Friday, October 14, 2011

PSMS Tidak serius Menanggapi Rekomendasi AFC

MEDAN – Hingga batas akhir rekomendasi Asian Football Federation (AFC) tentang perbaikan sejumlah bagian Stadion Teladan Medan, masih banyak yang belum dikerjakan. AFC sebelumnya memberikan deadline dua minggu sejak inspeksi di Stadion Teladan akhir September lalu bagi PSMS untuk membenahi Teladan.

Beberapa bagian menjadi perhatian AFC untuk ditindaklanjuti pembenahannya sebagai persyaratan pengajuan homebase. Bagian-bagian yang dimaksud antara lain ruang doping, pengawas pertandingan, wasit, mixed zone serta beberapa ruangan lainnya di Stadion Teladan. Namun, pekerjaan rumah (PR) itu belum mampu dipenuhi PSMS hingga saat ini. Padahal deadline diberikan hingga besok.
Kepala Dinas Pertamanan, Erwin Lubis saat dikonfirmasi mengatakan, sebagai pengelola stadion tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sudah dirampungkan. Perbaikan rumput lapangan, bench pemain, dan penata cahayaan berkapasitas daya 100 ribu watt sudah dilakukan.

“Kalau item-item renovasi gedung rekomendasi AFC bukan tupoksi saya. Itu domain Dinas Perkim. Bukan saya yang berkoordinasi dengan mereka tapi Idris, kan dia pengurus PSMS,” ujarnya.

Sementara itu Kadis Perkim, Iriadi Irawadi tidak dapat dikonfirmasi terkait hal ini. “Maaf, saya sedang presentasi di USAID di Jakarta, nanti aja ya,” demikian balasan pesan layanan singkat yang diberikannya.

Sebelumnya Ketua Umum PSMS, Rahudman Harahap berjanji akan menyelesaikan kekurangan pada tanggal 10 Oktober. Namun, yang terjadi kondisinya berbeda.

Menanggapi kondisi ini, Pelaksana Teknis PSMS, Idris membantah pengerjaan stadion belum dilakukan. Mantan manajer musim lalu mengaku seluruh dokumen yang diminta AFC sudah rampung. “Pokoknya, semua dokumen soal stadion sudah selesai,” katanya.

Perlengkapan dari AFC soal Teladan belum rampung

MEDAN – Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) memberikan deadline dua minggu sejak inspeksi di Stadion Teladan akhir September lalu bagi PSMS Medan untuk membenahi Stadion Teladan. Beberapa bagian menjadi perhatian AFC untuk ditindaklanjuti pembenahannya sebagai persyaratan pengajuan homebase.

Bagian-bagian yang dimaksud antara lain ruang doping, pengawas pertandingan, wasit, mixed zone serta beberapa ruangan lainnya. Namun pekerjaan rumah (PR) itu belum mampu dipenuhi PSMS hingga saat ini. Padahal deadline diberikan hingga besok.

Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Pertamanan, Erwin Lubis, mengatakan sebagai pengelola stadion tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sudah dirampungkan. Perbaikan rumput lapangan, bench pemain, dan penata pencahayaan berkapasitas daya 100 ribu watt sudah dilakukan.

“Kalau item-item renovasi gedung rekomendasi AFC bukan tupoksi saya. Itu domain Dinas Perkim. Bukan saya yang berkoordinasi dengan mereka tapi Idris, kan dia pengurus PSMS,” ujarnya.

Sementara itu, Iriadi Irawadi yang juga Kadis Perkim tidak dapat dikonfirmasi terkait hal ini. “Maaf, saya sedang presentasi di USAID di Jakarta, nanti aja ya,” demikian balasan pesan layanan singkat yang diberikannya.

Sebelumnya Ketua Umum PSMS, Rahudman Harahap, berjanji akan menyelesaikan kekurangan pada 10 Oktober lalu. Namun yang terjadi kondisinya berbeda. Menanggapi kondisi ini, Pelaksana Teknis PSMS, Idris SE, membantah pengerjaan stadion belum dilakukan.

Mantan manajer PSMS musim lalu malah mengaku seluruh dokumen yang diminta AFC sudah rampung. “Pokoknya, semua dokumen soal stadion sudah selesai,” katanya.

