Sebanyak 70 klub yang berasal dari Indonesia Super Liga (ISL), Liga Indonesia Divisi Utama, dan Liga Primer Indonesia (LPI), pada 23 Agustus mendatang bakal menjalani verifikasi. Tim verifikasi PSSI akan bekerja, menilai berdasarkan lima aspek, yakni: legal, infrastructur, financial, personnel, dan supporting.
Itu masih ditambah satu syarat yang tidak main-main. Ketentuan pembatasan anggaran klub (budgeting cap) sebesar Rp 15 M dan participation deposit Rp 5 M untuk kompetisi level satu. Untuk kompetisi level dua, angkanya lebih sedikit, budgeting cap Rp 8 M dan participatin deposit Rp 3 M. Klub yang lolos akan menjadi kontestan di liga baru yang rencananya mulai digelar 8 Oktober 2011 mendatang.
PSMS Medan yang sungguh terseok-seok (terutama dalam hal finansial) di musim kompetisi lalu, secara meyakinkan menyebut empat aspek sudah terpenuhi. Paling tidak sudah ada, tinggal diberi sentuhan penyempurna saja. Satu-satunya kekhawatiran menyangkut finansial -dalam hal ini termasuk budgeting cap dan participation deposit.
Namun secara mengejutkan, hanya dalam kurun waktu tiga hari (sejak regulasi itu dikeluarkan PSSI), seluruh masalah PSMS teratasi. Klaim itu datang dari Sekretaris Umum yang kini merangkap Plt Ketua Umum PSMS Medan, Idris.
"Kalau ada (kompetisi level) yang pertama, buat apa nomor dua, kan? Regulasi PSSI memungkinkan kita melakukannya. Masalahnya, apakah secara finansial kita cukup? Saya jawab sekarang. PSMS siap! Karena kita sudah mendapatkan donatur yang akan menalangi Rp20 miliar itu," kata Idris di markas PSMS, Stadion Kebun Bunga, Senin (8/8).
Siapakah donatur itu? Idris tak bersedia menyebut nama. Ia hanya mengatakan, yang bersangkutan merupakan korporat ternama yang memiliki perusahaan berkaliber nasional-internasional. "Beliau berdomisili di Jakarta. Tapi maaf, belum bisa kita ungkap ke media. Buktikan saja nanti. Yang pasti orang yang selalu dibilang "one man show" ini akan membuktikan bisa tidaknya," ujar Idris.
Pernyataan Idris diamini Ketua Bidang Kompetisi, Freddy Hutabarat. "Saya dengar-dengar memang seperti itu," katanya menambahkan.
Terkait aspek-aspek lain, Freddy mengatakan pihaknya akan melakukan pembenahan-pembenahan secepatnya. Freddy juga kedengaran sangat optimis. Padahal, rapat pengurus perihal pembahasan menyeluruh belum digelar. Direncankan dihelat seperti rencana semula, pertengahan Agustus. apakah waktunya cukup?
"Apa yang mau dirapatkan kalau modal belum dirapikan. Tapi sekarang situasinya sudah semakin positif. Selangkah lagi pasti rapi. Pihak sponsor dalam beberapa hari ke depan akan deal hitam diatas putih dengan walikota," kata Idris lagi.
Jika benar, komitmen pengurus patut diacungi jempol. Setidaknya, ekspektasi kembali dapat dijulangkan tinggi. (Randy Hutagaol/tribunmedan)
Kumpulan Berita Tentang PSMS Medan Teruskan Perjuangan MU PSMS Medan "Koe" Dukung Terus PSMS Medan ....
Wednesday, August 10, 2011
Rabu, 10 Aug 2011 13:01 PSMS Medan Masih Kikuk Respon Kebijakan PSSI
Ketua Bidang Kompetisi PSMS, Freddy Hutabarat menilai batasan anggaran sebagai langkah penyeimbangan antar klub. Ia mengatakan Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) pasti sudah menakar kekuatan normal pendanaan. Kebijakan itu pula yang membuka peluang besar bagi PSMS menyasar kompetisi elitis sepakbola Indonesia.
Sementara itu, eks Wakil Manajer Benny Tomasoa mengklaim PSSI mengangkangi filosofi profesional. Berpotensi merusak iklim kompetisi. Sepatutnya klub diberi kebebasan dalam menganggarkan kebutuhan klub. Sebab klub yang lebih memahami kebutuhan internalnya.
"Hukum ekonomi harus dijalankan. Mekanisme pasar yang seharusnya jadi penentu. Itu baru profesional. Lucu kan, kalau ada batasan-batasan anggaran," ujarnya. Hukum ekonomi mengenal terminologi invisible hand (bc. Tangan-tangan tak tampak). Kekuatan pasar yang menentukan kompetisi. Uniknya, Bento di sisi lain justru mengamini pemberlakuan batasan gaji pemain.
Kecanggungan memang terlihat kentara di internal pengurus PSMS. Rapat pengurus yang belum digelar, telah membuat perspektif sedikit simpang siur. Kikuk, akibat cara pandang berbeda memaknai profesionalisme berikut kebijakan PSSI yang terkadang gamang. (Randy Hutagaol/tribunmedan)
Sementara itu, eks Wakil Manajer Benny Tomasoa mengklaim PSSI mengangkangi filosofi profesional. Berpotensi merusak iklim kompetisi. Sepatutnya klub diberi kebebasan dalam menganggarkan kebutuhan klub. Sebab klub yang lebih memahami kebutuhan internalnya.
"Hukum ekonomi harus dijalankan. Mekanisme pasar yang seharusnya jadi penentu. Itu baru profesional. Lucu kan, kalau ada batasan-batasan anggaran," ujarnya. Hukum ekonomi mengenal terminologi invisible hand (bc. Tangan-tangan tak tampak). Kekuatan pasar yang menentukan kompetisi. Uniknya, Bento di sisi lain justru mengamini pemberlakuan batasan gaji pemain.
Kecanggungan memang terlihat kentara di internal pengurus PSMS. Rapat pengurus yang belum digelar, telah membuat perspektif sedikit simpang siur. Kikuk, akibat cara pandang berbeda memaknai profesionalisme berikut kebijakan PSSI yang terkadang gamang. (Randy Hutagaol/tribunmedan)
Subscribe to:
Posts (Atom)