udah hampir dua pekan pelatih PSMS, Rudy W Keltjes menggeber skuadnya dengan latihan keras. Diawali dengan penggenjotan fisik di pekan pertama, kini Harry Syahputra cs dibekali dengan latihan taktik dan strategi. Menu latihan ekstra menjadi tambahan untuk memperbaiki stamina beberapa pemain yang tidak stabil.
Seperti biasa, Keltjes mengagumi semangat dari anak asuhnya. Meskipun porsi latihan yang diberikannya cukup berat, namun keceriaan tetap ditunjukkan para pemain.
“Ya saya senang melihat mereka yang selalu ceria. Ada duit ceria, gak ada duit pun tetap tidak menurunkan semangat mereka. Semangat ini yang harus saya jaga,” ujar Keltjes tadi sore.
Meskipun begitu tak dipungkiri potensi timbulnya kejenuhan cukup besar. Betapa tidak, setiap hari pemain dijejali dengan latihan dua kali sehari. Dengan porsi latihan yang cukup keras.
Untuk itu Eks Pelatih Persebaya ini kerap melakukan variasi-variasi dalam menu latihannya. “Saya usahakan selalu ada variasi-variasi dalam latihan. Agar tidak ada kejenuhan,” tambahnya.
Seperti pada latihan tadi sore, seusai simulasi pertandingan, Keltjes mengintruksikan skuadnya berlatihan shooting ke gawang. Dengan metode yang unik, para pemain disuruh berebutan bola sebelum melakukan tendangan ke gawang. Tak ayal suasana santai tapi serius tergambar pada latihan.
Keltjes mengaku selalu menyiapkan racikan resep untuk tetap membuat suasana latihan santai dan menyenangkan. “Lihat sendiri, semakin hari latihan semakin menyenangkan, tidak ada yang mengeluh. Tapi bisa saja anak-anak jenuh. Saya selalu siapkan resep supaya mereka tidak jenuh,” pungkasnya.
Kumpulan Berita Tentang PSMS Medan Teruskan Perjuangan MU PSMS Medan "Koe" Dukung Terus PSMS Medan ....
Friday, December 31, 2010
Legiun asing bersemangat
Setelah sebelumnya dibuat kesal oleh legiun asingnya, kini Pelatih PSMS, Rudy W Keltjes bisa bernafas lega. Betapa tidak, trio legiun asingnya mulai menunjukkan keseriusannya. Semangat tinggi diperlihatkan trio latin itu dalam sesi latihan.
Yang paling membuat Keltjes lega tak lain performa fisik dua legiun asing, Jose Sebastian dan Gaston Castano yang baru bergabung dalam latihan tidak seburuk yang dibayangkan. Hal itu terlihat pada sesi latihan tambahan tadi pagi.
“Saya tidak sangka ketahanan fisik Gaston dan Jose baik. Pada latihan tadi pagi, mereka menunjukkan semangat,” ujar Rudy, tadi sore.
Keltjes pun memuji penampilan Gaston dan Jose yang semakin membaik. Rasa kesal dan marah yang sebelumnya menumpuk di kepalanya perlahan mulai menjauh.
Gaston dan Jose sangat menggebu-gebu menjalani sesi ketahanan kecepatan dan kelenturan badan. Meskipun keduanya baru digenjot staminanya tadi pagi, duo Argentina itu tetap memperlihatkan keseriusan pada simulasi game tadi sore.
“Gaston latihan menggebu-gebu. Jose juga kelihatan lebih powerful. Saya fikir mereka akan ambruk dengan latihan itu, tapi nyatanya tidak., Ini menunjukkan mereka menjaga kondisi fisiknya,” sebut mantan pelatih Persebaya Surabaya itu.
Namun tetap saja Keltjes menuntut pembuktian pada laga sesungguhnya, bukan hanya saat latihan. “Bagi saya tidak hanya harus serius di latihan tapi juga pada saat pertandingan nanti. Kita akan lihat apakah mereka mampu mempertahankan,” bebernya.
Sayangnya, trio asing masih juga menunjukkan berlaku indisipliner dalam latihan. Peraturan untuk mengenakan perangkat lengkap dalam latihan belum juga diindahkan para legiun asing. Tak satupun dari ketiganya menggunakan pelindung kulit kaki (skin decker) pada latihan tadi sore. Artinya sudah dua kali peraturan dilanggar Vagner, Jose dan Gaston.
