Friday, March 27, 2009

Blunder Sihar

Sepertinya kasus pemecatan yang menimpa asisten pelatih PSMS Rudi Saari plus pelatih kiper Mardiyanto memantik keingintahuan masyarakat, utamanya para pecinta tim Ayam Kinantan. Apa sebenarnya yang terjadi di balik pemecatan kedua pelatih itu.

Menurut pengurus PS Telkom (anggota PSMS) Alwi Lubis, pemecatan yang menimpa Rudi Saari dinilai kurang tepat bahkan terkesan arogan.

“Jujur saja, saya sempat tidak percaya mendengar kabar bahwa Rudi Saari dipecat. Saat ini susah mencari pelatih seperti dia. Kalau dari segi teknis kepelatihan, saya pikir tidak ada masalah dengan Rudi. Saya yakin pasti ada faktor penyebab lainnya,” bilang Alwi Lubis Senin (23/3) kemarin.

Ditambahkannya, pemecatan yang dialami oleh kedua asisten pelatih itu, tak pelak memperkecil peluang PSMS untuk tetap bertahan di ISL. Pasalnya, Rudi Saari adalah orang yang paling tahu tentang pemain PSMS sekarang ini.

Sedangkan Mardianto adalah seorang pelatih kiper dengan kemampuan yang mumpuni. Praktis tanpa kehadiran mantan penjaga gawang klub Harimau Tapanuli itu, tak ada lagi orang yang mampu mengawasi serta mengevaluasi penampilan kiper PSMS yang sering tampil angin-anginan.

“Memang benar Sihar Sitorus adalah pengelola PSMS yang rela menggelontorkan uangnya agar PSMS dapat berlaga di ajang ISL. Tapi sebagai manajer tim, sepertinya dia terlalu campur tangan. Harusnya itu tak perlu dilakukan,” kata Alwi.

Komentar senada juga diutarakan mantan pemain dan pelatih PSMS Suryanto Herman. Menurutnya, tren pemecatan pelatih yang melanda PSMS, harusnya tak perlu terjadi, jika PSMS memiliki sejumlah pemain dengan kemampuan yang mumpuni dan pantas berlaga di ajang sekeras ISL.

Bahkan sejak awal Suryanto sudah menduga jika PSMS tidak akan bisa berbuat banyak di ISL dengan materi pemain pas-pas yang terlanjur di rekrut di awal kompetisi.

“Siapapun yang melatih PSMS, pasti akan mengalami masalah yang sama. Artinya, pelatih akan terus menjadi korban dari kondisi yang tak menguntungkan tersebut. Saya rasa PSMS akan terdegradasi,” kata Suryanto.

Sejauh ini, sejumlah kerancuan memang terjadi di tubuh PSMS. Beberapa waktu sebelum pemecatan Rudi Saari dan Mardianto, seluruh pemain hingga pelatih kepala terkesan menutup diri.

Tak satupun bagian di PSMS, baik pemain ataupun pelatih yang “berani” berkomentar. Jikapun para pemain atau pelatih ingin memberikan statemen ke media massa, maka sang pemain ataupun pelatih tadi harus terlebih dahulu “permisi” dengan salah satu divisi di manajemen PSMS, yang hingga kini tak mengerti tugas utamanya, sehingga terkesan melakukan overlapping.

Menanggapi segala permasalahan yang terjadi di PSMS sekarang ini, pengamat sepak bola nasional yang juga Ketua Fraksi PKS Medan Ikrimah Hamidy, ST mengatakan bahwa semua yang terjadi justru menegaskan jika sesungguhnya manajemen PSMS tengah dilanda kepanikan.

Menurutnya, sikap panik yang ditunjukkan Sihar Sitorus dengan memecat sejumlah “orang lama” di tubuh PSMS, bisa jadi bumerang bagi dirinya, yang kini sedang berjuang untuk menjadi anggota DPR-RI.

Terlebih, saat ini berhembus kabar yang menyebutkan bahwa Sihar berniat meninggalkan PSMS.

“Ini sebuah pukulan telak bagi manajemen PSMS yang dikomandoi Sihar. Kalau dulu dia dielu-elukan karena dianggap penyelamat PSMS, kini dia menjelma menjadi sosok paling tidak populer di tengah masyarakat Sumut, utamanya di mata suporter tim Ayam Kinantan,” bilang Ikhrimah.

“Jika kondisinya tak berubah, saya kira Sihar akan kehilangan sebagian besar calon pemilih. Apalagi, jika informasi tentang PSMS semakin sulit didapat, pasti masyarakat yang terlanjur mencintai PSMS akan mencibir keberadaan Sihar. Itu sudah pasti, karena PSMS telah menjadi ikon, bukan hanya bagi Kota Medan tapi juga bagi warga Sumut secara keseluruhan,” tandas Ikrimah

Mencari Kambing Hitam

Meski awalnya enggan membeberkan apa yang kini terjadi di tubuh tim Ayam Kinantan, namun manajer PSMS Sihar Sitorus akhirnya tak menampik jika dirinya telah memecat asisten pelatih Rudi Saari.

Oleh banyak pihak, pemecatan yang menimpa mantan pelatih PSMS Jr ini terkesan rancu, sebab dirinya dianggap tak mampu mengangkat performa tim.

Harusnya, jika penampilan seluruh pemain tak kunjung memuaskan, maka orang yang paling bertanggung jawab untuk itu adalah pelatih kepala, yang kebetulan dijabat Liestiadi. Lantas kenapa justru Rudi Saari yang dipecat?

“Untuk mendongkrak performa tim, saya telah memecat tiga orang pelatih, mulai dari Iwan Setiawan, Erick Williams hingga Luciano Leandro. Saya tak tahu lagi mau memecat siapa,” bilangnya.

Jawaban Sihar ini kian menggambarkan betapa frustasinya dia menangani PSMS. “Saya sudah jenuh menangani PSMS. Tolong dong, carikan pengganti saya,” pinta Sihar.

Lantas, apa yang menjadi penyebab Rudi Saari dipecat dari PSMS? Meski tak bersedia membeberkan secara rinci, namun Sihar tak menampik pemecatan Rudi Saari karena masalah internal yang tak layak diketuhi publik.

Sementara itu, prihal rumor yang menyebutkan jika manajemen PSMS sedang melakukan negosiasi dengan Rudi Williams Keltjes, Sihar tak menyanggahnya.

“Masih sebatas negosiasi saja. Kita belum sodorkan kontrak secara resmi. Begitupun, kami tetap mencari tahu, sejauh mana dia (Rudi Kaltjes, Red) mengetahui PSMS. Ini penting demi kemajuan PSMS ke depannya.

Andaikan Rudi Kaltjes jadi berlabuh ke PSMS, maka dalam satu tahun terakhir PSMS telah mempergunakan jasa empat orang pelatih. Dan ini merupakan “sejarah” di pentas sepak bola nasional.

Apalagi jika menoleh ke beberapa tahun silam, tepatnya ketika PSMS masih dipegang Randiman Tarigan. Praktis, suasana kondusif selalu mewarnai keseharian para pemain.

Saat itu, meskipun Randiman bertindak sebagai manejer tim, namun dirinya mampu bertindak sebagai seorang pengayom bagi seluruh pemain, pelatih serta ofisial tim.

Sisi positif lainnya, masyarakat tak pernah menemui kesulitan jika ingin mendapatkan informasi terbaru seputar PSMS. Bisa dipastikan jika seluruh skuad PSMS kala itu mendapat kebebasan untuk berbicara.

Sesuatu yang sangat berbeda dengan kondisi yang tercipta di PSMS sekarang ini. Apalagi jika pecinta si kulit bundar membandingkan sikap profesionalisme yang dianut PSMS dengan yang diterapkan oleh klub-klub besar Eropa, utamanya yang berasal dari Inggris.

Artinya, meskipun klub sebesar Manchester United berada di Inggris, namun hampir setiap waktu masyarkat Kota Medan dapat mendengar celoteh manejer tim, pelatih hingga pemain klub berjuluk The Reds Devils tersebut.

