MEDAN - Ketua Umum PSSI, Prof Djohar Arifin Husin, menanggapi positif adanya wacana merger PSMS Medan dengan salah satu tim milik pengusaha muda asal Sumut, Sihar Sitorus, yakni Medan Chiefs.
Menurut Djohar, larangan penggunaan dana APBD untuk tim sepakbola pada 2012 mendatang menjadikan wacana penggabungan seperti ini sebagai solusi tepat. Maklum saja karena tidak mungkin sebuah tim bisa eksis tanpa adanya sokongan dana.
"Saya berharap pengurus maupun suporter fanatik PSMS bisa realistis melihat kondisi yang ada. Sebab, dengan melakukan merger, sudah pasti dana operasional tim selama mengikuti kompetisi bisa teratasi," kata Djohar, Jumat.
Ditambahkan, sebagai mantan pemain PSMS, Djohar sangat ingin melihat mantan timnya yang dijuluki Ayam Kinantan tersebut menemukan kejayaan dan berkokok kembali seperti di masa jayanya.
"Secara kebetulan, ada pihak yang ingin membantu pendanaan. Kenapa tidak kita terima? Lupakan masa lalu dan hentikan sikap saling menghujat. Mari kita tatap masa depan tim yang lebih baik," pesan Djohar.
Secara terpisah, Sekretaris Umum PSMS, Idris SE, memastikan pihaknya sangat welcome dengan siapa saja yang berniat membantu pendanaan tim, termasuk dengan wacana merger seperti yang ramai diberitakan akhir-akhir ini.
"Bagi kami, merger tidak masalah selama tidak mengubah nama PSMS Medan yang sudah menjadi ciri khas tim kebanggaan warga Sumut. Tapi saya melihat, Sihar (Sitorus) tidak serius terjun ke sepakbola berdasarkan pengalaman sebelumnya," ketus Idris.
Jika memang serius untuk melakukan merger, masih kata Idris, pihaknya ingin segera direalisasikan dan bukan hanya sekadar wacana yang terus berkembang. Tentunya dengan terlebih dahulu melakukan pertemuan untuk membuat kesepakatan bersama.
Selain Medan Chiefs, PSMS juga memiliki opsi lain dalam urusan merger. Hal ini mengingat Wali Kota Medan, Rahudman Harahap, mendukung upaya penggabungan PSMS dengan Bintang Medan yang berkiprah di Liga Primer Indonesia (LPI).
"Merger dengan Bintang Medan akan baik untuk sepakbola daerah kita. Tapi kalau ini terjadi, pastikan manajemennya dikelola secara profesional dengan SDM yang kompeten dan memang pantas," kata Rahudman kepada Regional Vice President for Business LPI, Avian Tumengkol, beberapa waktu lalu.
Avian mengungkapkan turut mendukung langkah merger kedua klub itu karena justru bisa menjadi kekuatan dan semangat baru dalam sepakbola daerah di Medan. Kedua klub PSMS dan Bintang Medan, menurut Avian, akan memiliki kekuatan yang ideal dan disegani tim pesaing lainnya.
Kumpulan Berita Tentang PSMS Medan Teruskan Perjuangan MU PSMS Medan "Koe" Dukung Terus PSMS Medan ....
Saturday, July 30, 2011
Permasalahan gaji PSMS ada titik terang
Permasalahan terlambatnya gaji skuad PSMS Medan 2010/2011 tampaknya mulai menemui titik terang. Rapat tertutup KONI Medan dengan pengurus Ayam Kinantan di Sekretariat KONI Medan baru-baru ini menghasilkan kesepakatan akan segera dituntaskannya gaji pemain.
Rapat tersebut dihadiri beberapa unsur pengurus PSMS yakni Freddy Hutabarat, Benny Tomasoa, Julius Raja dan Idris serta Ketua KONI Medan, Zulhifzi Lubis. Rapat tersebut membicarakan beberapa masalah yang selama ini terjadi di tubuh PSMS di antaranya permasalahan gaji. Menurut Sekretaris Umum PSMS, Idris SE, pihaknya belum mendapat sisa dana dari APBD 2011 yang diberikan bertahap.
