Thursday, February 5, 2009

PSMS Abaikan LCA?

PSMS Abaikan LCA? Liga Champions Asia (LCA) tentu jauh lebih bergengsi dibandingkan Liga Super. Tapi, PSMS Medan justru terkesan menyepelekan kompetisi antarklub di Benua Asia tersebut.

“Semua tim yang tampil di LCA tentu ingin meraih hasil maksimal. Tapi, sulit buat kami memperoleh hasil yang bisa membanggakan. Dalam kondisi sekarang, sulit buat kami membagi konsentrasi antara laga LCA dan Liga Super. Kami lebih mengutamakan Liga Super dibandingkan LCA,”tandas Direktur Teknik PSMS Luciano Leandro kepada SINDO.

Di babak playoff nanti, Ayam Kinantan masih menunggu pemenang laga Provincial Electrical (Thailand) versus Singapore Armed Forces FC (SAFFC/Singapura) dalam duel tunggal yang rencananya digelar di kandang Provincial Stadion Thammasat University atau kandang SAFFC Stadion Jalan Besar,Rabu (25/2).

Sebenarnya, sikap pasrah Ayam Kinantan memang agak disayangkan.Namun,di balik semua itu, PSMS sebenarnya mencoba bersikap realistis. Siapa pun yang jadi lawan Markus Horison dkk di babak kualifikasi nanti, Luci tetap menilai memiliki kualitas memadai.

Apalagi, beban PSMS kini tidak saja ada di LCA, tapi juga di pentas Liga Super dan Piala Indonesia. Di Liga Super, Ayam Kinantan masih berkutat di zona degradasi. Mengantongi nilai 12, PSMS menempati peringkat 17 atau hanya satu setrip di atas Deltras Sidoarjo yang menghuni kerak klasemen.

“Provincial atau SAFFC sama-sama tim kuat di negaranya masing-masing. Jadi, siapa pun yang jadi lawan, bukan pekerjaan mudah buat kami untuk bisa lolos ke fase berikut. Kalaupun mampu lolos, sangat sulit bersaing dengan klub-klub yang nantinya bakal satu grup dan kami hadapi,” sebut Luci.

Seandainya lolos, Ayam Kinantan sudah dinanti Kashima Antlers (Jepang), Shanghai Senhua (China), dan Suwon Bluewings (Korea Selatan). Diukur dari sisi materi pemain maupun kualitas ketiga klub tersebut, level permainan mereka tentu berada di atas PSMS. Meski bersikap pesimistis, bukan berarti Luci bakal menginstruksikan pasukannya bermain setengah hati.

Dia berjanji tetap akan memimpin klub penuh tradisi dan prestasi tersebut agar tak menyerah begitu saja kepada setiap lawan yang dihadapi di LCA maupun di Piala AFC, ajang kedua yang dijajal PSMS jika tidak mampu melewati babak kualifikasi LCA.“Kami tetap akan mengerahkan kemampuan terbaik,” kata Luci.

Sementara itu, PSMS masih harus berpikir keras memilih tiga di antara lima pemain asing yang dimiliki untuk tampil di LCA.Sejauh ini PSMS sudah memiliki lima pemain asing.Mereka adalah Zavier, Mauro Pinto, Mario Alejandro Costa, Salaberry, dan Leonard Zada.

Dari lima nama tersebut, baru Zada yang dipastikan turun dalam ajang paling elite antarklub di Benua Asia itu. Pelatih PSMS Listiadi mengatakan, Zada dipilih karena pemain tengah ini paling lama membela Ayam Kinantan.

“Performa dan kualitas Zada juga cukup baik. Sementara empat pemain asing lainnya masih terbilang punya kualitas sama. Kami pun masih memperhatikan permainan mereka di setiap laga untuk nantinya dipilih,” ujar Listiadi

Hormati Abdul Aziz, Doa Awali Partai Pelita-PSMS

BANDUNG, RABU - Mengheningkan cipta mengawali pertandingan tuan rumah PSMS Medan melawan Pelita Jaya Jabar pada lanjutan Kompetisi Indonesia Super League (LSI) 2009 di Stadion Siliwangi Bandung, Rabu (4/2) malam. Ini dilakukan untuk menghormati almarhum Abdul Aziz Angkat, Ketua DPRD Sumatera Utara yang meninggal dunia akibat aksi massa yang berlangsung di Medan, Selasa (3/2).

Namun, insiden yang menggegerkan itu, tidak memengaruhi tim "Ayam Kinantan" PSMS Medan untuk tampil fight meladeni Pelita yang juga berkandang di Bandung itu.

Pelita Jaya Balas Kekalahan dari PSMS

BANDRUNG, RABU - Pelita Jaya berhasil membalas kekalahan oleh PSMS Medan di putaran pertama dengan mencetak skor 1-0 di Stadion Siliwangi Bandung, Rabu (4/4). Namun, Pelita Jaya harus membayar kemenangan ini dengan lima kartu kuning.

Bermain dengan dukungan suporter, PSMS menciptakan peluang di babakpertama melalui Elie Aiboy dan Leonardo Martins Dinelli. Namun, Ayam Kinantan justru kebobolan di menit ke-36 melalui Gendut Dony C. Bola rendah dari sektor kanan itu sempat membentur mistar gawang kemudian meluncur ke dalam gawang.

Ketinggalan satu gol membuat pertandingan berlangsung cukup keras. PSMS yang masih berjuang keluar dari zona degradasi tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Sementara, Pelita Jaya juga berambisi memetik kemenangan setelah Minggu lalu dikalahkan Sriwijaya FC. Pelita Jaya beberapa kali memperoleh peluang manis melalui Christiano Lopes dan Gendut Dony. Namun, gol tidak bertambah karena eksekusi peluang yang buruk.

Usai turun minum, PSMS_mengganti kapten tim M Affan Lubis dengan Oktovianus Maniani. Namun, Octo tidak bisa bergerak leluasa karena hadangan benteng pertahanan Pelita Jaya. Hingga sepuluh menit terakhir, PSMS masih belum bisa mencetak gol. PSMS bahkan harus bermain dengan sepuluh pemain setelah Leonardo "Zada" Martins diganjar kartu merah akibat menonjok Yusmadi.

Pelita Jaya yang menurunkan sejumlah pemain pengganti juga gagal menambah gol. Pelita Jaya memiliki kesempatan menambah gol di menit ke-60 ketika Lopes dari hadangan barisan pertahanan PSMS. Namun, Lopes justru mengumpankan bola pada Muhammad Ridwan yang kemudian mengoper bola pada Firman Utina. Di menit ke-79, Gendut Dony juga mampu melewati hadangan pemain belakang PSMS. Tetapi, ia kurang tenang dalam mengeksekusi tendangan.

Pelatih PSMS Liestiadi mengaku kecewa dengan hasil yang ditoreh timnya. "Kami gagal untuk mencapai target memenangi pertandingan ini. Akibatnya perjuangan kami untuk keluar dari zona degradasi juga akan semakin berat," kata Liestiadi. Ia mengatakan, dari segi permainan, timnya bisa mengimbangi Pelita Jaya. "Namun, inilah bola, kami gagal memanfaatkan peluang," kata Liestiadi.

Sebaliknya, pelatih Pelita Jaya Fandi AHmad mengaku puas dengan poin tiga yang dihasilkan Firman Utina dan kawan-kawan. "Hasil ini penting bagi kami setelah kekalahan di Palembang. Saya lihat dua tim sama-sama punya kelemahan di ujung tombak dan sama-sama memiliki peluang. Namun, kami lebih beruntung malam ini," kata Fandi

SPECIAL HEBOH: Pemain Liga Australia Ingin Bela Timnas Indonesia

Namanya adalah Sergio van Dijk, salah satu topskor A-League (Divisi Utama Australia). Tunggu apa lagi, PSSI?


HEBOH: Pemain Liga Australia Ingin Bela Timnas Indonesia
Sergio van Dijk, pemain Belanda keturunan Indonesia, menegaskan keinginannya untuk membela skuad Merah-Putih.

Pada pertandingan Grup B prakualifikasi Piala Asia 2011, Indonesia melakukan segalanya, kecuali mencetak gol ke gawang Australia di hadapan ribuan penonton Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.

Seandainya Sergio ikut tampil, hasilnya mungkin beda, dan bisa jadi Indonesia yang keluar sebagai pemenang atas Socceroos.

Striker berusia 26 tahun itu adalah warganegara Belanda, lahir di kota Assen, Belanda, tapi kakek-neneknya 100 persen Indonesia.

Saat ini, Sergio merumput di klub Liga A, Queensland Roar. Dari 20 pertandingan yang dilakoninya musim ini, ia sudah mengoleksi torehan 11 gol. Jumlah itu merupakan terbanyak kedua di Liga A, terpaut satu gol dari topskor Shane Meltz di Wellington Phoenix FC. Danny Allsopp, penyerang Melbourne Victory yang ikut membela Australia dalam pertandingan melawan Indonesia, juga mengantongi 11 gol.

Setelah melihat pertandingan antara Indonesia dan Australia yang berakhir imbang tanpa gol pada Rabu (28/1) lalu, Sergio merasa dirinya ingin membantu skuad besutan Benny Dollo. Bantuan yang dimaksud Sergio tidak tanggung-tanggung. Ia ingin segera dipanggil PSSI untuk mempertajam lini depan tim nasional senior Indonesia.

"Saya adalah orang Belanda, sama halnya saya juga orang Indonesia," ujar Sergio kepada suratkabar Courier Mail yang terbit di Brisbane, negara bagian Queensland, Australia.

"Adanya sejarah dalam keluarga saya membuat saya berpikir, bermain untuk mereka [Indonesia] adalah suatu kehormatan," lanjutnya.

Pada 3 Maret tahun depan, Indonesia harus terbang ke kota Sydney untuk lanjutan prakualifikasi Grup B melawan Australia. Untuk pertandingan itu, Sergio sudah membayangkan dirinya memakai kostum Merah-Putih, supaya bisa berduel dengan kapten Socceroos Craig Moore, rekan setimnya di Queensland Roar.

Sergio van DijkKakeknya bernama Frans Polnaya, disertai neneknya, Johanna, berimigrasi ke Belanda tak lama sesudah Indonesia merdeka. Frans merupakan serdadu Angkatan Bersenjata Hindia Belanda, tapi angkatan daratnya dibubarkan pada 1950, selang setahun kedaulatan Indonesia diakui. Karena khawatir akan dianiaya kelompok-kelompok pribumi, Frans dan Johanna memutuskan untuk imigrasi ke Belanda.

"Ketika Belanda pergi, banyak orang-orang lokal yang marah sehingga mereka harus keluar dari negara itu," kata Sergio. "Kakek saya sudah meninggal tapi nenek saya masih berdomisili di Belanda."

Sergio melepaskan tekadnya untuk membela timnas Belanda, tapi dirinya merasa bisa menambah angin segar buat Indonesia. Beda halnya dengan Irfan Bachdim yang juga berniat membela timnas, bahasa Indonesia justru bukan kendala buat Sergio.

"Bermain untuk Belanda bukan realitas lagi buat saya," cetusnya.

"Saya masih mempunyai keluarga di sana, di Jakarta.

"Saya pernah ke sana dan saya bisa bahasa Indonesia.

"Terdapat suatu ikatan di sana."


Sergio juga pernah mencetak sepuluh gol dalam satu pertandingan ketika masih berseragam FC Emmen, klub divisi utama Belanda:


Hebatnya lagi, selain menjadi topskor timnya, Sergio juga berpeluang mengangkat trophy Liga A musim ini bersama Queensland Road. Juara dari liga yang terdiri dari delapan tim itu ditentukan lewat Finals Series, di mana dua tim teratas berhadapan dalam semi-final major. Sedangkan tim di urutan ketiga dan keempat bertemu di semi-final minor. Kedua semi-final digelar secara home and away, dan pemenang major akan bertemu pemenang minor di final melalui dua leg, untuk menentukan juara Liga A.

Queensland mengakhiri musim reguler di peringkat ketiga, dan akan bersaing melawan Central Coast di leg pertama semi-final minor, Jumat (6/2). Sedangkan pada esok harinya, Melbourne Victory di posisi pertama ditantang Adelaide United dalam semi-final major.

Sergio sedang menanti perpanjangan kontrak baru di Queensland. Pacarnya yang bernama Laura sedang hamil dan baru saja kembali dari Belanda.

* Hingga berita ini diturunkan, GOAL.com Indonesia sedang menjajaki kemungkinan mewawancarai Sergio van Dijk secara eksklusif.

Fandi Gembira Banget, Liestiadi Berduka sambil mikir

Fandi Gembira, Liestiadi Berduka Sukses Pelita Jaya menaklukkan PSMS Medan 1-0, disambut sukacita kubu tim berkostum merah-merah itu.

"Kemenangan ini sangat strategis dan penting bagi Pelita Jaya untuk tetap berada di jalur persaingan," kata Pelatih Pelita, Fandi Ahmad, seusai pertandingan di Stadion Siliwangi Bandung, Rabu malam.

Ia mengakui timnya beruntung, bisa menang meski dilanda kelelahan dan cedera pemain. Timnya lebih banyak bertahan karena masih kelelahan dan kehabisan stok pemain di lini belakang.

"Pemain diinstruksikan untuk bisa menahan permainan cepan PSMS, terutama di lini tengah. Meski dikurung namun akhirnya kami bisa keluar dari kesulitan malam ini," kata Fandi.

Sementara itu pelatih PSMS Liestiadi mengaku kecewa dengan hasil kekalahan timnya. Hal itu menurut dia kian memberatkan langkah PSMS Medan untuk lepas dari zona degradasi.

"Tentu kecewa, kekalahan ini membuat langkah kami kian berat. Namun saya akui grafik penampilan tim menanjak meski pemain asing kami belum padu," kata Liestiadi.

Liestiadi mengaku gagal meraih target pada pertandingan lawan Pelita Jaya, tim yang mereka kalahkan pada putaran pertama lalu di Bandung.

"Ketua Umum kami menargetkan point tiga pada pertandingan ini, namun ini hasil yang kami raih malam ini. Kalah menang biasa dihadapi tim. Tentu ini jadi bahan evaluasi," kata Liestiadi menambahkan.

PSMS dibungkam Pelita 1-0

PSMS Gagal Penuhi Ambisi PSMS Medan gagal memanfaatkan keuntungan sebagai tuan rumah pada lanjutan Liga Super Indonesia (SLI) 2008/2009. Bertanding di Stadion Siliwangi Bandung, Jawa Barat, Rabu, 4 Februari 2009, tim berjuluk Ayam Kinantan itu keok 0-1 di tangan tamunya Pelita Jaya.

Tim tamu Pelita Jaya Jawa Barat, langsung memimpin di babak pertama lewat gol yang dicetak oleh Gendut Doni pada menit ke-36. PSMS gagal mengejar meski beberapa kali sempat mengancam gawang Pelita Jaya.

Menurut Pelatih PSMS Medan, Liestiadi, pertandingan sebenarnya berlangsung ketat. Baik PSMS maupun Pelita sama-sama memiliki peluang yang sama. Sayang, di babak pertama timnya sempat kecolongan.

"Sebelum gol tercipta, pemain-pemain sempat salah koordinasi. Mereka gagal menghalau umpan silang penyerang Pelita Jaya. Kalau secara keseluruhan, permainan sebenarnya berjalan imbang," kata Liestiadi saat dihubungi Vivanews, Rabu, 4 Februari 2009.

Akibat kekalahan ini, PSMS untuk sementara tetap berkutat di zona merah degradasi. Dengan koleksi 12 poin, Ayam Kinantan berada di peringkat 18 klasemen sementara. Sebaliknya, tambahan tiga poin membuat Pelita Jaya naik satu setrip ke posisi 10 menggusur PSM Medan koleksi 26 poin