MEDAN - Walaupun kick off kompetisi Liga Prima Indonesia dalam hitungan hari, namun Persatuan Sepakbola Medan Sekitarnya (PSMS) yang menjadi salah satu peserta Liga Prima Indonesia masih dikelilingi sejumlah masalah. Belum adanya sosok CEO dan manajemen yang belum terbentuk membuat PSMS kesulitan memaksimalkan persiapan.
Tak ayal dampaknya menyentuh persiapan teknis tim. Belum adanya sosok pelatih kepala dan kontrak pemain yang belum bisa dipastikan kapan disodorkan menjadi permasalahan yang terus dihadapi.
Pelaksana Teknis PSMS, Idris mengamini belum jelasnya kondisi yang terjadi di PSMS. Menurutnya, tidak hanya PSMS yang berada dalam keadaan itu, tetapi juga 19 klub lainnya yang melakukan kerjasama dengan pihak konsorsium.
“Tidak hanya PSMS yang seperti ini, 19 klub lainnya juga nyaris sama,” ujar Idris, kemarin.
Menurut Sekretaris umum demisioner itu, kesepakatan soal sosok Chief Executive Officer (CEO) yang masih tanda tanya berpengaruh besar pada persiapan tim. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang belum juga digelar membuat PSMS masih juga bergelut dalam ketidakpastian.
“CEO belum ada, masih menanti RUPS (rapat umum pemegang saham). Tapi calon CEO merupakan orang yang ditunjuk dan dipercayai wali kota (Rahudman Harahap),” ujar mantan manajer musim lalu ini.
Ketidakjelasan dana dari konsorsium bisa saja mengancam keberlangsungan kontrak pemain. Apalagi kondisi PSSI pusat juga tak jauh dari kegamanangan. Terbukti menjelang bergulirnya kompetisi manual liga belum juga jelas.
“Kalau untuk mengontrak, kami belum berani lantaran jadwal dan manual liga juga belum jelas. Misalnya, kalau kami kontrak pemain selama 12 bulan atau 10 bulan, sementara liga berlangsung lebih lama atau lebih cepat dari itu, kan kacau,” ucap Idris.
No comments:
Post a Comment