“Dana APBD kan diberikan bertermin (bertahap-red). Dana itu belum cair seluruhnya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa segera cair. Tadi kami sudah bersepakat dengan KONI Medan agar masalah ini cepat selesai,” ujar Idris.
Menurut Idris, ia tak berniat menahan-nahan hak pemain. Namun pada kenyataannya pihaknya tidak memiliki dana karena belum cairnya sisa hibah APBD.
“Ngapain pula kami tahan-tahan hak orang? Dari awal pembentukan tim saja tidak punya dana. Dana awalnya baru cair bulan Maret, sementara saat itu sudah masuk putaran kedua. Sebelumnya uang darimana?” tanyanya.
Selama ini kabar simpang siur mengatakan dana APBD 2011 sebesar Rp7 miliar sudah seluruhnya diberikan kepada PSMS. Hal itu yang membuat pemain nekat mengadu ke KONI Medan.
Selain itu menurut sumber lain, KONI Medan enggan menuntaskan sisa dana pembayaran karena pengurus belum mampu memberikan laporan dari anggaran yang sebelumnya sudah cair.
“Dananya memang belum ada sama kami. Jadi mau dibilang apa lagi. Dana itu belum dicairkan KONI Medan. Tapi itu akan segera tuntas biar tidak ada lagi ribut-ribut,” ujar mantan Asisten Manajer PSMS, Benny Tomasoa.
Rapat tersebut dihadiri beberapa unsur pengurus PSMS yakni Freddy Hutabarat, Benny Tomasoa, Julius Raja dan Idris serta Ketua KONI Medan, Zulhifzi Lubis. Rapat tersebut membicarakan beberapa masalah yang selama ini terjadi di tubuh PSMS di antaranya permasalahan gaji. Menurut Sekretaris Umum PSMS, Idris SE, pihaknya belum mendapat sisa dana dari APBD 2011 yang diberikan bertahap.
“Dana APBD kan diberikan bertermin (bertahap-red). Dana itu belum cair seluruhnya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa segera cair. Tadi kami sudah bersepakat dengan KONI Medan agar masalah ini cepat selesai,” ujar Idris.
Menurut Idris, ia tak berniat menahan-nahan hak pemain. Namun pada kenyataannya pihaknya tidak memiliki dana karena belum cairnya sisa hibah APBD.
“Ngapain pula kami tahan-tahan hak orang? Dari awal pembentukan tim saja tidak punya dana. Dana awalnya baru cair bulan Maret, sementara saat itu sudah masuk putaran kedua. Sebelumnya uang darimana?” tanyanya.
Selama ini kabar simpang siur mengatakan dana APBD 2011 sebesar Rp7 miliar sudah seluruhnya diberikan kepada PSMS. Hal itu yang membuat pemain nekat mengadu ke KONI Medan.
Selain itu menurut sumber lain, KONI Medan enggan menuntaskan sisa dana pembayaran karena pengurus belum mampu memberikan laporan dari anggaran yang sebelumnya sudah cair.
“Dananya memang belum ada sama kami. Jadi mau dibilang apa lagi. Dana itu belum dicairkan KONI Medan. Tapi itu akan segera tuntas biar tidak ada lagi ribut-ribut,” ujar mantan Asisten Manajer PSMS, Benny Tomasoa.
Tiga pengusaha minat danai PSMS
MEDAN - Peraturan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) menyoal pelarangan APBD untuk klub sepakbola tanah air yang akan diterapkan tahun 2012 mendatang, membuat PSMS Medan berpikir mencari sumber pendanaan lain. Kabarnya, sudah ada tiga pengusaha Jakarta yang berminat mendanai Ayam Kinantan untuk musim depan.
Tiga pengusaha itu, menurut kabar, sudah melakukan pembicaraan serius dengan pengurus PSMS. Ketiganya pun merupakan orang Medan yang saat ini tengah berdomisili di Jakarta.
“Ada tiga pengusaha yang kami lobi, ketiganya merupakan pengusaha keturunan Medan dan memiliki usaha di Jakarta. Kami sudah tiga kali bertemu dengan mereka,” ujar Sekretaris Umum PSMS, Idris SE, usai rapat pengurus PSMS dengan KONI Medan di Kompleks Stadion Teladan malam ini kepada Waspada Online.