“Ya kita lihat saja nanti pada latihan yang memungkinkan adanya benturan. Nanti mereka juga yang rugi pada saat benturan kaki dan mengakibatkan cedera. Kalau masalah denda kan sudah umum,” tukas Keltjes.
Yang paling membuat Keltjes lega tak lain performa fisik dua legiun asing, Jose Sebastian dan Gaston Castano yang baru bergabung dalam latihan tidak seburuk yang dibayangkan. Hal itu terlihat pada sesi latihan tambahan tadi pagi.
“Saya tidak sangka ketahanan fisik Gaston dan Jose baik. Pada latihan tadi pagi, mereka menunjukkan semangat,” ujar Rudy, tadi sore.
Keltjes pun memuji penampilan Gaston dan Jose yang semakin membaik. Rasa kesal dan marah yang sebelumnya menumpuk di kepalanya perlahan mulai menjauh.
Gaston dan Jose sangat menggebu-gebu menjalani sesi ketahanan kecepatan dan kelenturan badan. Meskipun keduanya baru digenjot staminanya tadi pagi, duo Argentina itu tetap memperlihatkan keseriusan pada simulasi game tadi sore.
“Gaston latihan menggebu-gebu. Jose juga kelihatan lebih powerful. Saya fikir mereka akan ambruk dengan latihan itu, tapi nyatanya tidak., Ini menunjukkan mereka menjaga kondisi fisiknya,” sebut mantan pelatih Persebaya Surabaya itu.
Namun tetap saja Keltjes menuntut pembuktian pada laga sesungguhnya, bukan hanya saat latihan. “Bagi saya tidak hanya harus serius di latihan tapi juga pada saat pertandingan nanti. Kita akan lihat apakah mereka mampu mempertahankan,” bebernya.
Sayangnya, trio asing masih juga menunjukkan berlaku indisipliner dalam latihan. Peraturan untuk mengenakan perangkat lengkap dalam latihan belum juga diindahkan para legiun asing. Tak satupun dari ketiganya menggunakan pelindung kulit kaki (skin decker) pada latihan tadi sore. Artinya sudah dua kali peraturan dilanggar Vagner, Jose dan Gaston.
“Ya kita lihat saja nanti pada latihan yang memungkinkan adanya benturan. Nanti mereka juga yang rugi pada saat benturan kaki dan mengakibatkan cedera. Kalau masalah denda kan sudah umum,” tukas Keltjes.
Dua Klub Sumut di Divisi Utama tak Cukup
Kala Timnas Indonesia menorehkan prestasi sekaligus setumpuk catatan di Piala AFF, adakah sepak bola Sumatera Utara ikut terlibat? Memang ada Markus Horison dan Oktovianus Maniani yang notebene mantan punggawa PSMS, namun adakah hal itu menunjukkan sepak bola Sumut telah kembali ke jalur yang benar?
Kalau bicara soal sejarah sepak bola Sumut, rasanya tak akan habis satu halaman Sumut Soccer ini. Begitu banyak cerita menyenangkan, kepahlawanan, dan keberhasilan yang membuat Sumut sempat menjadi lumbung punggawa Timnas Indonesia. Sudahlah, romantika tersebut telah berlalu, semacam tahun 2010 yang menyisakan sekian jam lagi.
Catatan akhir tahun ini pun tak berusaha menjadi rangkuman detail dari peristiwa yang terjadi selama setahun ke belakang. Saya lebih cenderung ingin melihat ke depan. Ya, ada apa di tahun 2011, adakah Sumut bisa berjaya?
Ramalan atau prediksi tentunya akan semakin marak dengan kehadiran tahun yang baru. Tapi yang harus diingat, ramalan maupun prediksi tersebut tak sekadar muncul secara tiba-tiba. Dia membutuhkan sinyal alias tanda. Istilah olahraganya adalah statistik. Nah, soal statistik atawa data, dengan dua klub Sumut yang terlibat di Divisi Utama, mungkinkah Sumut akan berbicara lantang di pentas nasional?