Sedangkan PSMS yang telah menjelma menjadi klub kebanggaan warga kota Medan, seakan tak mampu bersikap profesional, bahkan cenderung menutup diri. Jikapun ada informasi yang didapat masyarakat, hampir dapat dipastikan jika informasi yang didapat dari pihak manajemen selalu seragam dan tak istimewa.

“Percuma saja Sihar Sitorus mempelajari sepak bola di Inggris, jika mengurus klub seperti PSMS saja dia tak mampu,” bilang Ketua Badan Liga Sepak Bola Instansi Rafriandi Nasution SE

Khawatirkan PSMS

Pekan ini menjadi momen bagi Deltras Sidoarjo untuk melanjutkan ambisinya menghindari zona degradasi. Namun itu tidak ringan karena Delta Force harus melakoni away di bumi Sumatera.

"Apapun risikonya, kita tetap mencoba untuk menunjukkan permainan terbaik. Sekalipun tim yang akan kita hadapi jauh lebih baik," terang manajer Deltras, Awan Juliarto, Minggu (22/3).

Hari ini skuad The Lobster dijadwalkan berangkat menuju Sumatera dengan kekuatan 19 pemain. Dari 19 pemain ini yang dibawa, tidak terganjal masalah kartu ataupun cedera. Komposisi ini yang diharapkan bisa memberi upaya menghambat laju tim berjuluk Wong Kito, julukan Sriwijaya FC itu.

"Tidak mudah menahan Sriwijaya dikandang sendiri. Saat ini Sriwijaya berusaha mengejar ketinggalan dari Persipura di pucuk pimpinan klasemen sementara," imbuh pria asal Jember itu.

Demikian juga dengan pertarungan melawan PSMS, dipastikan sengit. Saat ini kedua tim sama-sama belum aman posisi di klasemen sementara. Deltras sedikit lebih baik di peringkat ke-16 dengan 18 angka. Sementara PSMS di posisi juru kunci dan terpaut satu angka.

Persaingan di papan bawah tak kalah serunya karena poin mereka tidak terlalu jauh selisihnya. Di mulai Persitara (22), Persita (21), PSIS Semarang (20), Deltras (18), PKT (18), dan terakhir PSMS Medan (17), namun Deltras sedikit diuntungkan karena mereka baru bermain 22 kali, sedangkan lima tim lainnya rata-rata sudah bermain 24 kal

Menutup Diri Mau Dipecat, Liestiadi Bungkam

MEDAN-Posisi PSMS Medan yang semakin mengerikan di zona degradasi klasemen sementara Indonesian Super League (ISL), tampaknya mulai berpengaruh pada kondisi internal PSMS. Saat ini, sangat sulit mendapatkan informasi perkembangan PSMS. Bahkan pelatih kepala PSMS Liestiadi juga tiba-tiba mendadak tak vokal lagi untuk memberikan keterangan dan informasi.

Pantauan wartawan koran ini sejak beberapa waktu belakangan, kondisi internal PSMS saat ini sedang berada dalam tekanan dahsyat. Tampaknya tekanan tersebut tidak datang secara langsung dari manajer atau penyandang dana PSMS saat ini Sihar Sitorus, yang beberapa bulan belakangan sibuk menggelar kampanye.
Disinyalir ada oknum di dalam tubuh PSMS, yang sengaja melarang seluruh pemain dan jajaran pelatih untuk berkomentar secara luas ke media massa. Entah apa yang dikhawatirkan, namun yang jelas saat ini PSMS pelan-pelan mulai menutup diri.

Jumat (20/3) lalu, Liestiadi kepada wartawan koran ini mengatakan, bahwa di tubuh PSMS saat ini dirinya tidak lagi berkompeten memberikan informasi seputar PSMS. Sebagai pelatih kepala, tentunya Liestiadi punya hak bicara atau menyampaikan beragam informasi seputar PSMS ke depannya. “Mohon maaf, untuk masalah info tim hubungi saja orang di bidangnya. Saya tidak ingin orang itu tersinggung. Karena saat ini sudah ada kerja masing-masing,” katanya.