Namun Idris tak mau membeberkan nama-namanya. Pasalnya, ia khawatir saat namanya muncul di media, pengusaha tersebut menarik diri. “Nantilah, kalau sudah 10 kali ketemu baru enak. Saat ini belum bisa dikatakan berapa persen peluang mendapatkan salah satu pengusaha itu. Tapi ketiganya terkenal, karena pengusaha hebat dan berdarah Medan,” sebutnya.
Mengenai Nirwan Bakrie yang diwacanakan sebagai salah satu nama calon investor itu, Idris membantah. “Kita tidak pernah melalukan lobi dengannya. Tapi kalau memang berminat, bisa jadi kita lobi. Toh, ia juga bukan berasal dari Medan,” tukas Idris yang sempat keceplosan menyebutkan pengusaha tersebut kemungkinan berasal dari Ujung Pandang.
Mantan manajer PSMS ini mengungkapkan klub Ayam Kinantan itu memerlukan dana anggaran Rp12 miliar untuk kompetisi mendatang. Soal isu merger, menurutnya PSMS sepakat tidak memilih opsi tersebut.
“Namun jika harus dilakukan dan menjadi keputusan PSSI, kami ingin PSMS tidak diganti dengan nama lain. Saya setuju merger, asal nama PSMS dan jati diri Kinantan tetap dipertahankan,” ungkapnya.
Dalam rapat pengurus PSMS dan KONI Medan, turut dibahas soal pembayaran gaji pemain yang masih tertunda. Selain Idris, pengurus PSMS yang hadir di antaranya Freddy Hutabarat, Benny Tomasoa, dan Julius Raja serta Ketua KONI Medan, Zulhifzi Lubis.
Terkait kasus suap di babak delapan besar lalu, pengurus mengutarakan tetap membuka kembali kasus dugaan suap tersebut. Idris menambahkan pihaknya menemukan bukti baru ketika 23 Juli lalu, ada pemain yang melapor dan memperkuat dugaan suap itu.
Tiga pengusaha itu, menurut kabar, sudah melakukan pembicaraan serius dengan pengurus PSMS. Ketiganya pun merupakan orang Medan yang saat ini tengah berdomisili di Jakarta.
“Ada tiga pengusaha yang kami lobi, ketiganya merupakan pengusaha keturunan Medan dan memiliki usaha di Jakarta. Kami sudah tiga kali bertemu dengan mereka,” ujar Sekretaris Umum PSMS, Idris SE, usai rapat pengurus PSMS dengan KONI Medan di Kompleks Stadion Teladan malam ini kepada Waspada Online.
Namun Idris tak mau membeberkan nama-namanya. Pasalnya, ia khawatir saat namanya muncul di media, pengusaha tersebut menarik diri. “Nantilah, kalau sudah 10 kali ketemu baru enak. Saat ini belum bisa dikatakan berapa persen peluang mendapatkan salah satu pengusaha itu. Tapi ketiganya terkenal, karena pengusaha hebat dan berdarah Medan,” sebutnya.
Mengenai Nirwan Bakrie yang diwacanakan sebagai salah satu nama calon investor itu, Idris membantah. “Kita tidak pernah melalukan lobi dengannya. Tapi kalau memang berminat, bisa jadi kita lobi. Toh, ia juga bukan berasal dari Medan,” tukas Idris yang sempat keceplosan menyebutkan pengusaha tersebut kemungkinan berasal dari Ujung Pandang.
Mantan manajer PSMS ini mengungkapkan klub Ayam Kinantan itu memerlukan dana anggaran Rp12 miliar untuk kompetisi mendatang. Soal isu merger, menurutnya PSMS sepakat tidak memilih opsi tersebut.
“Namun jika harus dilakukan dan menjadi keputusan PSSI, kami ingin PSMS tidak diganti dengan nama lain. Saya setuju merger, asal nama PSMS dan jati diri Kinantan tetap dipertahankan,” ungkapnya.
Dalam rapat pengurus PSMS dan KONI Medan, turut dibahas soal pembayaran gaji pemain yang masih tertunda. Selain Idris, pengurus PSMS yang hadir di antaranya Freddy Hutabarat, Benny Tomasoa, dan Julius Raja serta Ketua KONI Medan, Zulhifzi Lubis.
