Sepertinya kasus pemecatan yang menimpa asisten pelatih PSMS Rudi Saari plus pelatih kiper Mardiyanto memantik keingintahuan masyarakat, utamanya para pecinta tim Ayam Kinantan. Apa sebenarnya yang terjadi di balik pemecatan kedua pelatih itu.
Menurut pengurus PS Telkom (anggota PSMS) Alwi Lubis, pemecatan yang menimpa Rudi Saari dinilai kurang tepat bahkan terkesan arogan.
“Jujur saja, saya sempat tidak percaya mendengar kabar bahwa Rudi Saari dipecat. Saat ini susah mencari pelatih seperti dia. Kalau dari segi teknis kepelatihan, saya pikir tidak ada masalah dengan Rudi. Saya yakin pasti ada faktor penyebab lainnya,” bilang Alwi Lubis Senin (23/3) kemarin.
Ditambahkannya, pemecatan yang dialami oleh kedua asisten pelatih itu, tak pelak memperkecil peluang PSMS untuk tetap bertahan di ISL. Pasalnya, Rudi Saari adalah orang yang paling tahu tentang pemain PSMS sekarang ini.
Sedangkan Mardianto adalah seorang pelatih kiper dengan kemampuan yang mumpuni. Praktis tanpa kehadiran mantan penjaga gawang klub Harimau Tapanuli itu, tak ada lagi orang yang mampu mengawasi serta mengevaluasi penampilan kiper PSMS yang sering tampil angin-anginan.
“Memang benar Sihar Sitorus adalah pengelola PSMS yang rela menggelontorkan uangnya agar PSMS dapat berlaga di ajang ISL. Tapi sebagai manajer tim, sepertinya dia terlalu campur tangan. Harusnya itu tak perlu dilakukan,” kata Alwi.
Komentar senada juga diutarakan mantan pemain dan pelatih PSMS Suryanto Herman. Menurutnya, tren pemecatan pelatih yang melanda PSMS, harusnya tak perlu terjadi, jika PSMS memiliki sejumlah pemain dengan kemampuan yang mumpuni dan pantas berlaga di ajang sekeras ISL.
Bahkan sejak awal Suryanto sudah menduga jika PSMS tidak akan bisa berbuat banyak di ISL dengan materi pemain pas-pas yang terlanjur di rekrut di awal kompetisi.
“Siapapun yang melatih PSMS, pasti akan mengalami masalah yang sama. Artinya, pelatih akan terus menjadi korban dari kondisi yang tak menguntungkan tersebut. Saya rasa PSMS akan terdegradasi,” kata Suryanto.
Sejauh ini, sejumlah kerancuan memang terjadi di tubuh PSMS. Beberapa waktu sebelum pemecatan Rudi Saari dan Mardianto, seluruh pemain hingga pelatih kepala terkesan menutup diri.
Tak satupun bagian di PSMS, baik pemain ataupun pelatih yang “berani” berkomentar. Jikapun para pemain atau pelatih ingin memberikan statemen ke media massa, maka sang pemain ataupun pelatih tadi harus terlebih dahulu “permisi” dengan salah satu divisi di manajemen PSMS, yang hingga kini tak mengerti tugas utamanya, sehingga terkesan melakukan overlapping.
Menanggapi segala permasalahan yang terjadi di PSMS sekarang ini, pengamat sepak bola nasional yang juga Ketua Fraksi PKS Medan Ikrimah Hamidy, ST mengatakan bahwa semua yang terjadi justru menegaskan jika sesungguhnya manajemen PSMS tengah dilanda kepanikan.
Menurutnya, sikap panik yang ditunjukkan Sihar Sitorus dengan memecat sejumlah “orang lama” di tubuh PSMS, bisa jadi bumerang bagi dirinya, yang kini sedang berjuang untuk menjadi anggota DPR-RI.
Terlebih, saat ini berhembus kabar yang menyebutkan bahwa Sihar berniat meninggalkan PSMS.
“Ini sebuah pukulan telak bagi manajemen PSMS yang dikomandoi Sihar. Kalau dulu dia dielu-elukan karena dianggap penyelamat PSMS, kini dia menjelma menjadi sosok paling tidak populer di tengah masyarakat Sumut, utamanya di mata suporter tim Ayam Kinantan,” bilang Ikhrimah.
“Jika kondisinya tak berubah, saya kira Sihar akan kehilangan sebagian besar calon pemilih. Apalagi, jika informasi tentang PSMS semakin sulit didapat, pasti masyarakat yang terlanjur mencintai PSMS akan mencibir keberadaan Sihar. Itu sudah pasti, karena PSMS telah menjadi ikon, bukan hanya bagi Kota Medan tapi juga bagi warga Sumut secara keseluruhan,” tandas Ikrimah
No comments:
Post a Comment