ATURAN Badan Liga Indonesia (BLI) mengharuskan pelatih bersertifikat lisensi A merusak tatanan struktur tim PSMS Medan yang terlanjur telah membuat kesepakatan dengan pelatih asal Brazil Luciano Leandro yang hanya mengantungi lisensi versi negeri Samba itu.
Manajemen PSMS pun mendaftarkan Liestiadi sebagai pelatih kepala sesuai dengan aturan BLI. "Saya setuju saat Pak Sihar mendaftarkan sebagai pelatih kepala," terang Liestiadi menjawab Waspada seusai pertandingan PSMS versus PSPS dalam babak 24 besar Copa Indonesia di Stadion Teladan Medan, Sabtu.
Liestiadi, sebelumnya menduduki posisi Direktur Teknik PSMS, mengaku dipercayakan sebagai pelatih kepala sebagai suatu tantangan. Lontaran miring pun muncul kepermukaan.
Pasalnya, Liestiadi yang dulunya guru bidang studi komputer Perguruan Sutomo ini masih minim pengalaman, apalagi menangani tim sekelas PSMS yang tampil di Super Liga Indonesia.
Apakah Liestiadi hanya sebagai "boneka" untuk melengkapi aturan BLI? Saat pertandingan PSMS melawan PSPS Luciano lebih berperan dengan memberikan instruksi kepada pemain di pinggir lapangan. Lalu di mana peran Liestiadi?
"Saya juga berperan. Saya dan Luciano bersama berdiskusi dalam skuad pemain termasuk pemain yang akan diturunkan," terang Liestiadi yang memiliki sepasang anak ini. Setelah mengetahui Luciano terganjal lisensi, manajemen PSMS mengadopsi struktur tim nasional Inggris saat ditinggalkan Sven Goran Eriksson.
Sepeninggalan Eriksson, federasi sepakbola Inggris menunjuk mantan asistennya, Steve McLaren sebagai pelatih Inggris dengan penasehat teknis Terry Venables. "Begitulah posisi saya sekarang ini," terang Liestiadi yang mendapat lisensi A pada Maret 2008.
Liestiadi mengaku tugas yang dibebankan cukup berat dengan pertaruhan harga diri untuk mengamankan PSMS dari zona degradasi. "Ya, kita lihat saja nanti bagaimana kelanjutannya," kata WNI keturunan Tionghoa ini.
No comments:
Post a Comment