Saturday, August 27, 2011

PSMS terancam musafir lagi

Satu tahapan telah dilalui PSMS Medan untuk memastikan tempat di kompetisi PSSI musim depan. Verifikasi administrasi telah sukses dilalui, sehingga PSMS menjadi satu dari 34 calon peserta kompetisi.

Kendati begitu, verifikasi faktual masih menanti dari AFC. Dalam hal ini, menyoal infrastruktur, dua klub dengan nilai stadion terendah akan terlempar ke level 2. Melihat infrastruktur yang didaftarkan sebagai homebase, yakni Stadion Teladan, PSMS patut was-was.

Catatan-catatan buruk soal kondisi stadion yang berdiri sejak 1953 ini cukup banyak untuk dibeberkan. Lapangan tengah yang bergelombang dan drainase buruk serta beberapa keburukan lain soal stadion praktis membuat Teladan harus bersolek. Sekretaris Umum PSMS, Idris SE, kembali mengatakan renovasi akan dimulai bertahap.

“Lebih dulu mulai dari lapangan tengah yang paling mendesak dibenahi. Untuk yang satu ini harus segera dibenahi secepatnya baru membenahi bagian-bagian lainnya,” tukas Idris malam ini.

Soal dana, Idris mengharapkan bantuan dari Wali Kota Medan maupun Gubernur Sumut untuk turun tangan. “PSMS ini kan ikon kota Medan bahkan Sumut. Kita harapkan Wali Kota Medan dan Gubernur Sumut dapat turut membantu,” ujarnya.

Berbicara kemungkinan terburuk yakni renovasi tak juga dilakukan, PSMS harus siap bersaing dengan klub-klub yang punya stadion dengan kondisi serupa. Klub itu di antaranya Persiraja Banda Aceh, Pro Duta FC, Persikota Tangerang, PS Bengkulu, dan Persipasi Bekasi. Terkait stadion, Idris cukup yakin PSMS tak akan terlempar.

“Jika Stadion Teladan dinilai tak lolos verifikasi nantinya, PSSI akan menunjuk stadion mana yang kita gunakan. Ya, harus siap pindah kandang. Kalau alternatif, kita merujuk pada Stadion Baharoeddin Siregar di Lubuk Pakam,” jawabnya lagi.

Nah, jika Stadion Baharoeddin yang ditunjuk, homebase masih di sekitaran Sumut. Tapi bagaimana jika homebase yang ditunjuk jauh dari luar Sumut? Ini bisa mengulang PSMS saat menjadi musafir di ISL 2008/2009.

Ketika itu, PSMS yang dimanajeri Sihar Sitorus harus terlunta-lunta berganti homebase di tanah Jawa. Dan tentu saja hal ini tidak diharapkan publik Medan.

Siapa CEO PSMS?

PSMS Medan belum merampungkan susunan kepengurusannya untuk membentuk manajemen menghadapi kompetisi musim depan. Wacana penciutan jumlah pengurus yang dikoarkan Sekretaris Umum PSMS, Idris SE, sampai saat ini belum direalisasikan.

“Belum lagi soal itu. Usai Lebaran lah mungkin semuanya diputuskan. Seperti kata Pak Wali (Walikota Medan, red) juga,” ujarnya malam ini. Untuk posisi Ketua Umum saja masih samar-samar, tentu juga posisi yang lain. Hanya saja beberapa posisi di manajemen 2011/2012 sudah ditentukan.





Idris membeberkan skema manajemen PSMS musim depan. Nantinya, posisi tertinggi ada di komisaris yang membawahi Chief Executive Organizer (CEO) juga manajer. “Komisaris yang tertinggi, selanjutnya ada CEO yang membawahi manajer,” ujar Idris yang mengklaim satu tempat sebagai manajer tim menjadi miliknya.

Posisi itu juga ditempatinya musim lalu. Yang masih menjadi tanda tanya adalah siapa yang duduk sebagai CEO. Idris mengakui sudah menyiapkan empat kandidat. CEO Bintang Medan, Dityo Pramono, menjadi kandidat bersama dengan Wahyu Wahab plus dua nama lain yang tidak disebutkan. “Ada empat nama calon CEO. Dityo, Wahyu, satu orang bermarga Bangun tapi tidak menetap di Medan, dan seorang lagi saya lupa,” tukasnya.

Kandidat terkuat? Mengejutkan karena yang muncul nama Wahyu, mantan Asisten Manajer Pro Duta FC (sebelumnya Pro Titan) musim lalu. Selain itu, diketahui Wahyu kini memegang jabatan Presiden Direktur di Pro Duta FC. Apalagi PSMS sudah menyatakan merger dengan Bintang Medan. Tentunya Dityo sebagai CEO Bintang Medan harusnya mendapat satu tempat di manajemen PSMS.

Menanggapi hal ini, Idris tak menampik namun tak juga mengiyakan. “Wahyu memang dekat dengan saya, apalagi dia memang orang Medan. Kalau bisa orang Medan, kenapa harus orang luar?” ujarnya.

Idris: Syahbani dan Zulkarnaen layak

Keputusan pengurus PSMS Medan soal empat pemain yang dipertahankan masih mendapat sorotan tajam. Pasalnya dari 22 pemain jika dilihat dari segi kualitasnya, jumlah pemain yang dipertahankan harusnya lebih dari empat. Begitupun dua dari empat pemain kontribusinya dipertanyakan.

Jika Mahadi dan Novi Handriawan dianggap cukup berkontribusi dalam perjalanan PSMS di musim 2010/2011, tak demikian dengan Zulkarnaen dan Syahbani. Keduanya lebih banyak menjadi penonton daripada turun ke lapangan musim lalu.

