Friday, October 28, 2011

Alasan PSMS Medan Mundur dari IPL

Keputusan PSMS Medan memilih berlaga di divisi utama daripada Indonesian Premier League (IPL) dilandasi dua alasan. Pertama sikap PSSI yang terlalu sering melabrak statuta FIFA/PSSI. Kedua masalah arogansi pihak konsorsium yang dinilai terlalu mendikte klub tersebut.

Dengan keluarnya PSMS sebagai kontestan IPL, membuat peluang klub itu merger dengan Bintang Medan menjadi mengambang. "PSMS belum deal dengan Bintang Medan, saya tidak katakan batal. Namun hingga saat ini kami belum deal," kata Benny Tomasoa, salah seorang pengurus PSMS Medan.

Ia mengatakan, keputusan yang diambil PSMS itu tidak dilakukannya seorang diri, namun sudah berdiskusi dengan Ketua Umum PSMS, Rahudman Harahap.

"Kami sepakat dengan Walikota sebagai Ketua Umum, PSMS harus mampu berdiri di atas kaki sendiri, dan mencari sponsor yang tidak menguasai saham secara mutlak. Kalau kami memberikan klub ke pemegang saham dalam porsi besar, sama saja kami menjual PSMS," tegasnya.

Saat ditanya mengenai dana kompetisi untuk musim depan, Idris mengatakan tanpa konsorsium yang menguasai saham PSMS, serta tanpa APBD, PSMS akan tetap bisa jalan.

"Dana nggak usah khawatir. Kalau saya khawatir, berarti saya goblok, jangan dibilang nggak ada APBD PSMS nggak jalan. Kalau PSMS nggak jalan, saya yang digorok orang Medan. PSMS ini ibarat gadis cantik, primadona, makanya nggak usah bingung. Kami yang bingung nampung sponsor," ungkapnya.

Idris memaparkan, dana sponsor PSMS tidak akan atas nama perseorangan. Dia juga berkilah mengenai nama Nirwan Bakrie yang disebut-sebut memberikan bantuan untuk tim divisi utama. "Bukan pribadi, namun nama perusahaan yang akan ada di dada PSMS. Soal Pak Nirwan yang beri bantuan saya belum tahu, tapi kalau mau dikasih ya alhamdulillah," ungkapnya.

Idris sendiri mengakui hubungannya dengan Ketua PSSI Djohar Arifin masih baik-baik saja, meski sejak awal Djohar Arifin disebut menginginkan PSMS Medan ikut IPL yang diasuh PSSI.

"Dengan beliau (Djohar Arifin) tidak ada masalah. Kalau beliau tegas apapun kami korbankan untuk beliau. Tapi sejauh ini beliau belum tegas melaksanakan aturan. Jangan buat celah, dan beliau harusnya tetap pegang statua dan menghargai hasil kongres," pungkasnya. (Randy Hutagaol/tribunmedan)

Dityo Pramono: Saya yang Daftarkan PSMS

Dityo Pramono, CEO PT Bintang Medan, membantah bahwa PSMS tidak mendaftarkan diri ke PSSI. Ia terkejut saat dikonfirmasi perihal PSMS Medan yang menolak bermain di Indonesian Premier League (IPL). “Siapa yang bilang? Yang mendaftarkan atas nama PSMS Medan itu saya dari PT Bintang Medan yang legalitasnya itu diakui di PSSI,” ungkap Dityo.

Diakuinya, PSMS bisa saja membatalkan pendaftaran tersebut jika memang tidak meneruskan MOU-nya dengan Bintang Medan. Namun setelah MOU kesepakatan, kata dia, PSMS juga sudah menandatangani kesepakatan lanjutan yang ditandatangani oleh Wali Kota Medan, Rahudman, dengan Widjajanto yang mewakili konsorsium.

“Sudah ada kesepakatan yang ditandatangani Wali Kota Medan dan Widjajanto sebagai tindak lanjut dari MOU. Lantas itu apa kalau bukan kelanjutan MOU? Pungkas Dityo. (Randy Hutagaol/tribunmedan)

PSMS jangan seenaknya lah!

MEDAN - Status PSMS Medan menyikapi dualisme kompetisi semakin simpang siur. Jika sebelumnya menyatakan keengganannya mengikuti Indonesia Premier League (IPL), kenyataannya kini PSMS justru termasuk dalam 18 peserta yang telah registrasi ulang.

Adalah pihak konsorsium yang memiliki andil mendaftarkan Ayam Kinantan. Melalui PT Bintang Medan Metropolitan sebagai legalitas yang dipakai dalam mendaftarkan diri, PSMS resmi terdaftar. “Siapa yang bilang? Yang mendaftarkan atas nama PSMS itu saya dari PT Bintang Medan yang legalitasnya itu diakui di PSSI,” ungkap CEO Bintang Medan, Dityo Pramono, tadi malam
Diakuinya, PSMS bisa saja membatalkan pendaftaran tersebut jika memang tidak meneruskan MoU (nota kesepahaman) dengan Bintang Medan. Namun, setelah MoU, PSMS juga sudah menandatangani kesepakatan lanjutan yang ditandatangani Wali Kota Medan dan Widjajanto sebagai wakil dari konsorsium. “Sudah ada kesepakatan yang ditandatangani Pak Wali dan Widjajanto sebagai tindak lanjut dari MoU. Lantas itu apa kalau bukan kelanjutan MoU?” ujar mantan anggota Komite Normalisasi PSSI itu.