Ah, jenuh juga jika catatan ini penuh dengan kalimat tanya. Namun, mau bagaimana lagi, Sumut hanya memiliki PSMS dan Pro Titan di pentas sepak bola nasional; itu pun di kompetisi kasta kedua. Menariknya, jika saja Pro Titan yang sebelumnya bernama Pro Duta tidak memilih Medan sebagai kandang, tentunya hanya PSMS yang mewakili Sumut. Parahnya, kedua klub yang diharapkan mampu mengharumkan nama Sumut, malah biasa-biasa saja. PSMS sebagai saudara tua, yang telah memiliki jam terbang di kancah nasional, tidak menunjukkan keperkasaannya. Dalam lima laga yang telah dijalani, Ayam Kinantan hanya mampu menang dua kali dan tiga kali kalah. Dua kemenangan pun diraih di Stadion Teladan dengan dua puluh ribu fans setiap laganya. Bagaimana dengan Pro Titan? Tak jauh beda, dari lima laga, Kuda Pegasus meraih satu kemenangan, dua seri, dan dua kalah. Ujung-ujungnya, PSMS berada di posisi 9 klasemen sementara Grup I dan Pro Titan peringkat 11.
Terus terang saya iri dengan provinsi tetangga, Nanggroe Aceh Darusallam. Bagaimana tidak, dari negeri Serambih Mekah tersebut ada empat tim yang berlaga di Divisi Utama (Persiraja Banda Aceh, PSLS Lhokseumawe, PSAP Sigli, dan PSSB Biruen). Secara prestasi, cukup membanggakan, Persiraja memuncaki klasemen sementara dengan lima kemenangan dari lima laga. Tidak itu saja, PSLS pun mengikuti di posisi dua. Hebatnya lagi, keempat klub Aceh tersebut tidak ada yang posisinya berada di bawah PSMS dan Pro Titan!
Mungkin, pecinta bola Sumut masih bisa membela diri dengan mengatakan kompetisi masih panjang. Ya, hal itu memang benar. Namun, yang jadi catatan saya bukan sekadar prestasi saat ini saja. Untuk Divisi Utama musim depan, ternyata Aceh telah meloloskan satu klub lagi yakni PSBL Langsa yang berhasil promosi dari Divisi I. Bisa bayangkan jika PSGL Gayo Luwes juga berhasil promosi?
Maka, di mana klub asal Sumut, masihkah bisa bicara? Seharusnya masih bisa. Ya, seandainya saja PSDS tidak mundur dari kompetisi, tentunya ada tiga wakil Sumut di Divisi Utama. Pun, seandainya Madina Medan Jaya berhasil promosi ke Divisi Utama, tentunya akan ada empat wakil Sumut bukan? Sayangnya, hal itu tak terjadi. Sumut pun harus menunggu dua musim ke depan lagi. Masih ada yang mau membela diri kalau sepak bola itu dinilai dari kualiatas dan bukan kuantitas? Baiklah, akan saya jawab dengan kalimat: simak baik-baik klasemen sementara.
Jujurlah, sepak bola Sumut seakan tiarap. Selain klubnya tak ada yang berlaga di Indonesia Super League, bintang asal Sumut seakan terdiam. Di mana Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Vijay, dan lainnya yang sempat meramaikan sepak bola nasional? Adakah Garuda di dada mereka ketika Piala AFF bergulir? Sekali lagi, memang masih ada Markus.
Beruntunglah, kehadiran Markus tetap mempertahankan status Sumut sebagai penyumbang kiper nasional. Ya, sebelum Markus, ada Ronny Paslah dan Ponirin Meka yang lebih dulu bersinar. Tapi, setelah itu? Sejatinya, seperti kata pemerhati sepak bola Sumut Rafriandi Nasution belum lama ini, PSMS tak bisa lagi mengandalkan masa lalu. Bergerak dan siapkan masa depan. Pertanyaannya, apa yang harus digerakkan dan apa yang harus disiapkan? Adakah konsep matang untuk kemajuan sepak bola Sumut?
Saya kini berharap pada Ayam Kinantan Muda yang berlaga di Piala Suratin. Berhasil juara mungkin bisa menjadi pelipur lara. Tapi, ada kecemasan juga. Ya, setelah juara, mereka mau dibawa kemana? Seperti pemain PSDS Jr yang tahun lalu menjadi juara tiga, gaungnya kini hilang. Apakah mereka hilang sendiri karena tak mampu bersaing atau dihilangkan oleh sistem yang tak jelas. Entahlah.
Kalau bicara soal sejarah sepak bola Sumut, rasanya tak akan habis satu halaman Sumut Soccer ini. Begitu banyak cerita menyenangkan, kepahlawanan, dan keberhasilan yang membuat Sumut sempat menjadi lumbung punggawa Timnas Indonesia. Sudahlah, romantika tersebut telah berlalu, semacam tahun 2010 yang menyisakan sekian jam lagi.
