Monday, January 19, 2009

LIPUTAN KHUSUS - Sepakbola Indonesia Di Mata Dunia (I): Inggris & Italia Mendukung Revolusi Di Dalam Tubuh Organisasi PSSI

Apa kata dunia, jika sepakbola Indonesia mengalami masa-masa suram seperti sekarang ini?

LIPUTAN KHUSUS - Sepakbola Indonesia Di Mata Dunia (I): Inggris & Italia Mendukung Revolusi Di Dalam Tubuh Organisasi PSSI
Selama ini, dunia mengenal sepakbola Indonesia sebagai tim Asia pertama yang lolos ke Piala Dunia, tepatnya di Prancis 1938. Kala itu, Indonesia mengenal olahraga sepakbola melalui sang penjajah. Di bawah bendera Dutch East Indies (Hindia Belanda), timnas ditaklukkan 6-0 di babak pertama sistem gugur oleh Hongaria, tim yang akhirnya keluar sebagai runner-up.

Namun, apa yang terjadi sesudah itu? Indonesia hanya sekali menembus babak akhir Olimpiade. Di Melbourne 1956, mereka sempat menahan imbang Uni Soviet tanpa gol, sebelum kalah 4-0 pada pertandingan ulang. Merah-Putih lolos ke empat edisi terakhir Piala Asia, tapi tak pernah beranjak dari babak grup. Di tingkat Asia Tenggara, timnas belum pernah mencicipi gelar juara dalam tujuh kali Piala AFF. Sedangkan di ASEAN Games, Indonesia pernah meraih medali emas dua kali, pada 1987 dan 1991.

Artinya, timnas paceklik gelar selama 18 tahun terakhir - sebuah catatan yang sangat mengkhawatirkan dan mengecewakan.

Korupsi di dalam tubuh organisasi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), ditambah lagi kompetisi Superliga Indonesia yang terbentur kendala jadwal yang sulit ditepati, kerusuhan penonton, dan masalah lainnya menjadi sorotan dunia.

Apa yang perlu dilakukan, agar sepakbola kita segera dibenahi dan diselamatkan dari keterpurukan? GOAL.com Indonesia berbicara dengan anggota redaksi dari edisi lainnya di laman ini.

Jika kumpulan redaksi dari sebuah media sepakbola global menyoroti masalah yang dihadapi Indonesia, tentunya mereka dapat menyumbangkan pikirannya, sekaligus menyampaikan kritik yang membangun.

Editor GOAL.com edisi Inggris Ewan MacDonald mengaku tertarik dengan masalah-masalah yang dialami sepakbola Tanah Air. Ia pernah membaca tentang kasus presiden PSSI Nurdin Halid yang dijebloskan ke penjara, tapi kemudian menolak mundur. Menurut Ewan, revolusi adalah satu-satunya cara untuk mengatasi permasalahan Indonesia.

"Sebuah revolusi adalah yang paling ideal, tapi masalahnya di sini adalah FIFA tak akan membiarkan intervensi politik di dalam struktur sepakbola, dan revolusi tentunya harus dilakukan melalui dukungan publik. Jadi ini semua situasi yang berbahaya," ujar Ewan.

"FIFA sendiri mempunyai masalah korupsi, jadi akan sulit untuk melihat mereka mengatasi Indonesia secara benar, sementara di rumahnya sendiri mereka kacau!" tambahnya.

Ewan melanjutkan, masalah kompetisi lokal harus segera dibenahi, dan tim yang berlaga di Superliga harus bermain di kandangnya sendiri.

"Kunci lainnya terdapat pada kompetisi junior. Saya merasa, infrastruktur dalam hal lapangan dan kepelatihan adalah awal yang bagus. Dalam hal Superliga, upaya keras harus dilakukan agar stadion-stadion lebih aman, dan tim yang ingin memainkan laga kandangnya harus bermain ke stadion terdekat. Dan semua ini membutuhkan dana besar."

Direktur Situs GOAL.com Italia Sergio Stanco mengakui, di negaranya memang jarang memperhatikan perkembangan sepakbola di Asia maupun Amerika Utara. Bahkan menurutnya, hanya sedikit fanatik yang menyaksikan sepakbola Amerika Latin. Para tifosi Italia tentunya lebih sering mengikuti Serie A dan Liga Champions. Tapi begitu mendengar masalah yang melanda Indonesia, Sergio ikut prihatin.

"Memang, masalah yang dihadapi Indonesia tidak mudah. Kami sendiri punya masalah skandal [Calciopoli] beberapa tahun lalu tapi tak banyak perubahan keorganisasian pada asosiasi sepakbola kami," tutur Sergio melalui e-mail kepada GOAL.com Indonesia.

"Semua petinggi mempertahankan posisinya. Bahkan masih ada orang-orang yang sama selama 30 tahun terakhir dalam jabatan inti sepakbola Italia yang terlibat skandal-skandal.

"Cara-cara terbaik adalah membuka kemungkinan untuk membangun organisasi baru yang sungguh-sungguh, tapi hal itu saya akui tidak akan mudah.

"Semangat Indonesia harus dimulai dari fans, dan bukan dari organisasi. Membangun stadion yang nyaman dan memberikan kesempatan buat suporter 'bernafas' sepakbola. Itulah cara terbaik. Kami mempunyai masalah yang sama di Italia," tandas Sergio.

Lanjutan:
LIPUTAN KHUSUS - Sepakbola Indonesia Di Mata Dunia (II): Keprihatinan Cina, Jepang, Korsel Terhadap Saudaranya

LIPUTAN KHUSUS - Sepakbola Indonesia Di Mata Dunia (II): Keprihatinan Cina, Jepang, Korsel Terhadap Saudaranya

Apa kata dunia, jika sepakbola Indonesia mengalami masa-masa suram seperti sekarang ini?
LIPUTAN KHUSUS - Sepakbola Indonesia Di Mata Dunia (II): Keprihatinan Cina, Jepang, Korsel Terhadap Saudaranya

Tulisan ini merupakan lanjutan dari Liputan Khusus - Sepakbola Indonesia Di Mata Dunia (I): Italia & Inggris Mendukung Revolusi Di Dalam Tubuh Organisasi PSSI

Cina, Jepang dan Korea Selatan, sebagai tiga kekuatan raksasa di Asia, tentunya mengikuti terus perkembangan saudara lainnya di benua ini.

Pemimpin Redaksi GOAL.com Cina Dapeng Liang mengenang sejarah pertemuan negaranya melawan Indonesia.

"Menurut saya, kami memainkan pertandingan yang mengesankan melawan Indonesia pada 13 Mei 2001 pada prakualifikasi Piala Dunia 2002. Di kandang kami di Kunming, Indonesia unggul terlebih dulu di babak pertama, melalui tendangan jarak jauh [oleh Kurniawan Dwi Yulianto di menit ke-39, tapi selanjutnya timnas kalah 5-1]," tutur Liang melalui e-mail kepada pimpinan redaksi GOAL.com Indonesia.

"Dan dalam sejarahnya, kami tahu Cina dikalahkan Indonesia di prakualifikasi Piala Dunia 1958. Di putaran pertama pada 1957, tiga pertandingan melawan Indonesia berakhir dengan skor 2-0 untuk kemenangan Indonesia di Jakarta, kemudian kami membalas di kandang kami dengan keunggulan 4-3, tapi terakhir kami ditahan imbang tanpa gol. Itu pengalaman pertama tim nasional Cina mengikuti prakualifikasi Piala Dunia. Saya tahu itu merupakan periode emas buat sepakbola Indonesia," lanjutnya.

Liang menyayangkan, penampilan timnas justru menurun sejak Piala Asia 2007, dan Indonesia harus banyak belajar dari negara lainnya.

"Saya harus mengakui, tim Anda bermain baik sekali di Piala Asia 2007, tapi fisik Indonesia masing kurang, meskipun skill individual dan determinasi sudah kuat, khususnya di kandang sendiri.

"Saya dengar, tim Portugal, Belanda, Italia dan Inggris sangat popular di Indonesia. Itu bagus, karena tim sekelas Portugal, Meksiko dan Jepang adalah tempat pembelajaran yang bagus."

Liang pun mendukung revolusi di dalam PSSI, dan kompetisi di level junior harus segera dibenahi.

"Masalah yang dihadapi oleh negara Anda sangat mirip dengan Cina - banyak sekali masalah di liga, pengaturan skor pertandingan, dan buruknya perkembangan pesepakbola remaja.

"Revolusi di dalam asosiasi sepakbola sangat diperlukan. Semuanya kacau. Tapi sepakbola juga menyangkut para pemain, dan presiden PSSI harus mempunyai rencana yang matang dalam memajukan sepakbola Anda, seperti yang dilakukan Saburo Kawabuchi di Jepang. Kami di Cina mencari orang seperti dia. Selanjutnya, jalankan rencana itu.

"Sistem pembinaan sepakbola di tingkat junior juga sangat penting. Pada 2009, Cina memiliki rencana besar untuk memajukan sepakbola remaja. Tim kami saat ini paling buruk dari yang sebelumnya, tapi kami melihat masa depan cerah dalam lima atau sepuluh tahun ke depan. Kami ingin mengajak lebih banyak lagi putra-putri kami untuk bermain dalam olahraga indah ini. Mudah-mudahan kami mendapatkan tim yang lebih jago di masa mendatang, dan Indonesia juga."

Lalu, bagaimana caranya agar semangat anak-anak Indonesia dapat terwujud dengan semaksimal mungkin di lapangan? Menurut Liang, PSSI harus mampu memaksimalkan proyek Vision Asia yang diselenggarakan FIFA.

"Dari dana proyek itu, PSSI harus menggunakannya untuk membangun lapangan sepakbola dan fasilitas yang memadai di kota-kota besar, khususnya untuk anak-anak remaja, daripada membuat tempat kerjanya lebih nyaman buat sang presiden," tandas Liang.

Pemimpin Redaksi GOAL.com edisi Jepang Yoshikazu Muro memiliki pendapat yang kurang lebih sama dengan Liang.

"Saya tahu, sepakbola Indonesia cukup sukses di era 1960-an dan 70-an, tapi mereka kehilangan performa sejak itu. Kami hanya bisa melihat penampilan Indonesia di Piala Asia. Menurut saya, mereka selalu kalah dalam hal fisik," tuturnya.

Yoshi menambahkan, kesuksesan sepakbola Indonesia dan dukungan PSSI saling terkait, dan tak boleh terlepas.

"Agar liga domestik dan tim nasional sukses, dukungan PSSI selalu penting, dan di saat yang sama, PSSI harus sangat terorganisir," jelas Yoshi. "Jika tidak, semuanya akan hancur mulai dari pondasinya. Jepang bisa sukses selama sepuluh tahun terakhir dan lolos ke Piala Dunia karena pondasi dan ketegasan asosiasi sepakbolanya.

"Saya menyarankan agar Indonesia segera melakukan dua hal: mengaktifkan seorang ketua baru dengan kemampuan memimpin yang kuat, dan mengembangkan sistem kompetisi pemain muda yang tersusun rapi, hingga ke komunitas lokal.

"Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia tapi butuh perjalanan panjang, langkah demi langkah dari satu level ke level berikutnya, karena tak mungkin ada perubahan dramatis dalam sepakbola. Untuk menuju ke arah yang lebih baik, pondasi liga domestik harus diperkuat dengan sistem yang lebih matang dan terorganisir - itu sangat penting demi terwujudnya prestasi yang membanggakan buat Indonesia."

Terakhir, Pemimpin Redaksi Korea Cheol-gyu Lee mengatakan, mentalitas Indonesia sudah membaik pada Piala Asia 2007 lalu, tapi fisiknya masih perlu diperbaiki.

"Jika para pemain bisa meningkatkan fisiknya, mereka akan tambah bagus. Adanya Akademi Sepakbola Real Madrid [di Bali] serta Sekolah Sepakbola Arsenal [di Jakarta] dapat berdampak positif buat masa depan, tapi butuh waktu," tegasnya.

Cheol-gyu memberi contoh, Korea Selatan bisa sukses karena administrasi asosiasi sepakbolanya yang bersih.

"Saya pikir Korea bisa sukses karena kebijaksanaan yang konsisten, ditambah marketing yang hasilnya bagus. Investasi ditujukan untuk membangun sistem pembinaan pemain remaja.

"Jika Indonesia ingin hasil yang baik, PSSI harus memperbaiki infrastruktur yang telah eksis, seperti stadion dan sistem sepakbolanya."

Cheol-gyu menambahkan, patriotisme harus ditanamkan dalam PSSI dan pemain-pemain timnas. Dan menurutnya, PSSI harus memaksimalkan dana dari sponsor untuk melatih pemain-pemain muda.

"Di Korea, kami memanfaatkan patriotisme itu supaya rakyat tertarik dengan sepakbola. Jadi begitu melawan Jepang, kami semangat.

"Dengan hasil lolos ke enam Piala Dunia terakhir, asosiasi sepakbola kami meraih banyak dukungan dari sponsor. Pada 1996, Nike memberikan asosiasi sepakbola Korea dana 1,5 milyar won per tahun [sekitar Rp12,4 milyar]. Jumlah itu meningkat menjadi 6,2 milyar won ditambah 4 milyar untuk kostum pemain tahun ini. Anggaran ini kemudian digunakan untuk melatih pemain-pemain ke luar negeri. Booming yang terjadi pasca Piala Dunia 2002 membuat pemerintah lokal memperkuat infrastruktur sepakbola termasuk stadion.

"Selain itu, Korea membuat banyak turnamen di tingkat remaja, dari segala umur. Futsal pun diperkenalkan, dan pelatih dikirim ke luar negeri untuk belajar. Pendidikan dan lisensi wasit juga ditingkatkan."

Nantikan lanjutannya...

PSMS Unjuk Kekuatan Baru

PSMS Unjuk Kekuatan Baru Sejak datang ke PSMS Medan, Luciano Leandro telah memborong 10 pemain baru. Kehadiran mereka disebut bakal membuat Ayam Kinantan lebih bertaji. Dan, sore nanti, akan menjadi momen tepat untuk menunjukkan kepada publik Medan, seperti apa kekuatan new PSMS.

Menjamu PSPS Pekanbaru pada leg pertama babak 24 besar Piala Indonesia di Stadion Teladan, sore nanti, Ayam Kinantan wajib menang. “Kami akan memberikan kejutan besar dan membuktikan kepada masyarakat Medan, PSMS masih ada dan bisa meraih kemenangan,” ujar kapten PSMS Affan Lubis seusai latihan tim di Stadion Teladan kemarin pagi.

Ledakan besar bisa diartikan Ayam Kinantan tidak akan sekadar memberikan kemenangan kepada pendukung fanatik mereka. Ledakan besar juga bisa berarti sebuah kemenangan yang disertai permainan taktis dan hujan gol ke gawang PSPS.

“Kami mengoptimalkan pemain yang ada dan memberikan kepercayaan penuh kepada pemain. Dan, saya yakin mereka mampu melakukannya,” ujar Luciano yang menjadi penasihat teknis PSMS. Ayam Kinantan bakal tampil dalam skema 4-4-2. Pola ini dianggap ampuh untuk meredam permainan anak asuh Abdurahman Gurning yang turun dengan kekuatan penuh.

Dilihat dari pola main dan latihan yang dilakukan kemarin, kemungkinan tidak ada perubahan skuad mencolok dibanding saat menjinakkan Persiraja Banda Aceh di 48 besar Piala Indonesia.

“PSPS adalah tim solid dan sulit dikalahkan. Mereka pemuncak klasmen sementara divisi utama wilayah satu. Saya ingin pemain bisa memberikan yang terbaik di laga kandang ini. Tak hanya itu, kemenangan juga merupakan modal besar di laga kedua,” ujar pria berpaspor Brasil ini.

Sementara itu, Askar Bertuah –julukan PSPS– tak kalah sesumbar. Tim yang mengalahkan Semen Padang di babak 48 besar dengan agregat 2-1 ini tak mau malu di kandang PSMS.

Selain datang dengan kekuatan penuh, Gurning juga tahu karakter permainan Ayam Kinantan. Penyebabnya, mereka memiliki pemain yang pernah merumput di PSMS dan PSDS Deli Serdang, termasuk Abdurrahman, yang juga mantan pemain Ayam Kinantan.

“PSMS memang tim bagus yang punya materi pemain andal. Mereka pastinya semakin percaya diri karena didukung pencinta setianya. Namun, kami tidak boleh menyerah dengan persiapan panjang dan matang, kami akan berusaha mengimbangi mereka,” ungkap pemain belakang PSPS Dedi Gusmawan.

Agus Rianto dkk kemungkinan turun dengan pola 4-4-2, seperti pertandingan biasanya. Duet Imam Faisal dan Duzmafo Herman diramalkan menjadi andalan menjebol gawang Ghalih Sudaryono.

Sedangkan di lini tengah akan diisi Agus Rianto, Daniel Bikoi Ose, dan Ade Chandra Kirana. “Untuk penonton tidak ada masalah.Kami harapkan wasit memimpin pertandingan bisa bekerja dengan baik. Dengan begitu, peluang meraih seri lebih terbuka,” tandasnya.

PSMS Kalahkan PSPS 4-2

PSMS berhasil memenuhi ambisinya dengan menumbangkan tim PSPS dengan skor 4-2 (2-1) pada pertandingan leg pertama babak 24 besar Piala Copa Djie Sam Soe 2008/2009 di Stadion Teladan Medan, Sabtu.

Gol pertama bagi kemenangan tim "ayam kinantan" itu diciptakan Leonardo Martins alias Zada pemain asal Brazil pada menit ke-10 dengan menggetarkan gawang PSPS dikawal Andi Setiawan.

Gol dihasilkan pemain asing itu melalui sundulan kepala setelah menerima bola umpan yang diberikan Elie Aiboy.

Setelah ketinggalan satu gol dari PSMS, pemain PSPS Agus Rianto, Ade Chandra dan Dzumafo E Herman mencoba melancarkan serangan ke daerah pertahanan PSMS. Namun serangan itu berhasil digagalkan pemain barisan pertahanan PSMS.

Bahkan sebaliknya, pemain PSMS Leonardo melakukan gebrakan dan menambah satu gol lagi pada menit ke-17. Dengan demikian PSMS unggul 2-0 atas PSPS pada babak pertama.

Ketinggalan dua gol dari PSMS, para pemain PSPS mencoba bangkit dan terus melancarkan serangan. Zumafo E Herman akhirnya bisa menjaringkan bola ke gawang PSMS yang dikawal Ghali Sudaryono pada menit ke-44.

Gol yang dihasilkan Zumafo ini dicetak melalui tendangan penalti, satu menit menjelang berakhirnya pertandingan babak pertama.

Sementara itu babak kedua, Leonardo kembali berhasil menambah gol buat PSMS pada menit ke-68. Selanjutnya gol balasan PSPS lahir melalui kaki Agus Rianto pada menit ke-77.

Gol ke-4 atau terakhir bagi kemenangan PSMS diciptakan melalui pemain Oktovianus pada menit ke-80 setelah menggantikan rekannya Asri Akbar.

Sampai pluit panjang tanda berakhirnya pertandingan, skor tetap tidak berubah 4-2 bagi kemenangan PSMS atas PSPS yang memiliki julukan "Laskar Hang Tuah"

PSMS Kalahkan PSPS 4-2

PSMS berhasil memenuhi ambisinya dengan menumbangkan tim PSPS dengan skor 4-2 (2-1) pada pertandingan leg pertama babak 24 besar Piala Copa Djie Sam Soe 2008/2009 di Stadion Teladan Medan, Sabtu.

Gol pertama bagi kemenangan tim "ayam kinantan" itu diciptakan Leonardo Martins alias Zada pemain asal Brazil pada menit ke-10 dengan menggetarkan gawang PSPS dikawal Andi Setiawan.

Gol dihasilkan pemain asing itu melalui sundulan kepala setelah menerima bola umpan yang diberikan Elie Aiboy.

Setelah ketinggalan satu gol dari PSMS, pemain PSPS Agus Rianto, Ade Chandra dan Dzumafo E Herman mencoba melancarkan serangan ke daerah pertahanan PSMS. Namun serangan itu berhasil digagalkan pemain barisan pertahanan PSMS.

Bahkan sebaliknya, pemain PSMS Leonardo melakukan gebrakan dan menambah satu gol lagi pada menit ke-17. Dengan demikian PSMS unggul 2-0 atas PSPS pada babak pertama.

Ketinggalan dua gol dari PSMS, para pemain PSPS mencoba bangkit dan terus melancarkan serangan. Zumafo E Herman akhirnya bisa menjaringkan bola ke gawang PSMS yang dikawal Ghali Sudaryono pada menit ke-44.

Gol yang dihasilkan Zumafo ini dicetak melalui tendangan penalti, satu menit menjelang berakhirnya pertandingan babak pertama.

Sementara itu babak kedua, Leonardo kembali berhasil menambah gol buat PSMS pada menit ke-68. Selanjutnya gol balasan PSPS lahir melalui kaki Agus Rianto pada menit ke-77.

Gol ke-4 atau terakhir bagi kemenangan PSMS diciptakan melalui pemain Oktovianus pada menit ke-80 setelah menggantikan rekannya Asri Akbar.

Sampai pluit panjang tanda berakhirnya pertandingan, skor tetap tidak berubah 4-2 bagi kemenangan PSMS atas PSPS yang memiliki julukan "Laskar Hang Tuah"

PSMS adopsi struktur timnas Inggris

ATURAN Badan Liga Indonesia (BLI) mengharuskan pelatih bersertifikat lisensi A merusak tatanan struktur tim PSMS Medan yang terlanjur telah membuat kesepakatan dengan pelatih asal Brazil Luciano Leandro yang hanya mengantungi lisensi versi negeri Samba itu.

Manajemen PSMS pun mendaftarkan Liestiadi sebagai pelatih kepala sesuai dengan aturan BLI. "Saya setuju saat Pak Sihar mendaftarkan sebagai pelatih kepala," terang Liestiadi menjawab Waspada seusai pertandingan PSMS versus PSPS dalam babak 24 besar Copa Indonesia di Stadion Teladan Medan, Sabtu.

Liestiadi, sebelumnya menduduki posisi Direktur Teknik PSMS, mengaku dipercayakan sebagai pelatih kepala sebagai suatu tantangan. Lontaran miring pun muncul kepermukaan.

Pasalnya, Liestiadi yang dulunya guru bidang studi komputer Perguruan Sutomo ini masih minim pengalaman, apalagi menangani tim sekelas PSMS yang tampil di Super Liga Indonesia.

Apakah Liestiadi hanya sebagai "boneka" untuk melengkapi aturan BLI? Saat pertandingan PSMS melawan PSPS Luciano lebih berperan dengan memberikan instruksi kepada pemain di pinggir lapangan. Lalu di mana peran Liestiadi?

"Saya juga berperan. Saya dan Luciano bersama berdiskusi dalam skuad pemain termasuk pemain yang akan diturunkan," terang Liestiadi yang memiliki sepasang anak ini. Setelah mengetahui Luciano terganjal lisensi, manajemen PSMS mengadopsi struktur tim nasional Inggris saat ditinggalkan Sven Goran Eriksson.

Sepeninggalan Eriksson, federasi sepakbola Inggris menunjuk mantan asistennya, Steve McLaren sebagai pelatih Inggris dengan penasehat teknis Terry Venables. "Begitulah posisi saya sekarang ini," terang Liestiadi yang mendapat lisensi A pada Maret 2008.

Liestiadi mengaku tugas yang dibebankan cukup berat dengan pertaruhan harga diri untuk mengamankan PSMS dari zona degradasi. "Ya, kita lihat saja nanti bagaimana kelanjutannya," kata WNI keturunan Tionghoa ini.

Sihar tidak merasa rugi

MEDAN - PSMS masih berharap bermain di kandang dalam melakoni laga Liga Super Indonesia yang mulai bergulir 27 Januari mendatang. Upaya sudah dilakukan hampir tujuh bulan, namun belum ada tanda-tanda renovasi stadion kebanggaan Sumatera Utara ini.

"Kita tetap berharap PSMS bisa tampil di hadapan pendukungnya sendiri," ujar manajer tim PSMS Sihar Sitorus kepada wartawan usai pertandingan PSMS melawan PSPS Pekanbaru di Stadion Teladan Medan, Sabtu.

Menurut Sihar, dirinya tidak merasa rugi walaupun pertandingan PSMS digelar bukan di Medan namun alangkah baiknya PSMS dapat bermain di hadapan pendukung sendiri. Pada Copa Indonesia, Badan Liga Indonesia (BLI) memberikan izin penggunaan Stadion Teladan sebagai home base PSMS. Dalam dua laga yang sudah dipertandingkan di Stadion Teladan, minat penonton pun cukup tinggi.

"Bukan hanya suporter fanatik, namun masyarakat juga datang menyaksikan pertandingan. Ini berarti masyarakat sangat mencintai tim PSMS," terangnya.

Disebutkan, pertandingan melawan PSPS merupakan persiapan PSMS dalam menghadapi babak playoff Liga Champions Asia (LCA) dan Super Liga Indonesia pada awal Februari mendatang. Untuk babak playoff LCA, PSMS memilih Stadion Jalak Harupat Kabupaten Bandung dan untuk Liga Super Indonesia di Stadion Siliwangi Bandung.

Sihar membenarkan pihak PSMS mempertanyakan subsidi federasi sepakbola Asia yang mana Ayam Kinantan sebagai runner-up Liga Indonesia 2007 berhak sebagai wakil Piala Winners Asia dan playoff LCA. "Tentunya kita berharap dapat lolos ke Liga Champions Asia," jelasnya.

PSMS menang!


Cetak E-mail



18psms1.jpgMEDAN - PSMS Medan sukses memenuhi ambisinya meraih poin penuh di laga pertama babak 24 besar Copa Indonesia 2008/09, setelah melumat tamunya PSPS Pekanbaru 4-2 di Stadion Teladan Medan, tadi malam.

Adalah gelandang andalan Ayam Kinantan Leonardo "Zada" Martins Dinelli yang menjadi bintang dalam laga tersebut, menyusul tiga gol yang dilesakkannya ke gawang PSPS masing-masing pada menit ke-10, 33 (penalti), dan 64.

Satu gol lagi dibukukan Oktavianus pada menit ke-81. Sedangkan dua gol balasan tim tamu yang nota bene satu kasta di bawah PSMS yang merupakan kontestan Superliga, kompetisi paling elit di pentas sepakbola nasional, dicetak Dzumafo E Herman pada menit ke-29 dan Agus Rianto menit ke-78.

Dengan demikian, peluang tim besutan pelatih Listiadi melaju ke babak 16 besar turnamen bergengsi ini cukup terbuka. Hanya dengan menahan imbang PSPS di laga kedua, atau pun kalah tidak lebih dari dua gol, PSMS bakal melaju ke babak berikut.

"Hasil ini cukup menggembirakan. Dengan demikian, maka langkah kami sedikit ringan di pertandingan kedua. Meski begitu, kami tetap harus fokus agar tidak sampai tergelincir," jelas Abdi Panjaitan, juru bicara PSMS, tadi malam.

Ditambahkannya, kolaborasi antara pelatih Listiadi dan Luciano Lendro nampaknya cukup apik. Itu bisa terlihat lanjutnya, dengan perubahan penampilan PSMS, meski materi pemain tidak banyak berubah dari sebelumnya.


Tanpa dukungan, PSMS sulit maksimal

MEDAN - Skuad PSMS Medan memohon doa dan dukungan masyarakat Medan dan Sumatera Utara umumnya, agar bisa maksimal menghadapi PSPS Pekan Baru pada leg pertama babak 24 besar Copa Indonesia 2008/2009 di Stadion Teladan Medan, Sabtu (17/1) ini.

"Tanpa doa dan dukungan masyarakat sulit bagi PSMS tampil maksimal. Merupakan suatu kebanggaan bagi tim Ayam Kinantan bertanding di kandang sendiri," terang pelatih kepala PSMS Liestiadi bersama penasehat teknis Luciano Leandro di Stadion Teladan Medan, Jumat.

Liestiadi mengakui, kepercayaan yang diberikan manajemen PSMS yang dikelola Sihar Sitorus sebagai pelatih kepala yang terdaftar di Badan Liga Indonesia (BLI) adalah suatu tantangan. Bahkan Liestiadi yang pertama kali menangani tim sekelas Ayam Kinantan meminta pendapat Luciano.

Luciano juga berperan dalam menentukan skuad Ayam Kinantan. Sekarang ini Ayam Kinantan memiliki Galih Sudaryono, Markus Horison, Zulbahra, Edi Sibung, Septihadi, Reswandi, Aun Tarbini, Erwinsyah, Syahroni, Rahmadani, Fadli Hariri, Mauro Pinto, Esteban Gulien, Agus Supriyanto, M Affan Lubis, Asri Akbar, Dodi Cahyadi, Mahendra, Leonardo Zada, I Komang Adyana, Andika Yudisthira, Rahmad Affandi, Oktavianus Maniani, Elie Aiboy, Michael Nere dan Johannes Cho.