Sebelumnya, pemain yang coba dihubungi wartawan koran ini untuk menanyakan kesiapan dan komentar atas penampilan dirinya sendiri usai berlaga, juga menjelaskan bahwa dirinya tidak bisa berbicara banyak. Selanjutnya wartawan koran ini juga diarahkan si pemain untuk menghubungi oknum yang dimaksud Liestiadi juga. Ada apa ini?

“Saya tidak bisa berkomentar banyak, silahkan hubungi saja orang yang berkompeten,” kata pemain tadi. Padahal wartawan koran ini bermaksud merangkum pendapat si pemain, kok diwakilkan ke orang lain?

Kemungkinan besar, hal tersebut juga berkaitan dengan rencana manajemen untuk mengganti posisi Liestiadi sebagai pelatih kepala. Memang saat ini berhembus kabar yang menyatakan bahwa manajemen PSMS sedang menggelar negosiasi dengan pelatih kawakan Rudi Williams Keltjes untuk menggantikan Liestiadi. Namun hingga berita ini diturunkan, proses negosiasi tersebut masih berlangsung alot.

Sejauh ini Rudi Williams Keltjes masih enggan menandatangani kontrak yang disodorkan manajemen. “Kami memang masih dalam proses negosiasi. Tapi saya masih memikirkannya dan tidak terlalu meminta banyak,” kata Keltjes.

Terlebih beban yang akan ditargetkan kepada Keltjes tentunya akan sangat berat, yakni menyelamatkan PSMS dari zona degradasi. Tentu saja Keltjes masih membutuhkan waktu untuk berpikir.

Terpisah, manajer PSMS Sihar Sitorus menyatakan jika pihaknya saat ini tinggal menunggu keputusan dari Keltjes. Itu karena penawaran kontrak dan gaji telah disampaikan kepada yang bersangkutan.

“Saat ini, ‘bola’ ada di tangan dia (Keltjes). Kami tinggal menunggu apakah dia setuju apa tidak mengenai penawaran yang kami ajukan,” jelasnya tanpa besedia merinci berapa besar koceknya akan terkuras untuk mendatangkan pelatih baru tersebut.

PSMS Medan Tahan PSM Makassar 2-2

Kesebelasan PSMS Medan bermain imbang melawan PSM Makassar 2-2, dalam pertandingan lanjutan kompetisi Liga Super Indonesia (Indonesia Super League), di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Rabu malam.

Pertandingan yang "meminjam" markas Sriwijaya FC (SFC) di Palembang dengan alasan keamanan bersamaan masa kampanye pemilu itu, sebelumnya didahului antara SFC dengan Deltras Sidoarjo yang berakhir 1-0 untuk SFC.

Pada pertandingan PSMS melawan PSM, gol awal diciptakan pemain PSM, Pranilo pada menit 26 babak pertama.

Gol balasan PSMS diperoleh melalui tendangan penalti yang berhasil dieksekusi oleh Zada menit 45 babak pertama itu.

Kedudukan babak petama bertahan 1-1.

Pada babak kedua, J Lio mencetak gol kedua untuk kesebelasan PSM pada menit 47.

Namun pemain PSMS berhasil membalasnya, melalui gol yang dicetak Mario Costas di menit ke-81.

Hingga pertandingan berakhir menjelang tengah malam, kedudukan bertahan 2-2.

Pada pertandingan ini, wasit Purwanto mengeluarkan tujuh kartu kuning, empat diantaranya untuk pemain PSM Makassar.

Aroma Keltjes

Berada di posisi paling bawah klasemen Indonesia Super League (ISL) membuat PSMS Medan bersemangat. Melawan tamunya PSM Makassar nanti malam di Stadion Jakabaring Palembang, M Affan Lubis cs bertekad mengambil poin penuh.

"Ya, kita memang harus bisa memenangkan pertandingan. Kita butuh tambahan tiga poin penuh untuk keluar dari zona degradasi. Kalau semuanya kompak dan bermain semangat, kita pasti bisa. Tidak ada yang mustahil di dunia ini," sambung arsitek PSMS, Liestiadi.