Tak sekedar bicara, Dityo juga menunjukkan bukti berupa surat Perjanjian Hak Pengelolaan Klub PSMS Medan Antara Badan Pengelola PSMS Medan dengan Konsorsium PT Bintang Medan Metropolitan yang ditandatangani Ketua Umum PSMS Medan dan/atau Ketua Badan Pengelola PSMS Medan (Rahudman Harahap) sebagai pihak pertama dan Konsorsium PT Bintang Medan Metropolitan (Widjajanto) sebagai pihak kedua.

Surat kesepakatan tersebut ditandatangani pada 23 September lalu di atas materai Rp6000. Surat kesepakatan yang terdiri atas tiga lembar tersebut, intinya PSMS memberi wewenang penuh kepada Konsorsium PT Bintang Medan mengelola PSMS. Di surat itu juga dicantumkan hak dan kewajiban kedua belah pihak. “Kami menyertakan bukti yang sahih terkait kesepakatan bersama antara konsorsium dan PSMS tanpa mengada-ada,” ungkap Dityo lagi.

Di lain pihak, Idris SE selaku Pelaksana Teknis PSMS kembali menegaskan Ayam Kinantan tetap pada sikap sebelumnya, yakni tidak ikut IPL. Idris menegaskan pada prinsipnya PSMS memutuskan tetap mengarungi kompetisi di level Divisi Utama. “Kami punya sikap dan pendirian untuk tidak terima hadiah. Silakan saja didaftarkan, tapi kalau kami tidak mau main, mereka mau bilang apa?!” ujar Idris arogan.

Menanggapi itu, pemerhati sepakbola Sumut, Avian Tumengkol, menilai bahwa sikap pengurus PSMS tidak beretika dan tidak menghormati kesepakatan yang telah dibuat. Menurutnya, pihak PSMS terlalu sibuk dengan kekuasaan semata dan tidak memikirkan masa depan PSMS yang lebih baik. “Mereka (PSMS) sudah berlaga di level teratas kompetisi PSSI tapi sekarang malah mau turun derajat. Ini aneh dan tidak bertanggungjawab karena melanggar etika karena seenaknya mau mengatur-atur sendiri. PSMS jangan seenaknya gitu lah,” tegas Avian yang juga mantan CEO Bintang Medan itu.

Tolak Tiket Gratis, PSMs Pilih Main di Divisi Utama

Setelah polemik dan ketidakpastian berkepanjangan, jajaran pengurus klub PSMS Medan mengeluarkan keputusan mengejutkan. Klub yang mendapat "hadiah" tiket gratis bermain di Liga Prima Indonesia, ternyata menolak bergabung di kompetisi binaan PSSI itu.

PSMS lebih memilih ikut kompetisi divisi utama, dan menolak bergabung dengan Indonesian Premier League (IPL). PSMS Medan pun tidak mengikuti registrasi ulang klub-klub untuk LPI, kompetisi binaan PSSI.

Pelaksana Teknis tim PSMS Medan , Idris, yang berhasil dikonfirmasi Tribun Medan, mengatakan, PSMS sudah memutuskan tidak akan ikut LPI. Keputusan itu dilandasi beberapa pertimbangan fundamental, yakni konsistensi PSSI yang dinilai melabrak statuta FIFA/PSSI, serta arogansi konsorsium yang dinilai terlalu mendikte.

"PSMS memilih divisi utama dan sudah final. Artinya kami arahannya yang safety, yaitu PSSI yang tidak melanggar aturan dan statuta. Kami menjaga yang safety untuk publik Medan. Ketika PSMS masuk ke kelompok terkecil, maka hancurlah ke depan. Jangan sampai PSMS berantakan," ujarnya. (Randy Hutagaol/tribunmedan)


SElama ini PSMS disebut-sebut dapat tiket gratis di liga tertinggi indonesia tidak ada komentar apa2 dari pengurus PSMS Medan, malah lebih mempersiapkan tim ( Walau pun masih kacau balau), Tetapu tiba2 ada keputusan dari pengurus juga kalau PSMS lebih baik main di divisi utama dari pada dapat tiket gratis....Ada apa ini..??????(ada udang dibalik pergedel) Kenapa ga dari awal kalian menolak, kalian yang buat tambah kacau persepak bolaan indonesia ...sadar bung bangun sepak bola indonesia..bukan ikut-ikutan ...ATau ada..(lanjutin aja sendiri..