Namun Sekretaris Umum PSMS, Idris SE, mengaku punya pertimbangan lain. Menyoal Zulkarnaen yang lama bermain di Persiraja Banda Aceh, Idris membantah langkah mempertahankannya ada unsur nepotisme.

“Tidak ada KKN. Saya nilai Zul pemain yang bagus. Musim lalu ia tidak banyak bermain karena cedera. Tapi musim ini kakinya sudah dioperasi dan tidak ada lagi masalah,” ujar Idris baru-baru ini.

Idris meyakini Zul tak lagi pemain yang pesakitan. Laga ujicoba yang dijalani Zulkarnaen beberapa waktu lalu membuat Idris bertambah yakin. “Saya lihat dia main di ujicoba saat bermain bersama Putra Buana. Kalau kalian lihat luar biasa dia bermain,” ujarnya di hadapan wartawan.

Lalu bagaimana dengan Syahbani? Kondisi psikologi Syahbani musim lalu diyakini Idris turut mempengaruhi performanya yang menurun. Selain itu ia menilai PSMS butuh sosok berpengalaman seperti Syahbani.

“PSMS butuh pemain yang senior seperti Syahbani. Kalau musim lalu, saya pikir kondisi psikisnya ikut memengaruhi,” ujarnya.

Begitupun tak serta merta posisi keempatnya aman. Keputusan pelatih tetap menjadi prioritas utama. “Mereka hanya kita sodorkan kepada pelatih. Keputusannya tergantung pelatih,” ujarnya.

Soal beberapa pemain yang cukup berkontribusi seperti Donny FC Siregar dan lainnya, Idris menutup mata. Menurutnya, PSMS tak butuh pemain-pemain yang banyak menuntut.

“Saya pikir mereka terlalu banyak menuntut. PSMS tak butuh pemain-pemain seperti itu,” ketus Idris merujuk soal laporan pemain ke KONI Medan untuk menuntut gaji beberapa waktu lalu.

Renovasi Teladan jangan sekadar janji

Harapan masyarakat Kota Medan menyaksikan tim Ayam Kinantan kembali tampil di kompetisi sepakbola kasta tertinggi nasional sepertinya bakal terwujud. Hal itu setelah PSMS masuk dalam daftar 34 tim kandidat tampil di kompetisi level satu nasional yang dirilis Komite Kompetisi PSSI kemarin.

Namun, kemungkinan PSMS gagal tampil di level atas pun masih sangat terbuka sekiranya tidak mampu memperbaiki aspek infrastruktur, yakni merenovasi total Stadion Teladan sebagai home base PSMS sehingga dapat lolos verifikasi oleh tim AFC.

Seperti diketahui, ada lima syarat mutlak sebagai klub profesional yang diminta AFC/FIFA. Kelima persyaratan itu adalah aspek legalitas, finansial, infrastruktur, personel, dan sporting.

Dari lima syarat tersebut, infrastruktur masih menjadi pertanyaan besar apakah mampu dipenuhi PSMS. Untuk aspek legal dan finansial, sesuai kesepakatan merjer dengan klub Liga Primer Indonesia (LPI), Bintang Medan sebelumnya, status legal dari pemerintah dan untuk pendanaan, menjadi tanggung jawab penuh pihak konsorsium.

“Sangat disayangkan seandainya PSMS gagal tampil di kompetisi kasta tertinggi nasional hanya karena tidak memiliki stadion representatif. Sebagai klub asal kota terbesar ketiga di Indonesia, stadion harusnya tidak lagi menjadi permasalahan bagi PSMS,” ujar mantan pemain PSSI dan PSMS, Parlin Siagian, di Medan, baru-baru ini.

Stadion Teladan yang dibangun pada 1953 memang sempat menjadi kebanggaan warga Medan dan salah satu stadion rujukan FIFA di Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, kondisinya kini sangat memprihatinkan dan diperparah merosotnya prestasi PSMS.

Janji renovasi memang kerap dilontarkan pengelola Teladan, dalam hal ini Pemko Medan. Terakhir, Wali Kota Medan Rahudman Harahap kembali berjanji segera merenovasi Teladan.

Bahkan, anggaran untuk perbaikan stadion itu akan dimasukkan dalam APBD senilai Rp100 miliar untuk renovasi infrastruktur baik Teladan maupun pembangunan sport centre Kota Medan.

Niat orang nomor satu di Medan itu disambut postif Parlin Siagian. Menurutnya, sebagai mantan pemain PSMS sekaligus warga Medan, dirinya sangat prihatin dengan keadaan Teladan saat ini.

“Saya berharap kali ini janji Wali Kota Medan untuk merenovasi Teladan tidak sekadar janji seperti sebelum-sebelumnya. Terlepas dari keinginan PSMS menjadikan stadion itu home base yang representatif, Teladan memang harus dibenahi jika ingin mengembalikan kejayaan sepakbola Medan,” ucap mantan pelatih Ayam Kinantan itu.

Selain Teladan, lanjut pemain yang pernah membawa PSMS juara Kompetisi Perserikatan (1983 dan 1985) ini, juga meminta renovasi Stadion Kebun Bunga yang kondisi lapangannya tidak kalah memprihatinkan.

“Stadion Kebun Bunga merupakan bagian dari sejarah kejayaan PSMS yang tidak boleh dilupakan. Terlebih, Kebun Bunga selama ini menjadi sarana berlatih tim PSMS dan satu-satunya lapangan milik Pemko Medan yang layak untuk menggelar kompetisi lokal,” pungkasnya