14 klub tolak jadwal, PSMS sepakat

MEDAN - PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS ) mengundang klub-klub peserta dalam mendiskusikan penjadwalan kompetisi level 1 musim ini, Kamis. Namun pertemuan membahas kompetisi itu diwarnai dengan suasana tegang akibat protes klub-klub peserta terhadap penjadwalan dan pengalihan kepengelolaan kompetisi ke PT Liga Prima.

Klub-klub menolak membahas masalah kompetisi Liga Indonesia musim ini dalam acara manager meeting itu. Mereka ingin membicarakan masalah legalitas terlebih dahulu. Sebagian besar menginginkan PSSI menjelaskan terlebih dahulu mengenai status PT Liga Indonesia, selaku pengelola kompetisi musim lalu.

Yang juga dipersoalkan adalah kompensasi komersial dari PT Liga Prima kepada klub-klub senilai Rp2 miliar. PT Liga Prima akan membayarkan bantuan secara bertahap dengan perincian Rp1 miliar per tanggal 19 Oktober dan sisanya diberikan pada 19 Januari mendatang. Beberapa klub meminta PT Liga Prima membayarkan bantuan itu sekaligus.

Kabarnya terjadi deadlock dan 14 klub menolak kompetisi digulirkan. PSMS Medan termasuk ke dalam 12 klub yang sepakat kompetisi digulirkan. Selain PSMS, klub lainnya terdiri atas Persiraja Banda Aceh, Persibo Bojonegoro, Persija Jakarta versi Hadi Basalamah, PSM Makassar, Semen Padang, Arema Indonesia, Persema Malang, Persiba Bantul, Persijap Jepara, dan Persebaya Surabaya.

Benny Tomasoa yang mengaku utusan resmi dari PSMS mengatakan pihaknya tak mempermasalahkan walaupun bantuan diberikan secara bertahap.

“Ya, ini lagi ribut dan terjadi deadlock. Klub-klub mempermasalahkan peralihan ke PT Liga Prima. juga bantuan bertahap dari PT Liga Prima,” ujar Benny saat dihubungi malam ini.

Menurut Benny, 12 klub itu juga membuat pernyataan dengan beberapa poin di antaranya meminta PT Liga Prima tetap menggulirkan kompetisi pada 15 Oktober nanti, mendesak RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) terhadap klub-klub secepatnya, dan menyetujui kompensasi komersial kepada klub-klub peserta kompetisi yang diberikan bertahap.

PSMS BAnyak Masalah

MEDAN - Walaupun kick off kompetisi Liga Prima Indonesia dalam hitungan hari, namun Persatuan Sepakbola Medan Sekitarnya (PSMS) yang menjadi salah satu peserta Liga Prima Indonesia masih dikelilingi sejumlah masalah. Belum adanya sosok CEO dan manajemen yang belum terbentuk membuat PSMS kesulitan memaksimalkan persiapan.

Tak ayal dampaknya menyentuh persiapan teknis tim. Belum adanya sosok pelatih kepala dan kontrak pemain yang belum bisa dipastikan kapan disodorkan menjadi permasalahan yang terus dihadapi.
Pelaksana Teknis PSMS, Idris mengamini belum jelasnya kondisi yang terjadi di PSMS. Menurutnya, tidak hanya PSMS yang berada dalam keadaan itu, tetapi juga 19 klub lainnya yang melakukan kerjasama dengan pihak konsorsium.

“Tidak hanya PSMS yang seperti ini, 19 klub lainnya juga nyaris sama,” ujar Idris, kemarin.

Menurut Sekretaris umum demisioner itu, kesepakatan soal sosok Chief Executive Officer (CEO) yang masih tanda tanya berpengaruh besar pada persiapan tim. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang belum juga digelar membuat PSMS masih juga bergelut dalam ketidakpastian.

“CEO belum ada, masih menanti RUPS (rapat umum pemegang saham). Tapi calon CEO merupakan orang yang ditunjuk dan dipercayai wali kota (Rahudman Harahap),” ujar mantan manajer musim lalu ini.

Ketidakjelasan dana dari konsorsium bisa saja mengancam keberlangsungan kontrak pemain. Apalagi kondisi PSSI pusat juga tak jauh dari kegamanangan. Terbukti menjelang bergulirnya kompetisi manual liga belum juga jelas.

“Kalau untuk mengontrak, kami belum berani lantaran jadwal dan manual liga juga belum jelas. Misalnya, kalau kami kontrak pemain selama 12 bulan atau 10 bulan, sementara liga berlangsung lebih lama atau lebih cepat dari itu, kan kacau,” ucap Idris.

