TEMBILAHAN- Suimin Diharja tak kuasa menahan rasa harunya, usai menyaksikan upaya anak buahnya menahan imbang Persih Tembilahan dengan skor 0-0 di Stadion Beringin, Minggu (29/11) kemarin, dalam lanjutan away kedua PSMS di Divisi Utama musim ini.
Usai wasit Suharto meniupkan peluit panjang tanda berakhirnya laga, Suimin diikuti asistennya Jampi Hutahuruk dan Nimrot Manalu, berhamburan ke dalam lapangan. Benny Tomasoa asisten manajer juga tak kuasa menahan rasa bangganya.
Memang hanya berakhir imbang, namun dalam perjalanan away-nya, target dua angka sudah tercapai. “Anak-anak main bagus. Dua angka dari partai away cukuplah untuk modal awal kita menatap laga selanjutnya,” bilang Benny.
Bahkan saat menyapa para pemain, Suimin terlihat meneteskan air matanya. Sama seperti yang dialami Nimrot Manalu pelatih fisik PSMS, saat melihat timnya berhasil mencuri satu angka melawan Persires Rengat beberapa hari lalu.
Bagaimana tidak terharu. Dengan kondisi PSMS yang sedang serba sulit ini, tekad besar tetap diusung seluruh pasukan Ayam Kinantan. Meski kerap terjadi selisih paham, namun akhirnya rasa kebersamaan satu penderitaan selama away, mampu dijawab dengan membawa pulang dua poin ke Medan.
Pada laga kemarin, PSMS masih berhasil memainkan strategi bertahan dengan apik dan solid. Hadirnya Nyeck Nyobe di belakang, menjadi nilai plus bagi rekan-rekannya.
Di awal babak pertama, bahkan Nyeck berupaya melakukan determinasi hingga lapangan tengah. Namun gagal karena tekanan dari tuan rumah. Di babak pertama, tercatat beberapa peluang berhasil digagalkan oleh penampilan apik bek PSMS, plus naiknya mental bermain Sony Gunawan di bawah mistar PSMS. Hingga turun minum, skor kacamata bertahan.
Di babak kedua, tekanan dari tuan rumah bertambah ketat. Mundari Karya arsitek Persih sadar sedang main di kandang sendiri. Hasil imbang melawan Semen Padang di kandang, membuat Mundari memaksa skuadnya menyerang.
Namun arah serangan mudah dipatahkan, karena terkesan monoton. Target man Etougo Marc Holand tidak bisa berbuat banyak. Kawalan ketat dari Nyeck dan Slamet cukup membuatnya frustasi dan sering buat kesalahan.
Peluang terbaik Persih tercatat terjadi di menit 54. Saat itu terjadi sepakan pojok yang menyebabkan sedikit kemelut di mulut gawang PSMS. Ilham Hasan striker Persih berhasil menceploskan bola ke gawang Sony, namun lines man lebih dulu angkat bendera tanda offside.
Di penghunjung pertandingan sempat terjadi keributan kecil. Bermula dari asisten wasit yang tidak mengangkat bendera padahal bola Persih telah meninggalkan lapangan.
Kubu PSMS protes, namun dibalas dengan sedikit kontak badan dengan Dodi Arwana, bek PSMS. Edu Juanda dan Slamet Riyadi marah. Edu cukup emosi dan mendorong Jajang Hasan geladang Persih. Kartu kuning untuk Edu. Namun hal itu tidak sampai memicu amarah massa. Hanya teriakan dan sedikit makian diutarakan ke wasit dan PSMS.
Usai laga, Mundari Karya orang yang bertanggung jawab di balik strategi Persih mengaku timnya hanya belum menemukan keberuntungannya. Beberapa peluang emas gagal dimanfaatkan menjadi gol.
“Finishing touch anak-anak memang belum sempurna. Kita belum beruntung,” sesal Mundari Karya
No comments:
Post a Comment