Catatan akhir tahun ini pun tak berusaha menjadi rangkuman detail dari peristiwa yang terjadi selama setahun ke belakang. Saya lebih cenderung ingin melihat ke depan. Ya, ada apa di tahun 2011, adakah Sumut bisa berjaya?
Ramalan atau prediksi tentunya akan semakin marak dengan kehadiran tahun yang baru. Tapi yang harus diingat, ramalan maupun prediksi tersebut tak sekadar muncul secara tiba-tiba. Dia membutuhkan sinyal alias tanda. Istilah olahraganya adalah statistik. Nah, soal statistik atawa data, dengan dua klub Sumut yang terlibat di Divisi Utama, mungkinkah Sumut akan berbicara lantang di pentas nasional?
Ah, jenuh juga jika catatan ini penuh dengan kalimat tanya. Namun, mau bagaimana lagi, Sumut hanya memiliki PSMS dan Pro Titan di pentas sepak bola nasional; itu pun di kompetisi kasta kedua. Menariknya, jika saja Pro Titan yang sebelumnya bernama Pro Duta tidak memilih Medan sebagai kandang, tentunya hanya PSMS yang mewakili Sumut. Parahnya, kedua klub yang diharapkan mampu mengharumkan nama Sumut, malah biasa-biasa saja. PSMS sebagai saudara tua, yang telah memiliki jam terbang di kancah nasional, tidak menunjukkan keperkasaannya. Dalam lima laga yang telah dijalani, Ayam Kinantan hanya mampu menang dua kali dan tiga kali kalah. Dua kemenangan pun diraih di Stadion Teladan dengan dua puluh ribu fans setiap laganya. Bagaimana dengan Pro Titan? Tak jauh beda, dari lima laga, Kuda Pegasus meraih satu kemenangan, dua seri, dan dua kalah. Ujung-ujungnya, PSMS berada di posisi 9 klasemen sementara Grup I dan Pro Titan peringkat 11.
Terus terang saya iri dengan provinsi tetangga, Nanggroe Aceh Darusallam. Bagaimana tidak, dari negeri Serambih Mekah tersebut ada empat tim yang berlaga di Divisi Utama (Persiraja Banda Aceh, PSLS Lhokseumawe, PSAP Sigli, dan PSSB Biruen). Secara prestasi, cukup membanggakan, Persiraja memuncaki klasemen sementara dengan lima kemenangan dari lima laga. Tidak itu saja, PSLS pun mengikuti di posisi dua. Hebatnya lagi, keempat klub Aceh tersebut tidak ada yang posisinya berada di bawah PSMS dan Pro Titan!
Mungkin, pecinta bola Sumut masih bisa membela diri dengan mengatakan kompetisi masih panjang. Ya, hal itu memang benar. Namun, yang jadi catatan saya bukan sekadar prestasi saat ini saja. Untuk Divisi Utama musim depan, ternyata Aceh telah meloloskan satu klub lagi yakni PSBL Langsa yang berhasil promosi dari Divisi I. Bisa bayangkan jika PSGL Gayo Luwes juga berhasil promosi?
Maka, di mana klub asal Sumut, masihkah bisa bicara? Seharusnya masih bisa. Ya, seandainya saja PSDS tidak mundur dari kompetisi, tentunya ada tiga wakil Sumut di Divisi Utama. Pun, seandainya Madina Medan Jaya berhasil promosi ke Divisi Utama, tentunya akan ada empat wakil Sumut bukan? Sayangnya, hal itu tak terjadi. Sumut pun harus menunggu dua musim ke depan lagi. Masih ada yang mau membela diri kalau sepak bola itu dinilai dari kualiatas dan bukan kuantitas? Baiklah, akan saya jawab dengan kalimat: simak baik-baik klasemen sementara.
Jujurlah, sepak bola Sumut seakan tiarap. Selain klubnya tak ada yang berlaga di Indonesia Super League, bintang asal Sumut seakan terdiam. Di mana Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Vijay, dan lainnya yang sempat meramaikan sepak bola nasional? Adakah Garuda di dada mereka ketika Piala AFF bergulir? Sekali lagi, memang masih ada Markus.
