Namanya adalah Sergio van Dijk, salah satu topskor A-League (Divisi Utama Australia). Tunggu apa lagi, PSSI?
Pada pertandingan Grup B prakualifikasi Piala Asia 2011, Indonesia melakukan segalanya, kecuali mencetak gol ke gawang Australia di hadapan ribuan penonton Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
Seandainya Sergio ikut tampil, hasilnya mungkin beda, dan bisa jadi Indonesia yang keluar sebagai pemenang atas Socceroos.
Striker berusia 26 tahun itu adalah warganegara Belanda, lahir di kota Assen, Belanda, tapi kakek-neneknya 100 persen Indonesia.
Saat ini, Sergio merumput di klub Liga A, Queensland Roar. Dari 20 pertandingan yang dilakoninya musim ini, ia sudah mengoleksi torehan 11 gol. Jumlah itu merupakan terbanyak kedua di Liga A, terpaut satu gol dari topskor Shane Meltz di Wellington Phoenix FC. Danny Allsopp, penyerang Melbourne Victory yang ikut membela Australia dalam pertandingan melawan Indonesia, juga mengantongi 11 gol.
Setelah melihat pertandingan antara Indonesia dan Australia yang berakhir imbang tanpa gol pada Rabu (28/1) lalu, Sergio merasa dirinya ingin membantu skuad besutan Benny Dollo. Bantuan yang dimaksud Sergio tidak tanggung-tanggung. Ia ingin segera dipanggil PSSI untuk mempertajam lini depan tim nasional senior Indonesia.
"Saya adalah orang Belanda, sama halnya saya juga orang Indonesia," ujar Sergio kepada suratkabar Courier Mail yang terbit di Brisbane, negara bagian Queensland, Australia.
"Adanya sejarah dalam keluarga saya membuat saya berpikir, bermain untuk mereka [Indonesia] adalah suatu kehormatan," lanjutnya.
Pada 3 Maret tahun depan, Indonesia harus terbang ke kota Sydney untuk lanjutan prakualifikasi Grup B melawan Australia. Untuk pertandingan itu, Sergio sudah membayangkan dirinya memakai kostum Merah-Putih, supaya bisa berduel dengan kapten Socceroos Craig Moore, rekan setimnya di Queensland Roar.
Kakeknya bernama Frans Polnaya, disertai neneknya, Johanna, berimigrasi ke Belanda tak lama sesudah Indonesia merdeka. Frans merupakan serdadu Angkatan Bersenjata Hindia Belanda, tapi angkatan daratnya dibubarkan pada 1950, selang setahun kedaulatan Indonesia diakui. Karena khawatir akan dianiaya kelompok-kelompok pribumi, Frans dan Johanna memutuskan untuk imigrasi ke Belanda.
"Ketika Belanda pergi, banyak orang-orang lokal yang marah sehingga mereka harus keluar dari negara itu," kata Sergio. "Kakek saya sudah meninggal tapi nenek saya masih berdomisili di Belanda."
Sergio melepaskan tekadnya untuk membela timnas Belanda, tapi dirinya merasa bisa menambah angin segar buat Indonesia. Beda halnya dengan Irfan Bachdim yang juga berniat membela timnas, bahasa Indonesia justru bukan kendala buat Sergio.
"Bermain untuk Belanda bukan realitas lagi buat saya," cetusnya.
"Saya masih mempunyai keluarga di sana, di Jakarta.
"Saya pernah ke sana dan saya bisa bahasa Indonesia.
"Terdapat suatu ikatan di sana."
Sergio juga pernah mencetak sepuluh gol dalam satu pertandingan ketika masih berseragam FC Emmen, klub divisi utama Belanda:
Hebatnya lagi, selain menjadi topskor timnya, Sergio juga berpeluang mengangkat trophy Liga A musim ini bersama Queensland Road. Juara dari liga yang terdiri dari delapan tim itu ditentukan lewat Finals Series, di mana dua tim teratas berhadapan dalam semi-final major. Sedangkan tim di urutan ketiga dan keempat bertemu di semi-final minor. Kedua semi-final digelar secara home and away, dan pemenang major akan bertemu pemenang minor di final melalui dua leg, untuk menentukan juara Liga A.
Queensland mengakhiri musim reguler di peringkat ketiga, dan akan bersaing melawan Central Coast di leg pertama semi-final minor, Jumat (6/2). Sedangkan pada esok harinya, Melbourne Victory di posisi pertama ditantang Adelaide United dalam semi-final major.
Sergio sedang menanti perpanjangan kontrak baru di Queensland. Pacarnya yang bernama Laura sedang hamil dan baru saja kembali dari Belanda.
* Hingga berita ini diturunkan, GOAL.com Indonesia sedang menjajaki kemungkinan mewawancarai Sergio van Dijk secara eksklusif.
No comments:
Post a Comment