asal Argentina itu masih butuh adaptasi yang lebih lama. Terlebih fostur tubuhnya terlihat terlalu tambun. Padahal, pemain bernomor punggung 18 itu disiapkan untuk menjadi target man oleh Liestiadi. Tentu saja ada tanda tanya besar akan keputusan ini.
“Kita tidak punya pilihan striker. Saat ini hanya Costas sosok yang paling pas untuk menjadi target man. Posisi Elie Aiboy dan Rahmat Affandi lebih kepada pencipta peluang,” terang Liestiadi usai latihan Selasa (17/2) kemarin.
Untuk mensiasati agar Costas bisa kembali bugar dan main dengan performa terbaiknya, Liestiadi mengaku punya sejumlah resep jitu. Dia antaranya adalah dengan memberikan latihan khusus. Sebagai seorang target man, tentu saja Costas harus bisa memaksimalkan peluang yang ada. “Kita sudah siapkan drill untuk menyelesaikan bola-bola crosing. Di samping itu, seorang target man itu harus punya skill duel di udara. Yang terpenting adalah pemanfaatan peluang,” sambung Liestiadi.
Masalahnya, Liestiadi tak punya cukup waktu untuk menggelar latihan itu dengan sempurna. Pasalnya, waktu kian mepet. Usai meladeni Persiba Bantul pada 20 Februari mendatang, praktis skuad Ayam hanya memiliki kesempatan menggeber latihan tak lebih dari lima hari.
Tak hanya Costas yang meragukan. Kondisi Leonardo Martin Zada, gelandang serang andalan PSMS Medan musim ini juga mengalami nasib sama, bahkan kondisi Zada bisa dibilang lebih parah. Pasalnya gelandang asal Brazil itu mengalami cedera lutut dan masih konsen terapi hingga saat ini. Cedera tersebut didapat saat skuad PSMS menggelar latihan di kawasan puncak bogor sebelum memulai putaran kedua ISL beberapa waktu lalu.
“Untuk Zada kita memang belum bisa beri kepastian. Saat ini Zada masih jalani terapi lututnya. Mudah-mudahan Zada bisa kembali pulih dalam waktu dekat. Sebab kontribusinya bagi tim cukup berpengaruh,” harap pelatih yang biasa bertopi itu.
Dari nama-nama tersebut, tercatat hanya Esteban Guillen yang stabil. Bahkan, Esteban diharapkan bisa menjadi penghadang serangan lawan sebelum sampai ke barisan pertahanan PSMS. Karena memang Esteban bertugas sebagai gelandang bertahan. Namun, kemampuan Esteban untuk memberikan asisst hingga membuat gol, tentu saja menjadi nilai plus. “Saat ini hanya Esteban yang bisa dibilang cukup stabil,” pungkas Liestiadi
Terlebih, Copa Indonesia bisa dijadikan ajang ujicoba pemain impor yang akan diboyong ke pentas LCA. Kebetulan regulasi LCA hanya memperbolehkan klub yang berkompetisi di dalamnya membawa tiga orang saja pemain asing, sama halnya dengan regulasi yang dikeluarkan panitia Copa Indonesia. Meski di ajang Copa Indonesia boleh saja klub mendaftarkan lima pemain asingnya, namun hanya tiga yang nantinya boleh main.
Kondisi ini tentu saja memacu manajemen PSMS untuk benar-benar menguji kemampuan pemain asing yang bakal dibawa. Saat ini ada tiga nama pemain asing yang digadang bakal diboyong, mereka adalah Leonardo Zada, Esteban Guillen, dan Mario Alejandro Costas. Namun pada saat terakhir, nama-nama tersebut bisa saja berubah.
Sayang, dari tiga nama yang diajukan pelatih dua di antaranya tampaknya belum siap berlaga di ajang sekelas LCA. Lihat saja penampilan Costas yang masih labil. Sejak direkrut sebulan lalu, Costas belum menujukkan penampilan terbaiknya.
Liestiadi, arsitek PSMS Medan mengaku, Costas memang masih belum stabil. Pemain asal Argentina itu masih butuh adaptasi yang lebih lama. Terlebih fostur tubuhnya terlihat terlalu tambun. Padahal, pemain bernomor punggung 18 itu disiapkan untuk menjadi target man oleh Liestiadi. Tentu saja ada tanda tanya besar akan keputusan ini.
“Kita tidak punya pilihan striker. Saat ini hanya Costas sosok yang paling pas untuk menjadi target man. Posisi Elie Aiboy dan Rahmat Affandi lebih kepada pencipta peluang,” terang Liestiadi usai latihan Selasa (17/2) kemarin.
Untuk mensiasati agar Costas bisa kembali bugar dan main dengan performa terbaiknya, Liestiadi mengaku punya sejumlah resep jitu. Dia antaranya adalah dengan memberikan latihan khusus. Sebagai seorang target man, tentu saja Costas harus bisa memaksimalkan peluang yang ada. “Kita sudah siapkan drill untuk menyelesaikan bola-bola crosing. Di samping itu, seorang target man itu harus punya skill duel di udara. Yang terpenting adalah pemanfaatan peluang,” sambung Liestiadi.
Masalahnya, Liestiadi tak punya cukup waktu untuk menggelar latihan itu dengan sempurna. Pasalnya, waktu kian mepet. Usai meladeni Persiba Bantul pada 20 Februari mendatang, praktis skuad Ayam hanya memiliki kesempatan menggeber latihan tak lebih dari lima hari.
Tak hanya Costas yang meragukan. Kondisi Leonardo Martin Zada, gelandang serang andalan PSMS Medan musim ini juga mengalami nasib sama, bahkan kondisi Zada bisa dibilang lebih parah. Pasalnya gelandang asal Brazil itu mengalami cedera lutut dan masih konsen terapi hingga saat ini. Cedera tersebut didapat saat skuad PSMS menggelar latihan di kawasan puncak bogor sebelum memulai putaran kedua ISL beberapa waktu lalu.
“Untuk Zada kita memang belum bisa beri kepastian. Saat ini Zada masih jalani terapi lututnya. Mudah-mudahan Zada bisa kembali pulih dalam waktu dekat. Sebab kontribusinya bagi tim cukup berpengaruh,” harap pelatih yang biasa bertopi itu.
Dari nama-nama tersebut, tercatat hanya Esteban Guillen yang stabil. Bahkan, Esteban diharapkan bisa menjadi penghadang serangan lawan sebelum sampai ke barisan pertahanan PSMS. Karena memang Esteban bertugas sebagai gelandang bertahan. Namun, kemampuan Esteban untuk memberikan asisst hingga membuat gol, tentu saja menjadi nilai plus. “Saat ini hanya Esteban yang bisa dibilang cukup stabil,” pungkas LiestiadiMEDAN- Menatap laga playoff Liga Champion Asia (LCA) yang akan segera digelar 25 Februari mendatang, PSMS Medan terus berbenah. Bahkan ajang sekelas Copa Indonesia diumpamakan seperti ajang ujicoba, sebelum benar-benar berlaga di pentas Asia.
Terlebih, Copa Indonesia bisa dijadikan ajang ujicoba pemain impor yang akan diboyong ke pentas LCA. Kebetulan regulasi LCA hanya memperbolehkan klub yang berkompetisi di dalamnya membawa tiga orang saja pemain asing, sama halnya dengan regulasi yang dikeluarkan panitia Copa Indonesia. Meski di ajang Copa Indonesia boleh saja klub mendaftarkan lima pemain asingnya, namun hanya tiga yang nantinya boleh main.
Kondisi ini tentu saja memacu manajemen PSMS untuk benar-benar menguji kemampuan pemain asing yang bakal dibawa. Saat ini ada tiga nama pemain asing yang digadang bakal diboyong, mereka adalah Leonardo Zada, Esteban Guillen, dan Mario Alejandro Costas. Namun pada saat terakhir, nama-nama tersebut bisa saja berubah.
Sayang, dari tiga nama yang diajukan pelatih dua di antaranya tampaknya belum siap berlaga di ajang sekelas LCA. Lihat saja penampilan Costas yang masih labil. Sejak direkrut sebulan lalu, Costas belum menujukkan penampilan terbaiknya.
Liestiadi, arsitek PSMS Medan mengaku, Costas memang masih belum stabil. Pemain asal Argentina itu masih butuh adaptasi yang lebih lama. Terlebih fostur tubuhnya terlihat terlalu tambun. Padahal, pemain bernomor punggung 18 itu disiapkan untuk menjadi target man oleh Liestiadi. Tentu saja ada tanda tanya besar akan keputusan ini.
“Kita tidak punya pilihan striker. Saat ini hanya Costas sosok yang paling pas untuk menjadi target man. Posisi Elie Aiboy dan Rahmat Affandi lebih kepada pencipta peluang,” terang Liestiadi usai latihan Selasa (17/2) kemarin.
Untuk mensiasati agar Costas bisa kembali bugar dan main dengan performa terbaiknya, Liestiadi mengaku punya sejumlah resep jitu. Dia antaranya adalah dengan memberikan latihan khusus. Sebagai seorang target man, tentu saja Costas harus bisa memaksimalkan peluang yang ada. “Kita sudah siapkan drill untuk menyelesaikan bola-bola crosing. Di samping itu, seorang target man itu harus punya skill duel di udara. Yang terpenting adalah pemanfaatan peluang,” sambung Liestiadi.
Masalahnya, Liestiadi tak punya cukup waktu untuk menggelar latihan itu dengan sempurna. Pasalnya, waktu kian mepet. Usai meladeni Persiba Bantul pada 20 Februari mendatang, praktis skuad Ayam hanya memiliki kesempatan menggeber latihan tak lebih dari lima hari.
Tak hanya Costas yang meragukan. Kondisi Leonardo Martin Zada, gelandang serang andalan PSMS Medan musim ini juga mengalami nasib sama, bahkan kondisi Zada bisa dibilang lebih parah. Pasalnya gelandang asal Brazil itu mengalami cedera lutut dan masih konsen terapi hingga saat ini. Cedera tersebut didapat saat skuad PSMS menggelar latihan di kawasan puncak bogor sebelum memulai putaran kedua ISL beberapa waktu lalu.
“Untuk Zada kita memang belum bisa beri kepastian. Saat ini Zada masih jalani terapi lututnya. Mudah-mudahan Zada bisa kembali pulih dalam waktu dekat. Sebab kontribusinya bagi tim cukup berpengaruh,” harap pelatih yang biasa bertopi itu.
Dari nama-nama tersebut, tercatat hanya Esteban Guillen yang stabil. Bahkan, Esteban diharapkan bisa menjadi penghadang serangan lawan sebelum sampai ke barisan pertahanan PSMS. Karena memang Esteban bertugas sebagai gelandang bertahan. Namun, kemampuan Esteban untuk memberikan asisst hingga membuat gol, tentu saja menjadi nilai plus. “Saat ini hanya Esteban yang bisa dibilang cukup stabil,” pungkas Liestiadi
PSMS U-21 hancurkan SFC
MEDAN - Gol spektakuler pemain belakang Septia Hadi berhasil memenangkan PSMS Medan U-21 atas Sriwijaya FC 1-0 dalam lanjutan kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) U-21 di Stadion Teladan Medan, Selasa.
Septia dengan kaki kiri melepaskan tendangan bola mati sekitar dua meter dari daerah penalti. Tendangan silang dari kiri pertahanan SFC itu tepat ke arah tiang jauh yang sulit dijangkau penjaga gawang Andi Irawan.
SFC unggul dalam penguasaan bola dan duel lapangan tengah, namun sulit menembus jantung pertahanan PSMS yang dikoordinir Afid Ali.
"Ini merupakan kemenangan pertama yang diperoleh dari enam kali penampilan," terang pelatih PSMS Wanderley. Dia mengakui di menit-menit awal, SFC mendominasi permainan namun timnya menemukan kepercayaan diri setelah 30 menit.
Menurutnya, walaupun PSMS tampil di kandang, mereka tampil grogi. Bermain di Stadion Teladan adalah untuk kedua kalinya setelah bermain imbang dengan Persita Tangerang beberapa waktu lalu.
Pelatih SFC Sunardi menyebutkan permainan berimbang. "Terjadinya gol karena kesalahan pemain belakang yang mengakibatkan terjadinya tendangan bebas. SFC juga memiliki peluang, hanya keberuntungan belum berpihak," ujar Sunardi.
Pencetak gol semata wayang Septia Hadi menyebutkan, gol yang diciptakannya dipersembahkan buat PSMS. Bagi lajang kelahiran Kelumpang, Deli Serdang, 26 September 1991, ini merupakan gol kedua yang sebelumnya diciptakan ke gawang Persija Jakarta.
Anak sulung dari dua bersaudara ini mengawali karir di SSB Klumpang dan merupakan jebolan Academy Kurnia Football. Septia sempat dipercayakan bergabung dengan tim senior PSMS dan hasilnya tidak mengecewakan karena berperan dalam kemenangan atas PSPS Pekan Baru di babak 24 besar Copa Indonesia.
Septia dengan kaki kiri melepaskan tendangan bola mati sekitar dua meter dari daerah penalti. Tendangan silang dari kiri pertahanan SFC itu tepat ke arah tiang jauh yang sulit dijangkau penjaga gawang Andi Irawan.
SFC unggul dalam penguasaan bola dan duel lapangan tengah, namun sulit menembus jantung pertahanan PSMS yang dikoordinir Afid Ali.
"Ini merupakan kemenangan pertama yang diperoleh dari enam kali penampilan," terang pelatih PSMS Wanderley. Dia mengakui di menit-menit awal, SFC mendominasi permainan namun timnya menemukan kepercayaan diri setelah 30 menit.
Menurutnya, walaupun PSMS tampil di kandang, mereka tampil grogi. Bermain di Stadion Teladan adalah untuk kedua kalinya setelah bermain imbang dengan Persita Tangerang beberapa waktu lalu.
Pelatih SFC Sunardi menyebutkan permainan berimbang. "Terjadinya gol karena kesalahan pemain belakang yang mengakibatkan terjadinya tendangan bebas. SFC juga memiliki peluang, hanya keberuntungan belum berpihak," ujar Sunardi.
Pencetak gol semata wayang Septia Hadi menyebutkan, gol yang diciptakannya dipersembahkan buat PSMS. Bagi lajang kelahiran Kelumpang, Deli Serdang, 26 September 1991, ini merupakan gol kedua yang sebelumnya diciptakan ke gawang Persija Jakarta.
Anak sulung dari dua bersaudara ini mengawali karir di SSB Klumpang dan merupakan jebolan Academy Kurnia Football. Septia sempat dipercayakan bergabung dengan tim senior PSMS dan hasilnya tidak mengecewakan karena berperan dalam kemenangan atas PSPS Pekan Baru di babak 24 besar Copa Indonesia.
Subscribe to:
Posts (Atom)