Beruntunglah, kehadiran Markus tetap mempertahankan status Sumut sebagai penyumbang kiper nasional. Ya, sebelum Markus, ada Ronny Paslah dan Ponirin Meka yang lebih dulu bersinar. Tapi, setelah itu? Sejatinya, seperti kata pemerhati sepak bola Sumut Rafriandi Nasution belum lama ini, PSMS tak bisa lagi mengandalkan masa lalu. Bergerak dan siapkan masa depan. Pertanyaannya, apa yang harus digerakkan dan apa yang harus disiapkan? Adakah konsep matang untuk kemajuan sepak bola Sumut?
Saya kini berharap pada Ayam Kinantan Muda yang berlaga di Piala Suratin. Berhasil juara mungkin bisa menjadi pelipur lara. Tapi, ada kecemasan juga. Ya, setelah juara, mereka mau dibawa kemana? Seperti pemain PSDS Jr yang tahun lalu menjadi juara tiga, gaungnya kini hilang. Apakah mereka hilang sendiri karena tak mampu bersaing atau dihilangkan oleh sistem yang tak jelas. Entahlah.
Resmi Dibesut Pelatih Asal Jerman
Bintang Medan, klub yang disiapkan untuk berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI) sah dilatih oleh pelatih asing asal Jerman, Michael Feichtenbeiner. Ia juga sudah memulai sentuhan pertamanya di Stadion Kebun Bunga Medan.
Tidak datang sendiri, pelatih berkacamata itu membawa serta satu orang asisten berkewarganegaraan Belanda, Robert Roloefsen. Pelatih yang baru tiba dari Makasar itu resmi melatih skuad yang sebelumnya ditangani Suharto tersebut.
“Dialah pelatih Bintang Medan untuk kompetisi LPI mendatang. Dia satu paket bersama asistennya (Robert Roloefsen). Dia akan memimpin Bintang Medan,” ujar Chief Executive Officer (CEO) PT Bintang Metropolitan, PT yang menangani Bintang Medan, Dityo Pramono, kepada wartawan di Stadion Kebun Bunga kemarin.
Menurut Dibyo, selain pelatih asing, PSMS juga akan diperkuat oleh lima pemain asing sesuai dengan kuota yang ditetapkan oleh penyelenggara LPI PT Liga Primer Indonesia. Pelatih berhak menentukan nama pemain yang menurutnya cocok. “Pemain asing wewenang pelatih. Kami akan berikan keleluasaan,” ungkapnya.
Ditanya soal mepetnya waktu penentuan pemain asing lantaran LPI yang akan bergulir 8 Januari tahun depan, Dityo mengatakan, LPI tetap berjalan sesuai jadwal yang sedang disusun panitia pelaksana. Lagipula, bisa saja jadwal tersebut akan menyesuaikan dengan kesiapan 19 tim yang menjadi kontestan kompetisi tersebut. “Jadwal kemungkinan tetap seperti yang disebutkan sebelumnya. Untuk tim yang belum siap, akan menyusul, lagipula kompetisi akan dibagi dalam tiga wilayah,” ungkap mantan direktur utama PT PSPS Pekanbaru itu.
Sementara Feichtenbeiner menuturkan, menangani klub di Indonesia merupakan pengalaman pertamanya. “Ini pertama kali saya menangani tim Indonesia, sebelumnya saya pernah di Liga Malaysia menangani Selangor FC,” ucap pria kelahiran Stuttgart ini.
Pria yang menguasai bahasa Inggris, Prancis, dan Spanyol itu mengaku cukup puas dengan performa skuad yang dibentuk Suharto itu, terutama performa fisik yang prima. Namun, untuk skill, perlu banyak pembenahan, meski diakuinya, skill dasar bermain bola Dodi Rahwana dkk cukup baik. “Kesan pertama saya terhadap tim, kinerja pelatih lokal mempersiapkan tim ini cukup bagus terutama dari segi fisik, pemain cukup kuat untuk ukuran orang Indonesia,” ungkap pria kelahrian 9 Juli 1960 ini.
“Untuk pemain asing saya sudah ada calon, tapi masih saya simpan di kepala saya. Tapi, petunjuknya pemain tersebut saya utamakan dari Eropa, terutama pemain Jerman,” paparnya. Diceritakannya, sebelum ke Medan, dirinya sudah lebih dulu berada di Makasar untuk menangani Makassar City (klub Makassar untuk LPI). Namun kemudian dia diminta untuk melatih Bitang Medan. “Yang jelas tujuan saya itu untuk meningkatkan kemampuan tim ini agar bisa berprestasi di LPI,” tegasnya. Meski optimis, Feichtenbeiner juga mengaku kesulitan komunikasi. “Saya berjanji akan belajar Bahasa Indonesia,” pungkasnya. (ful)
Tidak datang sendiri, pelatih berkacamata itu membawa serta satu orang asisten berkewarganegaraan Belanda, Robert Roloefsen. Pelatih yang baru tiba dari Makasar itu resmi melatih skuad yang sebelumnya ditangani Suharto tersebut.