Terkait kasus suap di babak delapan besar lalu, pengurus mengutarakan tetap membuka kembali kasus dugaan suap tersebut. Idris menambahkan pihaknya menemukan bukti baru ketika 23 Juli lalu, ada pemain yang melapor dan memperkuat dugaan suap itu.
PSMS Dekati Pengusaha Lokal
Pengelolaan PSMS musim depan kabarnya bakal beralih ke pihak non Pemko Medan. Konon ada pengusaha yang siap mengelola PSMS tanpa APBD. Isu ini sudah berkembang beberapa pekan belakangan.
Dan pada pertemuan antara Pengurus PSMS dan KONI Medan kemarin, dibuka kembali kemungkinan pengambil-alihan kelola PSMS. Sekum merangkap Manajer PSMS musim lalu, Idris menyebut ada tiga pengusaha berdarah Medan yang sedang dilobi. Tapi Idris belum berani sesumbar tentang profil pengusaha dimaksud. “Masih tahap lobi. Memang yang bakal kelola pengusaha beradarah Medan tapi punya usaha di Jakarta,” kata Idris usai rapat di KONI Medan Jalan Stadion Teladan kemarin.
“Kami baru tiga kali ketemu, jadi belum bisa sebutkan nama. Takutnya dia nanti mundur. Butuh waktu lebih lanjut untuk proses lobi,” tambah Idris.
Soal anggaran satu musim, Idris menyatakan PSMS butuh setidaknya Rp12 miliar. Tapi itu juga harus tahu sistem kompetisi yang akan digulirkan musim depan. “Apakah memang murni tanpa APBD? Makanya kita juga masih menanti konsep kompetisi musim depan,” lanjutnya.
Lalu bagaimana soal isu digabungnya Bintang Medan ke PSMS? Pria berkumis ini menjawab tidak ingin hal itu terjadi apalagi harus mengganti nama PSMS, jika merger benar-benar terjadi. “Kalau memang harus merger, jati diri PSMS harus dipertahankan. Jangan ada pergantian nama atau hal lain terkait PSMS,” harapnya.
Kembali ke pengelolaan musim depan, ada juga kabar dari sumber terpecaya bahwa calon pengelola PSMS musim depan berasal dari Labura. Hal itu sudah hampir pasti, karena lobi tingkat tinggi yang dilakukan Wali Kota Medan, Rahudman Harahap dibantu Dzulhifzi Lubis selaku Ketua KONI Medan. Ya, sepanjang SK Rahudman sebagai Ketua Umum PSMS belum turun, KONI Medan memang ditugasi khusus untuk membantu pengelolaan PSMS.
Pada pertemuan itu juga dibahas soal pembayaran gaji pemain. Tapi tidak rinci, padahal para pemain musim lalu sudah tak sabar ingin menerima hasil keringatnya. Pengurus PSMS yang datang pada rapat itu antara lain Idris, Fredy Hutabarat, Benny Tomasoa dan Julius Raja. Sementara dari KONI Medan langsung diwakili Dzulhifzi Lubis.
Yang menarik adalah ancaman pengurus untuk kembali membuka kasus suap pada laga Delapan Besar Divisi Utama kontra Persiba Bantul. Padahal awalnya pengurus sendiri yang sudah menutup kasus itu dengan alasan tidak ada bukti. Atas ancaman ini, beredar kabar pengurus ingin balas dendam kepada pemain karena terus mendesak pengurus melunasi gaji mereka, bahkan hingga mengadu ke KONI Medan.
Tapi hal itu dibantah Benny Tomasoa Asisten Manajer PSMS musim lalu, yang awalnya juga mengaku sudah mengundurkan diri. Namun tiba-tiba Benny kembali mengurusi PSMS belakangan ini.
“Tidak ada kaitan dengan pemain yang meminta gaji mereka hingga ke KONI Medan. Itu hak mereka. Yang jelas kami menemukan fakta baru terkait isu suap itu,” bela Benny. “Kemarin belum ada bukti kuat, jadi hal itu bisa jadi fitnah. Kini ketika ada temuan baru kita akan dalami lagi,” sambung Pria berdarah Ambon itu.