Utusan PSMS nyaris adu jotos

AKARTA - Chief Executive Officer (CEO) Meeting jelang bergulirnya kompetisi kasta tertinggi sepakbola nasional musim ini yang digelar PT Liga Prima Indonesia di Hotel Ambhara, Jakarta kemarin, nyaris menjadi ajang baku hantam dua perwakilan PSMS Medan.

Penyebabnya, karena Benny Tomasoa yang diutus pengurus PSMS tidak terima dengan kehadiran Dityo Pramono yang mengaku hadir sebagai wakil tim kebanggaan warga Kota Medan dan Sumut itu. Akibatnya, dua pria paruh baya ini nyaris baku hantam di tengah arena meeting.

Beruntung, PT Liga Prima selaku pelaksana regulasi kompetisi bisa menenangkan suasana. Keduanya pun diputuskan sama-sama duduk berdampingan dan menjadi wakil tim Ayam Kinantan pada rapat jajaran manajemen pengelola klub tersebut hingga usai.

"Saya adalah utusan PSMS yang sah karena mendapat surat tugas dari Ketua Umum, sedangkan dia (Dityo Pramono) hanya mengaku-ngaku saja sebagai utusan PSMS," sungut Tomasoa dengan nada geram.

"Jika saja saya tidak menghargai Pak Sihar (Sitorus) dan petinggi PSSI lainnya yang memimpin rapat, saya sudah pukul dia. Sebab omongannya membuat saya emosi karena dengan lantangnya mengatakan tidak mungkin PSMS berada di acara CEO Meeting tanpa dirinya," lanjut Tomasoa.

Pria yang juga mantan pemain PSMS Medan ini memang tampak cukup geram dengan kehadiran Dityo yang menurutnya mengaku-ngaku sebagai utusan PSMS. Pasalnya, mantan CEO Bintang Medan itu sama sekali tidak pernah terlibat dalam kepengurusan tim yang bermarkas di Stadion Kebun Bunga itu.

"Dia itu CEO Bintang Medan, bukan PSMS. Kenapa harus mengaku wakil PSMS? Ini sudah saya laporkan ke Pak Wali Kota selaku Ketua Umum PSMS melalui ajudannya," ucap Tomasoa.

Penyataan lebih pedas dilontarkan Plt Ketua Umum PSMS, Idris SE. Menurut pria yang juga Sekum PSMS Medan, sejak berdirinya tim hingga sekarang dirinya belum pernah mendengar nama Dityo Pramono. Karena itu, ia pun memastikan kehadirannya di CEO Meeting itu adalah ilegal, karena tidak dibekali surat mandat dari pengurus.

"Yang kami beri mandat untuk ikut meeting adalah Benny Tomasoa. Kalau ada orang lain yang mengaku utusan PSMS, itu tidak benar. Orang itu pasti hanya mengaku-ngaku saja dan tidak perlu digubris keberadaannya," koar Idris.

Menanggapi hal itu, Dityo menjawab enteng dan sama sekali tidak merasa ada masalah dengan hadirnya dua utusan PSMS. Menurutnya, berapapun yang hadir tetap saja membawa nama PSMS.

"Saya hadir karena ini adalah CEO Meeting. Perlu diketahui, legalitas PSMS itu menggunakan PT Bintang Medan Metropolitan. Secara kebetulan, hingga saat ini saya masih menjadi CEO di PT tersebut dan belum diganti," ucap Dityo datar.

Pemain PSMS Sudah Dipanjar Rp2-10 Juta

Sebanyak 18 pemain yang masih seleksi di PSMS ternyata sudah dipanjar. Hal itu diungkapkan Idris Sekum PSMS kemarin (13/10). Panjar pemain rata-rata Rp4 juta, sementara legiun asing diberi uang panjar Rp10juta. Sedangkan pemain magang dipanjar rendah Rp2juta.

“Jadi totalnya Rp80 juta sudah dikucurkan,” ungkap Idris tanpa menyebut dari mana sumber dana untuk panjar pemain itu.

Menurutnya, hal ini sengaja dilakukan untuk mengikat para pemain. “Dengan melakukan hal ini, mereka sudah terikat dengan PSMS. Gak bisa lari lagi. Jadi kita harapkan juga mereka bisa lebih konsentrasi berlatih untuk meningkatkan performa permainan,” tambahnya.

Namun, ketidakjelasan dana dari konsorsium bisa jadi mengancam keberlangsungan kontrak pemain seandainya pihak konsorsium tak setuju terhadap pemain yang direkrut. Tapi, Ketum PSMS yang nantinya akan menunjuk CEO mengharuskan menyetujui pemain yang ditetapkan.

Idris juga mengaku belum berani bertindak lebih jauh. “Kalau untuk mengontrak, kami belum berani, karena jadwal dan manual liga juga belum jelas. Misalnya kalau kami kontrak pemain selama 12 bulan atau 10 bulan, sementara liga berlangsung lebih lama atau lebih cepat dari itu, bisa kacau,” katanya.

Sementara itu, tim pemandu bakat PSMS Roekinoy membenarkan ada 18 pemain yang sudah menerima uang panjar, dari 21 pemain yang saat ini lolos seleksi tahap pertama. “Selain Cucu Hidayat dan Ferry Aman Saragih, semua sudah mendapat panjar. Kenapa mereka belum dipanjar, karena mereka baru datang setelah pemanjaran pemain dilakukan. Itu juga berlaku terhadap Jacky Pasarela dan Alamsyah Nasution yang telah bergabung Rabu (12/10) lalu,” terangnya.

Sementara itu, sejak dideklarasikan kesepakatan merger dengan PT Bintang Medan 13 Agustus 2011 lalu, belum ada perkembangan positif yang terlihat di tubuh PSMS. Hingga saat ini, PSMS malah terlihat terseok-seok mempersiapkan diri mengikuti kompetisi musim mendatang.

Saat ini sudah ada 23 pemain seleksi yang lolos pada tahap awal. Kembali Idris mengakui, hal ini memang terjadi di PSMS. Namun, menurutnya hal ini bukan hanya PSMS yang mengalami. “Ini juga terjadi di 19 klub lainnya yang kerjasama dengan konsorsium,” ujarnya lagi. (saz/sumutpos)

PSMS Segera Lunasi Gaji Gaston Castano

Sisa tiga bulan gaji pemain Argentina Gaston Castano ketika memperkuat PSMS Medan di Divisi Utama 2010-2011 lalu, bakal segera dilunasi oleh pihak manajemen meski hanya dua bulan yang akan dibayarkan, hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Umum PSMS Medan, Idris.

"Karena krisis dana, kita telah sepakat dengan semua pemain untuk pengurangan sisa gaji.Semua pemain sudah sepakat dengan itu, pada waktu kesepakatan tercapai kita juga memanggil Gaston, namun yang bersangkutan tidak hadir," kata Idris.

Ia mengatakan, persoalan tunggakan gaji Gaston sama dengan pemain lainnya yang memperkuat PSMS musim kompetisi Divisi Utama 2010-2011.

Semua pemain selain Gaston menyetujui permintaan pengurus PSMS mengurangi pembayaran gaji tersebut.Misalnya pemain yang tunggakannya dua bulan hanya dibayar satu bulan dan yang tiga bulan hanya dibayar dua bulan.

"Namun hanya Gaston yang ingin gajinya dibayar penuh tiga bulan. Kesimpulannya kita tetap akan membayar sisa gajinya, namun hanya dua bulan bukan tiga bulan seperti yang dia minta," katanya.

Menurut Idris, Gaston juga telah melanggar kesepakatan bahwa ketika usai putaran delapan besar di Tenggarong, Kalimantan Timur, pemain tetap akan kembali ke mess di Kebun Bunga Medan.

"Namun Gaston tidak pernah kembali ke mess, padahal masih ada sisa sekitar empat bulan lagi menjelang habisnya masa kontrak. Meski kompetisi sudah berakhir, kita juga masih butuh dia misalnya untuk laga amal maupun lainnya," katanya.

Sementara itu, masalah tunggakan sisa gaji tersebut saat ini sudah sampai ke Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI). Bahkan CEO APPI, Valentino Simanjuntak sudah beberapa kali berkomunikasi dengan pihak PSMS namun belum juga menghasilkan titik temu.

"APPI berusaha melakukan mediasi bagi kedua belah pihak. Pada intinya Gaston hanya meminta hal yang sederhana yakni pembayaran sisa gajinya," katanya.
(antara)