SMS berhasil meraih tiga angka saat melakoni laga kandang perdana melawan PSAP Sigli di Stadion Teladan Medan, Kamis (3/12).
Meski menang, namun beberapa kekurangan masih terlihat, utamanya terkait ketajaman lini depan tim berjuluk Ayam Kinantan itu.
Melawan PSAP, Suimin Diharja bahkan harus memasang pemain belakang Nyeck Nyobe sebagai tukang gedor. Namun hasilnya tak maksimal.
Praktis dalam tiga laga terakhir, hanya Jecky Pasarela yang diplot sebagai target man. Namun apalah daya kalau harus berjuang seorang diri di kotak penalti lawan yang dikawal empat sampai lima pemain belakang.
Nah, untuk itu besar harapan Suimin agar Osas Saha legiun impor milik PSMS dapat turun di partai selanjutnya. “Lini depan masih tumpul. Saya sangat berharap Saha bisa segera dimainkan,” terang Suimin usai laga kemarin.
Pada laga kemarin, PSMS memang terlihat menguasai pertandingan. Namun di awal-awal babak pertama, demam panggung masih dirasakan sejumlah pemain. Buntutnya PSAP lebih banyak meneror lini belakang PSMS yang dikawal Slamet Riyadi.
Kondisi itu bahkan berlangsung hingga menjelang turun minum. Serangan PSMS baru mulai terpola ketika umpan-umpan terukur Affan Lubis dan Edu Juanda mengarah ke kota penalti lawan. Namun kerap tenang karena kurang tenang saat akan menyelesaikannya.
Kebuntuan berhasil terpecahkan tepat di masa injuri time. Gol pertama PSMS tercipta bukan dari kaki striker, melainkan kepala seorang Slamet Riyadi, stoper PSMS merangkap kapten tim. Gol itu tercipta berkat kerjasama apik dengan Nyeck yang memberikan umpan tarik kepada Slamet. 1-0 untuk PSMS.
Namun gol itu tidak diterima skuad PSAP yang menilai Slamet sudah berada dalam posisi offside. Padahal hakim garis tidak mengangkat bendera tanda offside.
Kendati demikian anak-anak PSAP tetap pada pendiriannya yang menggangap Slamet telah terperangkap offside.
Imbasnya, seluruh pemain PSAP mendatangi hakim garis, hingga terjadilah aksi saling dorong, bahkan terkesan anarkis kepada hakim garis.
Kericuhan semakin tak terelakkan ketika official PSAP turut melakukan protes. Belasan polisi yang siaga di dalam stadion akhirnya berhasil melerai. Namun lemparan air mineral dari arah tribun terlanjur diarahkan ke bench PSAP.
Menariknya, ada oknum official PSAP yang membalas lemparan penonton. Sontak penonton tambah marah dan kembali melempari bench dengan lebih banyak air mineral dalam botol.
Kejadian itu sempat menghentikan jalannya pertandingan. Begitupun kedua pihak akhirnya memutuskan tetap melanjutkan pertandingan.
Di babak kedua, permainan PSMS jauh lebih apik dari babak pertama. Beberapa peluang berhasil tercipta. Belum lagi skuad didukung oleh teriakan rap-rap dari suporter.
Saking semangatnya, sebuah kelapaan yang dilakukan Edu Juanda mengakibatkan bola masuk ke dalam gawangnya sendiri. Hal itu terjadi pada menit ke-56, saat mantan pemain Persebaya ini berusaha menghalau bola hasil sepak pojok PSAP.
Namun hal itu tidak berlangsung lama. PSMS kembali unggul di menit 64 ketika Jecky Pasarela berhasil menggetarkan jala lawan, lewat satu kemelut di mulut gawang PSAP hasil tendangan bebas Edu Juanda. Skor 2-1 untuk PSMS, hingga pertandingan usai.
“Saya tidak kecewa dengan penampilan anak-anak. Mereka main bagus namun tidak ada kesempatan untuk mencuri gol. Kami protes atas gol pertama PSMS, tapi kami terima hasil ini,” beber Kustiono, pelatih PSAP
No comments:
Post a Comment