“Dialah pelatih Bintang Medan untuk kompetisi LPI mendatang. Dia satu paket bersama asistennya (Robert Roloefsen). Dia akan memimpin Bintang Medan,” ujar Chief Executive Officer (CEO) PT Bintang Metropolitan, PT yang menangani Bintang Medan, Dityo Pramono, kepada wartawan di Stadion Kebun Bunga kemarin.
Menurut Dibyo, selain pelatih asing, PSMS juga akan diperkuat oleh lima pemain asing sesuai dengan kuota yang ditetapkan oleh penyelenggara LPI PT Liga Primer Indonesia. Pelatih berhak menentukan nama pemain yang menurutnya cocok. “Pemain asing wewenang pelatih. Kami akan berikan keleluasaan,” ungkapnya.
Ditanya soal mepetnya waktu penentuan pemain asing lantaran LPI yang akan bergulir 8 Januari tahun depan, Dityo mengatakan, LPI tetap berjalan sesuai jadwal yang sedang disusun panitia pelaksana. Lagipula, bisa saja jadwal tersebut akan menyesuaikan dengan kesiapan 19 tim yang menjadi kontestan kompetisi tersebut. “Jadwal kemungkinan tetap seperti yang disebutkan sebelumnya. Untuk tim yang belum siap, akan menyusul, lagipula kompetisi akan dibagi dalam tiga wilayah,” ungkap mantan direktur utama PT PSPS Pekanbaru itu.
Sementara Feichtenbeiner menuturkan, menangani klub di Indonesia merupakan pengalaman pertamanya. “Ini pertama kali saya menangani tim Indonesia, sebelumnya saya pernah di Liga Malaysia menangani Selangor FC,” ucap pria kelahiran Stuttgart ini.
Pria yang menguasai bahasa Inggris, Prancis, dan Spanyol itu mengaku cukup puas dengan performa skuad yang dibentuk Suharto itu, terutama performa fisik yang prima. Namun, untuk skill, perlu banyak pembenahan, meski diakuinya, skill dasar bermain bola Dodi Rahwana dkk cukup baik. “Kesan pertama saya terhadap tim, kinerja pelatih lokal mempersiapkan tim ini cukup bagus terutama dari segi fisik, pemain cukup kuat untuk ukuran orang Indonesia,” ungkap pria kelahrian 9 Juli 1960 ini.
“Untuk pemain asing saya sudah ada calon, tapi masih saya simpan di kepala saya. Tapi, petunjuknya pemain tersebut saya utamakan dari Eropa, terutama pemain Jerman,” paparnya. Diceritakannya, sebelum ke Medan, dirinya sudah lebih dulu berada di Makasar untuk menangani Makassar City (klub Makassar untuk LPI). Namun kemudian dia diminta untuk melatih Bitang Medan. “Yang jelas tujuan saya itu untuk meningkatkan kemampuan tim ini agar bisa berprestasi di LPI,” tegasnya. Meski optimis, Feichtenbeiner juga mengaku kesulitan komunikasi. “Saya berjanji akan belajar Bahasa Indonesia,” pungkasnya. (ful)
Affan dan Kurniawan Menolak
MEDAN-Menghadapi Persih Tembilahan 3 Januari ini, skuad PSMS akan dipimpin kapten baru. Dia adalah Syahbani, kiper plontos yang baru saja diangkat jadi kapten tim oleh skuad PSMS yang lainnya.
Pemilihan kapten di tubuh PSMS di bawah asuhan arsitek baru, Rudi W Keltjes memang lebih mirip Pilkada. Ya, seluruh skuad PSMS diwajibkan memilih sendiri pemain yang mereka anggap layak jadi kapten. Mekanismenya adalah masing-masing pemain menuliskan satu nama di atas kertas. Kemudian nama itu diberikan kepada pelatih.