"Bukan bermaksud sesumbar, pasca mengalahkan Johor FC di gelaran AFC Cup, Elie Aiboy cs kian termotivasi. Mudah-mudahan itu menjadi motivasi bagi pemain," tegasnya lagi.

Di sisi lain, duel melawan PSM Makassar ini juga sarat dengan aroma Rudi Keltjes. Mantan pelatih Persijap Jepara ini sudah bergabung sejak Senin (23/3) lalu. Bahkan sudah bersama pelatih Liestiadi di Stadion Jakabaring. Alhasil untuk pola ataupun taktik dan strategi beraromakan Rudi Keltjes.

"Kalau untuk itu terserah mau dibilang apa. Yang pasti saya dengan om Rudi sudah sehati memenangkan duel melawan PSM," bilang Liestiadi.

Menilai tim lawan, kubu PSMS tetap mewaspadi sang lawan. Apalagi di lini depan, PSM memiliki duet striker Cristian Lopez dan Pronetto."Mereka berdua bagus dan harus kita waspadai," aku pelatih beretnis Tionghoa ini.

Pun demikian tidak membuat punggawa Ayam Kinantan gentar. Demi raihan tiga poin, PSMS akan tampil ofensif selama pertandingan. Untuk formasi, PSMS tidak akan mengalami perubahan dan tetap mengandalkan duet Mario Costas-Elie Aiboy di depan.

"Saya harus bisa memberikan kemenangan kepada PSMS," kata Costas

Markus ingin bayar utang

Kiper tim nasional Indonesia asal PSMS Medan ini, Markus Horison, mempunyai motivasi tersendiri setelah pulang kandang. Pria berkepala plontos ini bertekad memberi yang terbaik bagi tim Ayam Kinantan yang kembali diperkuatnya.

"Ya, saya ingin membayar utang dengan mengangkat kembali pamor PSMS yang sempat redup. Memang berat karena materi PSMS sekarang beda dengan musim lalu, tetapi kami yakin bakal menyelamatkan tim musim ini," ujar Markus, Kamis.

Markus termasuk salah satu dari sebagian pemain PSMS yang eksodus menyusul krisis yang dialami klub kebanggaan warga Medan itu. Bersama Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Usep Munandar, Legimin Raharjo, kiper utama skuad Merah Putih ini memilih hijrah ke Persik Kediri.

Namun perjalanan Persik menghadapi musim baru ternyata tidak mulus. Tim Macan Putih terjerembab akibat hantaman badai krisis keuangan dan berbuntut Markus memutuskan ‘pulang kampung' ke Medan menjelang putaran kedua. Selain kondisi keuangan PSMS yang cukup sehat, ia juga ingin membayar utang atas kesalahannya.

Saat ini, PSMS terpuruk di urutan terbawah klasemen sementara Liga Super. Berbeda di Copa Dji Sam Soe Indonesia 2008/2009, PSMS justru berkibar dengan . menempatkan diri sebagai salah satu dari delapan tim terbaik tahun ini.

PSMS lolos ke babak 8 Besar setelah menyingkirkan Persiraja Banda Aceh di babak 48 Besar dan PSPS Pekanbaru di babak 24 Besar, serta Persiba Bantul pada babak 16 Besar. Sukses masuk 8 Besar menjadikan PSMS kembali diperhitungkan menjadi kandidat juara Copa Dji Sam Soe Indonesia.

"Berat memang jadwal kompetisi padat. Yang pasti, target utama kami adalah keluar dari zona degradasi di Liga Super dan terus eksis di ajang Copa Indonesia," imbuhnya.

Markus sendiri tidak ingin berangan-angan. Menurut pemain kelahiran Pangkalan Brandan, 14 Maret 1981 ini, tugasnya adalah tampil sebaik mungkin di setiap pertandingan.

"Tentu saya tidak bisa bekerja sendirian. Seluruh skuad PSMS wajib tampil mati-matian untuk menjawab tantangan ini. Apalagi kami belum bisa menggunakan Stadion Teladan sebagai kandang, kecuali di ajang Copa," tukasnya.