Tampaknya pengurus serius mencari bukti baru soal suap itu, pasalnya perwakilan dari SMeCK Hooligan lewat Nata Simangunsong, dan Ketua KONI Medan, Dzulhifzi Lubis dilibatkan dalam investigasi baru itu. (ful/sumutpos)
Dan pada pertemuan antara Pengurus PSMS dan KONI Medan kemarin, dibuka kembali kemungkinan pengambil-alihan kelola PSMS. Sekum merangkap Manajer PSMS musim lalu, Idris menyebut ada tiga pengusaha berdarah Medan yang sedang dilobi. Tapi Idris belum berani sesumbar tentang profil pengusaha dimaksud. “Masih tahap lobi. Memang yang bakal kelola pengusaha beradarah Medan tapi punya usaha di Jakarta,” kata Idris usai rapat di KONI Medan Jalan Stadion Teladan kemarin.
“Kami baru tiga kali ketemu, jadi belum bisa sebutkan nama. Takutnya dia nanti mundur. Butuh waktu lebih lanjut untuk proses lobi,” tambah Idris.
Soal anggaran satu musim, Idris menyatakan PSMS butuh setidaknya Rp12 miliar. Tapi itu juga harus tahu sistem kompetisi yang akan digulirkan musim depan. “Apakah memang murni tanpa APBD? Makanya kita juga masih menanti konsep kompetisi musim depan,” lanjutnya.
Lalu bagaimana soal isu digabungnya Bintang Medan ke PSMS? Pria berkumis ini menjawab tidak ingin hal itu terjadi apalagi harus mengganti nama PSMS, jika merger benar-benar terjadi. “Kalau memang harus merger, jati diri PSMS harus dipertahankan. Jangan ada pergantian nama atau hal lain terkait PSMS,” harapnya.
Kembali ke pengelolaan musim depan, ada juga kabar dari sumber terpecaya bahwa calon pengelola PSMS musim depan berasal dari Labura. Hal itu sudah hampir pasti, karena lobi tingkat tinggi yang dilakukan Wali Kota Medan, Rahudman Harahap dibantu Dzulhifzi Lubis selaku Ketua KONI Medan. Ya, sepanjang SK Rahudman sebagai Ketua Umum PSMS belum turun, KONI Medan memang ditugasi khusus untuk membantu pengelolaan PSMS.
Pada pertemuan itu juga dibahas soal pembayaran gaji pemain. Tapi tidak rinci, padahal para pemain musim lalu sudah tak sabar ingin menerima hasil keringatnya. Pengurus PSMS yang datang pada rapat itu antara lain Idris, Fredy Hutabarat, Benny Tomasoa dan Julius Raja. Sementara dari KONI Medan langsung diwakili Dzulhifzi Lubis.
Yang menarik adalah ancaman pengurus untuk kembali membuka kasus suap pada laga Delapan Besar Divisi Utama kontra Persiba Bantul. Padahal awalnya pengurus sendiri yang sudah menutup kasus itu dengan alasan tidak ada bukti. Atas ancaman ini, beredar kabar pengurus ingin balas dendam kepada pemain karena terus mendesak pengurus melunasi gaji mereka, bahkan hingga mengadu ke KONI Medan.
Tapi hal itu dibantah Benny Tomasoa Asisten Manajer PSMS musim lalu, yang awalnya juga mengaku sudah mengundurkan diri. Namun tiba-tiba Benny kembali mengurusi PSMS belakangan ini.
“Tidak ada kaitan dengan pemain yang meminta gaji mereka hingga ke KONI Medan. Itu hak mereka. Yang jelas kami menemukan fakta baru terkait isu suap itu,” bela Benny. “Kemarin belum ada bukti kuat, jadi hal itu bisa jadi fitnah. Kini ketika ada temuan baru kita akan dalami lagi,” sambung Pria berdarah Ambon itu.
Tampaknya pengurus serius mencari bukti baru soal suap itu, pasalnya perwakilan dari SMeCK Hooligan lewat Nata Simangunsong, dan Ketua KONI Medan, Dzulhifzi Lubis dilibatkan dalam investigasi baru itu. (ful/sumutpos)
Subscribe to:
Posts (Atom)