Keberadaan Idris SE di manajemen PSMS membawa dampak negatif. Sebagai manajer, Idris kerap membuat suasana tidak nyaman. Setidaknya hal ini diungkapkan pengurus PSSI Medan yang juga pengamat sepak bola, Asrul Batubara.
Menurut Asrul, tekanan dan intervensi Idris kepada pelatih diyakini sebagai penyebab anjloknya kepercayaan diri para pemain dan jajaran pelatih PSMS. “Bagaimana PSMS bisa maju kalau satu pertandingan saja pelatih langsung diganti. Memperbaiki butuh waktu, Jangan menimpakan kesalahan langsung pada pelatih,” kata Asrul kemarin.
Asrul juga heran melihat kinerja manajemen PSMS saat ini. Mundurnya Rudi Keltjes karena belum menandatangani kontrak hingga hampir sebulan di PSMS. Hal itu menurutnya merupakan pola pengelolaan yang tidak pada tempatnya. Dia menyatakan, selayaknya manajemen sadar, untuk mendapatkan kualitas lebih tentunya juga disertai dengan harga yang pantas pula. Sesuai dengan istilah profesional yang selama ini didengungkan pengurus dan manajemen PSMS.
”Bagaimana pelatih mau berkonsentrasi melatih dan bertahan kalau statusnya di PSMS juga belum jelas. Pelatih juga punya kebutuhan hidup yang jarus dipenuhi. Sudah sepantasnya dia menuntut haknya apabila setelah melaksanakan kewajiban sebagai pelatih,” katanya.
Sebelumnya, Parlin Siagian juga menyayangkan keputusan mendepak pelatih hanya dari satu pertandingan. Keberadaan manajer PSMS saat ini yang kerap intervensi pelatih sangat tidak profesional.
“Setelah mendepak Rudi Keltjes, Suharto ditunjuk. Kalau kalah lagi, apakah Suharto juga akan dipecat!” kata Parlin.
Di lain hal, Idris awalnya sempat menyatakan kalau sosok seorang manajer di PSMS harus bisa mendatangkan sponsor dan memiliki modal setidaknya Rp1 milyar. Hal itu diutarakannya saat PSMS belum memiliki manajer. Akhirnya, setelah jadi manajer, Idris tak terlihat melakukan apa yang diucapkannya. (ful/sumutpos)