Pengelolaan PSMS musim depan kabarnya bakal beralih ke pihak non Pemko Medan. Konon ada pengusaha yang siap mengelola PSMS tanpa APBD. Isu ini sudah berkembang beberapa pekan belakangan.
Dan pada pertemuan antara Pengurus PSMS dan KONI Medan kemarin, dibuka kembali kemungkinan pengambil-alihan kelola PSMS. Sekum merangkap Manajer PSMS musim lalu, Idris menyebut ada tiga pengusaha berdarah Medan yang sedang dilobi. Tapi Idris belum berani sesumbar tentang profil pengusaha dimaksud. “Masih tahap lobi. Memang yang bakal kelola pengusaha beradarah Medan tapi punya usaha di Jakarta,” kata Idris usai rapat di KONI Medan Jalan Stadion Teladan kemarin.
“Kami baru tiga kali ketemu, jadi belum bisa sebutkan nama. Takutnya dia nanti mundur. Butuh waktu lebih lanjut untuk proses lobi,” tambah Idris.
Soal anggaran satu musim, Idris menyatakan PSMS butuh setidaknya Rp12 miliar. Tapi itu juga harus tahu sistem kompetisi yang akan digulirkan musim depan. “Apakah memang murni tanpa APBD? Makanya kita juga masih menanti konsep kompetisi musim depan,” lanjutnya.
Lalu bagaimana soal isu digabungnya Bintang Medan ke PSMS? Pria berkumis ini menjawab tidak ingin hal itu terjadi apalagi harus mengganti nama PSMS, jika merger benar-benar terjadi. “Kalau memang harus merger, jati diri PSMS harus dipertahankan. Jangan ada pergantian nama atau hal lain terkait PSMS,” harapnya.
Kembali ke pengelolaan musim depan, ada juga kabar dari sumber terpecaya bahwa calon pengelola PSMS musim depan berasal dari Labura. Hal itu sudah hampir pasti, karena lobi tingkat tinggi yang dilakukan Wali Kota Medan, Rahudman Harahap dibantu Dzulhifzi Lubis selaku Ketua KONI Medan. Ya, sepanjang SK Rahudman sebagai Ketua Umum PSMS belum turun, KONI Medan memang ditugasi khusus untuk membantu pengelolaan PSMS.
Pada pertemuan itu juga dibahas soal pembayaran gaji pemain. Tapi tidak rinci, padahal para pemain musim lalu sudah tak sabar ingin menerima hasil keringatnya. Pengurus PSMS yang datang pada rapat itu antara lain Idris, Fredy Hutabarat, Benny Tomasoa dan Julius Raja. Sementara dari KONI Medan langsung diwakili Dzulhifzi Lubis.
Yang menarik adalah ancaman pengurus untuk kembali membuka kasus suap pada laga Delapan Besar Divisi Utama kontra Persiba Bantul. Padahal awalnya pengurus sendiri yang sudah menutup kasus itu dengan alasan tidak ada bukti. Atas ancaman ini, beredar kabar pengurus ingin balas dendam kepada pemain karena terus mendesak pengurus melunasi gaji mereka, bahkan hingga mengadu ke KONI Medan.
Tapi hal itu dibantah Benny Tomasoa Asisten Manajer PSMS musim lalu, yang awalnya juga mengaku sudah mengundurkan diri. Namun tiba-tiba Benny kembali mengurusi PSMS belakangan ini.
“Tidak ada kaitan dengan pemain yang meminta gaji mereka hingga ke KONI Medan. Itu hak mereka. Yang jelas kami menemukan fakta baru terkait isu suap itu,” bela Benny. “Kemarin belum ada bukti kuat, jadi hal itu bisa jadi fitnah. Kini ketika ada temuan baru kita akan dalami lagi,” sambung Pria berdarah Ambon itu.
Tampaknya pengurus serius mencari bukti baru soal suap itu, pasalnya perwakilan dari SMeCK Hooligan lewat Nata Simangunsong, dan Ketua KONI Medan, Dzulhifzi Lubis dilibatkan dalam investigasi baru itu. (ful/sumutpos)
No comments:
Post a Comment