Saturday, September 10, 2011

Penanganan PSMS harus profesional

MEDAN - Menghadapi kompetisi musim depan, PSMS Medan belum merampungkan kepengurusannya untuk membentuk manajemen baru, seperti posisi Chief Executive Organizer (CEO) maupun manajer tim.

Namun begitu, ada empat kandidat merebut posisi CEO yang ditetapkan pihak konsorsium atau perusahaan yang me-manage PSMS. Yang menjadi incaran saat ini dan digaung-gaungkan adalah Dityo Pramono dan Benny Tomasoa.

Menyikapi hal ini, Rahmad Nur Lubis berpendapat sebelum menetapkan empat kandidat, konsorsium terlebih harus memanggil 31 tim untuk menerapkan nama-nama yang layak diangkat menjadi CEO PSMS.

"Selama ini saya melihat 31 tim dianaktirikan atau ditinggalkan, dan tidak pernah dilibatkan dalam musyarawarah. Jadi penanganan PSMS harus profesional," kata pengamat sepakbola asal Sumut itu, Kamis (8/9).

Disinggung calon terkuat menempati posisi CEO, Rahmad menuturkan semua calon sama-sama baik dan mempunyai profil berbeda. Tetapi, Dityo dinilai cukup mempunyai pengalaman menangani tim dan mempunyai profil yang baik, meski dirinya bukan asli orang Medan kendati sempat terganjal di Bintang Medan dalam hal kontrak pemain.

Ketika disebut nama Rahudman Harahap, Wali Kota Medan itu dianggap, belum banyak berbuat sebagai orang nomor satu di Pemerintah Kota (Pemko) Medan itu kepada PSMS. Apalagi saat itu dia diangkat saat delapan besar.

"Wali Kota harus banyak terlibat di PSMS. Karena selama ini konsorsium yang menangani 75 persen, sisanya Rahudman harus membenah Stadion Teladan yang belum juga terealisasi renovasi pembangunannya. Itu yang harus dipikirkan Rahudman," tegasnya.

Soal Idris, menurut Rahmad, kabur di PSMS. Karena masing-masing dirinya tidak ada apa-apanya, belum lagi ditambah masalah internal dengan gaji pemain beberapa waktu lalu. "Kalau Idris mau tetap di PSMS, harus ada kata sepakat dari konsorsium karena mereka yang mempunyai wewenang penuh," ketus Rahmad lagi.

Sementara itu, pengamat sepakbola Kota Medan, Antony, mengatakan intinya penanganan PSMS harus profesional dan terbaik di mata masyarakat. "Kalau kita lihat, sepakbola kita saat ini tengah rawan. Baik dari segi kepengurusannya maupun keuangannya. Maka di dalamnya kerap terjadi korupsi," ujar Anton.

Anton berharap diupayakan orang yang mendapatkan posisi CEO maupun di bidangnya masing-masing mempunyai kemampuan memadai. Anton juga mengatakan konsorsium juga terlah melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PSMS karena tidak melibatkan 31 tim.

"Kalau saya melihat, saat ini tidak ada figur yang layak. Wali Kota diangkat menjadi Ketua Umum PSMS karena dia memang orang penting di Medan," katanya menambahkan Rahudman terkesan dipaksakan duduk di posisi tersebut.

"Ini hanya membesar-besarkan nama saja di PSMS seperti Dzulmi Eldin yang baru beberapa bulan memimpin, kemudian mundur. Lebih baik kepengurusannya dirombak habis!" seru Anton lagi.

No comments: