Friday, March 27, 2009

Mencari Kambing Hitam

Meski awalnya enggan membeberkan apa yang kini terjadi di tubuh tim Ayam Kinantan, namun manajer PSMS Sihar Sitorus akhirnya tak menampik jika dirinya telah memecat asisten pelatih Rudi Saari.

Oleh banyak pihak, pemecatan yang menimpa mantan pelatih PSMS Jr ini terkesan rancu, sebab dirinya dianggap tak mampu mengangkat performa tim.

Harusnya, jika penampilan seluruh pemain tak kunjung memuaskan, maka orang yang paling bertanggung jawab untuk itu adalah pelatih kepala, yang kebetulan dijabat Liestiadi. Lantas kenapa justru Rudi Saari yang dipecat?

“Untuk mendongkrak performa tim, saya telah memecat tiga orang pelatih, mulai dari Iwan Setiawan, Erick Williams hingga Luciano Leandro. Saya tak tahu lagi mau memecat siapa,” bilangnya.

Jawaban Sihar ini kian menggambarkan betapa frustasinya dia menangani PSMS. “Saya sudah jenuh menangani PSMS. Tolong dong, carikan pengganti saya,” pinta Sihar.

Lantas, apa yang menjadi penyebab Rudi Saari dipecat dari PSMS? Meski tak bersedia membeberkan secara rinci, namun Sihar tak menampik pemecatan Rudi Saari karena masalah internal yang tak layak diketuhi publik.

Sementara itu, prihal rumor yang menyebutkan jika manajemen PSMS sedang melakukan negosiasi dengan Rudi Williams Keltjes, Sihar tak menyanggahnya.

“Masih sebatas negosiasi saja. Kita belum sodorkan kontrak secara resmi. Begitupun, kami tetap mencari tahu, sejauh mana dia (Rudi Kaltjes, Red) mengetahui PSMS. Ini penting demi kemajuan PSMS ke depannya.

Andaikan Rudi Kaltjes jadi berlabuh ke PSMS, maka dalam satu tahun terakhir PSMS telah mempergunakan jasa empat orang pelatih. Dan ini merupakan “sejarah” di pentas sepak bola nasional.

Apalagi jika menoleh ke beberapa tahun silam, tepatnya ketika PSMS masih dipegang Randiman Tarigan. Praktis, suasana kondusif selalu mewarnai keseharian para pemain.

Saat itu, meskipun Randiman bertindak sebagai manejer tim, namun dirinya mampu bertindak sebagai seorang pengayom bagi seluruh pemain, pelatih serta ofisial tim.

Sisi positif lainnya, masyarakat tak pernah menemui kesulitan jika ingin mendapatkan informasi terbaru seputar PSMS. Bisa dipastikan jika seluruh skuad PSMS kala itu mendapat kebebasan untuk berbicara.

Sesuatu yang sangat berbeda dengan kondisi yang tercipta di PSMS sekarang ini. Apalagi jika pecinta si kulit bundar membandingkan sikap profesionalisme yang dianut PSMS dengan yang diterapkan oleh klub-klub besar Eropa, utamanya yang berasal dari Inggris.

Artinya, meskipun klub sebesar Manchester United berada di Inggris, namun hampir setiap waktu masyarkat Kota Medan dapat mendengar celoteh manejer tim, pelatih hingga pemain klub berjuluk The Reds Devils tersebut.

Sedangkan PSMS yang telah menjelma menjadi klub kebanggaan warga kota Medan, seakan tak mampu bersikap profesional, bahkan cenderung menutup diri. Jikapun ada informasi yang didapat masyarakat, hampir dapat dipastikan jika informasi yang didapat dari pihak manajemen selalu seragam dan tak istimewa.

“Percuma saja Sihar Sitorus mempelajari sepak bola di Inggris, jika mengurus klub seperti PSMS saja dia tak mampu,” bilang Ketua Badan Liga Sepak Bola Instansi Rafriandi Nasution SE

No comments: