Wednesday, January 5, 2011

Suporter sesalkan pergantian pelatih

MEDAN - Belum genap sebulan Rudy William Keltjes menangani PSMS, keadaan memaksanya hengkang lebih awal. Gagal mempersembahkan kemenangan di kesempatan pertamanya kontra Persih Tembilahan dalam lanjutan Divisi Utama Liga Indonesia 2010/2011 di Stadion Teladan kemarin.

Pengurus pun memutuskan untuk kembali melakukan pergantian pelatih. Suharto ditunjuk sebagai pengganti. Musim ini bukan kali pertama PSMS melakukan pergantian pelatih. Sebelumnya Zulkarnain Pasaribu lebih dulu merasakan tangan dingin pengurus. Pelatih yang akrab disapa Bang Zul ini dipecat usai melakoni lima laga kompetisi. Keltjes yang diplot sebagai pengganti malah hanya merasakan satu pertandingan.

Tak ayal pergantian ini sangat disesalkan supporter pendukung, PSMS Fans Club (PFC). Sekretaris Umum PFC Muh Mukhlis menyatakan, PFC kecewa dengan tindakan pengurus yang berulang kali mengganti pelatih.

“Kami PFC kecewa dengan pengurus yang telah mengganti pelatih beberapa kali. Seharusnya pengurus malu melakukan itu berulang-ulang. Kenapa tidak pengurusnya saja yang diganti?!” keluh Mukhlis.

Ke depan dia meminta pengurus berbenah diri untuk meloloskan target PSMS kembali ke jenjang tertinggi sepakbola tanah air, Super Liga. “Pengurus harus jelas dan transparan. Kalau memang tidak sanggup jadi pengurus, mundur saja. Masyarakat Medan meminta tahun depan PSMS bisa ke LIga Super, bukan dua atau tiga tahun lagi,” tambahnya.

Bukan musim ini saja PSMS gonta ganti pelatih. Musim sebelumnya tiga orang yang berbeda menempati kursi kepelatihan Ayam Kinantan. Mulai dari Suimin Diharja digantikan Kustiono hingga duet Zulkarnain Pasaribu dan Amrustian.

Padahal jika ditilik kinerja Keltjes tidak seburuk yang dinilai. Beberapa perubahan positif dibawanya dalam waktu singkat. Salah satunya disiplin yang kini mulai diterapkan Kurniawan cs.

"Disiplin itu penting. Saya harap itu bisa tetap dijaga pelatih selanjutnya," ujar Keltjes.

Rudi Keltjes Mundur

Kebersamaan Rudi William Keltjes dengan PSMS tak berlangsung lama. Pelatih asal Surabaya itu resmi mengundurkan diri dari kursi kepelatihan, Selasa (4/1).

Meski memutuskan mundur, Keltjes menampik kekalahan 2-3 kontra Persih Tembilahan jadi penyebab utamanya. “Saya tidak sanggup lagi berada di balik kepelatihan PSMS. Saya mundur bukan karena kekalahan kemarin,” kata Keltjes.

Keltjes berharap keputusannya mengundurkan diri bisa memberikan kesempatan kepada pelatih lain untuk menukangi PSMS. Dalam pertimbangan lainnya, dia menilai, di tangannya, PSMS tidak akan punya progres yang lebih baik dari pada saat ini. Menurutnya, mungkin kalau ditangani mantan pemain asli Medan, tim Ayam Kinantan bisa lebih baik. “Kalau saya di sini, saya melihat tim ini tidak akan lebih bagus,” sebutnya lagi.

Ditanyakan soal intervensi yang diberikan pihak pengurus, Keltjes pun menampiknya. Lagi-lagi ia menuturkan keputusan mundur murni pilihan pribadinya tanpa ada intervensi pihak manapun, termasuk pengurus dan manajemen PSMS. “Selama saya menukangi PSMS, saya tidak ada intervensi, begitu juga dengan pengunduran diri saya,” sambung mantan bintang Niac Mitra itu.

Apakah ada klub lain yang akan dibesut Keltjes? Menjawab itu, dengan tegas Keltjes mengatakan tidak. “Tampaknya tidak akan ada klub yang akan saya bela dalam waktu dekat ini,” lanjutnya.
Meski akan hengkang, Keltjes tetap menyatakan kecintaannya dengan PSMS.

Sementara pihak pengurus PSMS menyatakan keberadaan Keltjes memang tidak lagi diinginkan pengurus. Keltjes dianggap gagal oleh Idris, Sekretaris Umum PSMS yang juga manajer tim. “Dia gagal membawa kemenangan bagi PSMS. Pengurus sepakat mengakhiri tugasnya di PSMS,” kata Idris. Dikabarkan, pengurus telah menujuk Suharto untuk menjadi pelatih PSMS. Namun saat dihubungi, asisten pelatih Bintang Medan itu menampik kabar tersebut. (ful)

Ketua Umum Harus Bertindak Tegas

Kegagalan PSMS meraih sejumlah kemenangan, dikatakan sejumlah fans PSMS tak hanya mutlak salah pelatih. Unsur pengurus juga harus bertanggung jawab, termasuk Ketua Umum PSMS, Dzulmi Eldin.

“Kenapa PSMS selalu kalah? Karena pelatih mungkin saja salah, tapi kami juga melihat pemain tidak berdedikasi maksimal di lapangan. Kenapa begitu? Ya tentu saja karena kurangnya perhatian dari pengurus dan Ketua Umum PSMS,” koar Nata Simangunsong, ketua Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan, Selasa (4/1).

Mundurnya Rudi Keltjes juga disayangkan pihak SMeCK. Dikatakan Nata, hendaknya pengurus evaluasi diri, kenapa PSMS bisa sampai seperti ini. “Unsur nonteknis tidak diperhatikan oleh pengurus. Setiap ada kekalahan, selalu menyalahkan pelatih atau pemain. Pengurus harus berkaca, karena semua pecinta bola di Medan sudah tahu benar kiprah pengurus,” lanjut Nata.

Kritikan kepada pengurus juga datang dari barisan suporter PSMS Medan Fans Club (PMFC). Sekretaris Umum PMFC, Muh Mukhlis menyatakan, pihaknya kecewa dengan tindakan pengurus yang berulang kali mengganti pelatih. “Kami sebagai kelompok suporter di PMFC kecewa dengan pengurus yang terus mengganti pelatih. Seharusnya pengurus malu melakukan itu berulang-ulang. Kenapa tidak pengurusnya saja yang diganti?” beber Mukhlis.

Ke depan dia meminta, pengurus berbenah diri untuk meloloskan target PSMS kembali ke jenjang tertinggi sepakbola tanah air, Liga Super Indonesia.

“Pengurus harus jelas dan transparan. Kalau memang tidak sanggup jadi pengurus, mundur saja. Mayarakat Medan meminta tahun depan PSMS bisa ke Liga Super, bukan dua atau tiga tahun lagi,” pungkasnya. (ful)

Teladan Tak Angker Lagi

MEDAN-Stadion Teladan tak angker lagi. Siapapun tim yang datang bisa saja membawa pulang tiga angka dari PSMS. Kisah yang berbalik 180 derajat jika dibandingkan dengan era perserikatan.

Tren kalah di kandang berlanjut ketika PSMS takluk di kandang sendiri kontra Persih Tembilahan, Senin (3/1). Sempat unggul 2-0 lewat Zulkarnain dan Gaston Castano, PSMS akhirnya kalah lewat sontekan Leonardo Veron di menit 45 dan 76 serta sontekan Friday Gbeneme di menit 61.

Di era perserikatan, dukungan fans di Stadion Teladan bagai air yang menyegarkan. Yel-yel dukungan selalu diberikan. Namun kini, caci maki kerap dilontarkan oleh fans sendiri jika PSMS kebobolan atau sedang main jelek.
Sejarah mulai mencatat, PSMS mulai mudah dikalahkan di kandang sendiri sejak era sepak bola memasuki profesionaln
Kali pertama PSMS kandas di hadapan pendukung sendiri adalah ketika takluk dari Persitara Jakarta Utara dengan skor tipis 0-1 pada Divisi Utama 2006.

Kekalahan selanjutnya di kandang terjadi 26 Agustus 2007 saat dipecundangi Persib 1-2. Selanjutnya, PSMS juga pernah takluk 1-3 dari Persikabo Bogor pada 10 Februari 2010 disusul oleh Persipasi 1-2 di tahun dan ajang yang sama.
Pelatih baru PSMS, Rudi William Keltjes menyebutkan kekalahan itu dikarenakan skuad tidak berhasil mempertahankan permainan. Hilangnya ciri khas keras ala Medan juga tak terlihat. “Malah sebaliknya tim lawan yang main keras. Sebaliknya PSMS ketakutan jika sedang kuasai bola,” kata Keltjes, usai laga. (ful)

PSMS KALAH KELAS

MEDAN- Di luar dugaan, PSMS takluk 2-3 dari tamunya Persih Tembilahan dalam lanjutan Divisi Utama Liga Indonesia di Stadion Teladan, Senin (3/1). PSMS sempat unggul lebih dulu lewat Zulkarnaen di menit 32 disusul gol Gaston Castano di menit 43.

Leading 2-0, PSMS lengah. Berselang dua menit, Leonardo Veron berhasil memperkecil ketertinggalan menjadi 2-1 sebelum turun minum.

Di awal laga, PSMS main dengan tempo lambat. Namun Affan Lubis dkk berhasil menguasai jalannya pertandingan. Sentuhan-sentuhan pendek diperagakan para pemain.

Meski begitu, terlihat para pemain tidak sempurna memainkan pola baru ala arsitek Rudi William Keltjes. Memainkan formasi 4-2-3-1, Ayam Kinantan tidak bisa maksimal dalam menyerang dan bertahan.

Yang jadi sorotan besar adalah buruknya lini pertahanan. Ada kesan terlalu memaksakan Harry Syahputra untuk main di sisi kanan pertahanan. Harry pun main buruk. Dua gol Persih tercipta dari sisi yang dikawal Harry.
Penjaga gawang PSMS yang dikawal Syahbani pun tak bermain dengan performa terbaiknya. Gol pertama Persih tercipta akibat kesalahan lini belakang yang tidak berkomunikasi baik dengan kiper.

Di babak kedua, PSMS masih mencoba main menekan. Namun sebaliknya, tim tamu yang justru berhasil memainkan irama. Pada menit 61, petaka datang dari Friday Gbeneme. Ia berhasil melewati Harry Syahputra dan mencetak gol dari sudut sempit. Skor sama 2-2 membuat PSMS seperti kehilangan gaya permainan. Bola hanya berputar di tengah.
Malang tak dapat ditolak, PSMS malah balik ketinggalan. Kali ini Leonardo Veron yang berhasil menggetarkan gawang Syahbani untuk kali kedua. Gol ini juga tercipta dari kesalahan Harry Syahputra meskipun tak secara langsung. Sebelumnya, Harry dengan keras mengganjal pemain Persih. Bahkan ada unsur kesengajaan di sana, sehingga wasit memberikannya kartu kuning. Bola mati pun diambil oleh Friday yang langsung diterima Leonardo Veron untuk dikirim ke gawang PSMS. Skor berbalik 2-3 untuk keunggulan tim tamu.

Keadaan pun makin kacau. Tekanan dari penonton membuat permainan PSMS makin buruk. Padahal PSMS selalu berhasil memegang bola di saat-saat terakhir. Sayang, para pemain terburu-buru ingin mencetak gol sehingga bola dengan mudah dihadang bek lawan. Tambahan waktu tiga menit tak berhasil membuat PSMS menyamakan kedudukan. Hingga wasit meniupkan peluit panjang, skor 2-3.

“Saya tak menyangka akan kalah. Anak-anak pada dasarnya menguasai bola. Tapi tidak berhasil mempertahankan kemenangan,” kata Keltjes usai laga. “Kita memang benar-benar kalah kelas. Wajar kalah karena tim lawan memang lebih baik,” sambungnya. Pihak Persih sendiri meluapkan bahagianya bisa mengalahkan PSMS di kandang sendiri. “Saya percaya pada kemampuan anak-anak dan bisa membalas ketertinggalan,” kata Raja Faisal, asisten pelatih Persih. (ful)