Sebenarnya, M Syahbani bukan merupakan calon tunggal. Gelandang M Afan Lubis beserta striker Kurniawan Dwi Yulianto memperoleh suara terbanyak pada pemungutan suara untuk jadi kapten. Sementara Syahbani hanya meraih tempat ketiga dari banyaknya pemain yang memilih. Tapi, karena keduanya lebih ingin fokus untuk bermain, seluruh pemain akhirnya menyepakati Syahbani menyandang ban kapten.
“Mayoritas pemain memilih Bang Afan dan Bang Kurniawan. Tapi keduanya tidak mau. Lantas karena perolehan suara ketiga terbanyak jatuh kepada bang Syahbani, akhirnya semua sepakat untuk menetapkannya sebagai kapten,” kata gelandang muda PSMS, Tri YUdha Handoko.
Sementara itu, Keltjes mengatakan, pemilihan kapten sengaja dilakukannya lewat pemungutan suara untuk menghindari sosok kapten yang tidak sesuai dengan harapan pemain lainnya. “Kalau saya yang pilih, takutnya tidak cocok dengan anak-anak. Jadi biarkan mereka yang menetapkannya sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, setelah terpilih, kapten baru dengan sendirinya akan memahami tugas-tugasnya, apalagi sebagai pemain yang telah banyak merasakan asam garam di berbagai klub, dia menuturkan, mantan kiper Persijap Jepara itu tentunya paham. “Dengan sendirinya dia akan tahu tugasnya seperti apa kalau di luar lapangan,” ujar mantan bintang Niac Mitra itu.
Sementara Syahbani yang dikonfirmasi kemarin mengaku tidak menyangka akan terpilih sebagai kapten. Menurutnya, pemilihan dirinya terjadi lantaran calon lainnya menolak. “Saya yang dipilih, yang lain bilang ingin fokus di pertandingan,” ungkapnya. (ful)
Pemilihan kapten di tubuh PSMS di bawah asuhan arsitek baru, Rudi W Keltjes memang lebih mirip Pilkada. Ya, seluruh skuad PSMS diwajibkan memilih sendiri pemain yang mereka anggap layak jadi kapten. Mekanismenya adalah masing-masing pemain menuliskan satu nama di atas kertas. Kemudian nama itu diberikan kepada pelatih.
Sebenarnya, M Syahbani bukan merupakan calon tunggal. Gelandang M Afan Lubis beserta striker Kurniawan Dwi Yulianto memperoleh suara terbanyak pada pemungutan suara untuk jadi kapten. Sementara Syahbani hanya meraih tempat ketiga dari banyaknya pemain yang memilih. Tapi, karena keduanya lebih ingin fokus untuk bermain, seluruh pemain akhirnya menyepakati Syahbani menyandang ban kapten.
“Mayoritas pemain memilih Bang Afan dan Bang Kurniawan. Tapi keduanya tidak mau. Lantas karena perolehan suara ketiga terbanyak jatuh kepada bang Syahbani, akhirnya semua sepakat untuk menetapkannya sebagai kapten,” kata gelandang muda PSMS, Tri YUdha Handoko.
Sementara itu, Keltjes mengatakan, pemilihan kapten sengaja dilakukannya lewat pemungutan suara untuk menghindari sosok kapten yang tidak sesuai dengan harapan pemain lainnya. “Kalau saya yang pilih, takutnya tidak cocok dengan anak-anak. Jadi biarkan mereka yang menetapkannya sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, setelah terpilih, kapten baru dengan sendirinya akan memahami tugas-tugasnya, apalagi sebagai pemain yang telah banyak merasakan asam garam di berbagai klub, dia menuturkan, mantan kiper Persijap Jepara itu tentunya paham. “Dengan sendirinya dia akan tahu tugasnya seperti apa kalau di luar lapangan,” ujar mantan bintang Niac Mitra itu.
Sementara Syahbani yang dikonfirmasi kemarin mengaku tidak menyangka akan terpilih sebagai kapten. Menurutnya, pemilihan dirinya terjadi lantaran calon lainnya menolak. “Saya yang dipilih, yang lain bilang ingin fokus di pertandingan,” ungkapnya. (ful)
Bintang Medan Feichtenbeiner: Lapangan Harus Diperbaiki
Pelatih impor asal Jerman, Michael Feichtenbeiner yang ditunjuk jadi manajer coach Bintang Medan yang disiapkan berlaga di Liga Primer Indonesia, terheran-heran melihat kondisi Stadion Kebun Bunga.
Buruknya lapangan dan fasilitas di sana membuatnya sedikit kecewa. Padahal Kebun Bunga merupakan wadah latihan utama tim Bintang Medan. Namun begitu, Feichtenbeiner masih fokus kepada pembentukan tim. Pada hari kedua setelah dia resmi menangani Bintang Medan kemarin, keluhan itu terlontar. Menurutnya, kondisi lapangan yang menjadi tempat skuad berlatih tersebut jauh dari kelayakan.
Dia mengkhawatirkan, buruknya lapangan menjadi penyebab cedera pemain. “Kondisi lapangan buruk. Latihan tidak bisa terus-terusan di sini. Bisa-bisa pemain cedera dan kami tidak mau itu terjadi. Banyak lubang,” katanya.
Itu pula yang membuatnya bersama asisten pelatih asal Belanda Robert Roloefsen dan Suharto tidak melakukan latihan berat kemarin sore. Pemain hanya diberi latihan shooting ke gawang serta melakukan perannya sesuai dengan posisinya masing-masing. “Kalau mau latihan di sini, lapangan harus diperbaiki. Tapi sementara kami akan menggunakan lapangan di tempat lain yang lebih baik. Ada beberapa tempat yang bagus, tapi harus bayar sewa,” katanya lagi.
Di samping itu, melakoni peran sebagai pelatih di negeri orang diakuinya sedikit membuatnya rindu kampung halaman, terutama saat perayaan pergantian tahun. Untuk hari yang ditunggu umat manusia di seluruh dunia itu, pria kelahiran Stuttgart Jerman itu mengaku tidak punya kegiatan yang spesial.
Sebagai orang baru di Medan, dia menyatakan akan merayakan pergantian tahun baru di Medan. “Saya saat ini sedang fokus menangani tim LPI. Untuk kegiatan malam tahun baru dan tahun baru, paling cuma merayakan di Medan.
Di mana kira-kira tempat yang banyak orang merayakan malam tahun baru?” ungkapnya setengah berseloroh.
Untuk tiga asisten pelatih lokal yang mendampinginya, saat ini dia mengaku tetap dibutuhkannya dan kemungkinan besar akan dipertahankan. (ful/sumutpos)
Buruknya lapangan dan fasilitas di sana membuatnya sedikit kecewa. Padahal Kebun Bunga merupakan wadah latihan utama tim Bintang Medan. Namun begitu, Feichtenbeiner masih fokus kepada pembentukan tim. Pada hari kedua setelah dia resmi menangani Bintang Medan kemarin, keluhan itu terlontar. Menurutnya, kondisi lapangan yang menjadi tempat skuad berlatih tersebut jauh dari kelayakan.
Dia mengkhawatirkan, buruknya lapangan menjadi penyebab cedera pemain. “Kondisi lapangan buruk. Latihan tidak bisa terus-terusan di sini. Bisa-bisa pemain cedera dan kami tidak mau itu terjadi. Banyak lubang,” katanya.
Itu pula yang membuatnya bersama asisten pelatih asal Belanda Robert Roloefsen dan Suharto tidak melakukan latihan berat kemarin sore. Pemain hanya diberi latihan shooting ke gawang serta melakukan perannya sesuai dengan posisinya masing-masing. “Kalau mau latihan di sini, lapangan harus diperbaiki. Tapi sementara kami akan menggunakan lapangan di tempat lain yang lebih baik. Ada beberapa tempat yang bagus, tapi harus bayar sewa,” katanya lagi.
Di samping itu, melakoni peran sebagai pelatih di negeri orang diakuinya sedikit membuatnya rindu kampung halaman, terutama saat perayaan pergantian tahun. Untuk hari yang ditunggu umat manusia di seluruh dunia itu, pria kelahiran Stuttgart Jerman itu mengaku tidak punya kegiatan yang spesial.
Sebagai orang baru di Medan, dia menyatakan akan merayakan pergantian tahun baru di Medan. “Saya saat ini sedang fokus menangani tim LPI. Untuk kegiatan malam tahun baru dan tahun baru, paling cuma merayakan di Medan.
Di mana kira-kira tempat yang banyak orang merayakan malam tahun baru?” ungkapnya setengah berseloroh.
Untuk tiga asisten pelatih lokal yang mendampinginya, saat ini dia mengaku tetap dibutuhkannya dan kemungkinan besar akan dipertahankan. (ful/sumutpos)
Subscribe to:
Posts (Atom)