SUDAH dua laga kandang digelar Panitia Pelaksana (Panpel) pertandingan kandang PSMS di Stadion Teladan. Melawan PSAP Sigli (3/12) dan PSSB Bireuen (7/12) lalu. Meski mengaku sudah bekerja maksimal, namun kekurangan di sejumlah lini masih terlihat.
Pertama dari buruknya sistem pengamanan dan sweeping panitia akan masuknya benda-benda keras ke dalam stadion. Dengan demikian, aksi pelemparan dari penonton masih terjadi. Sangsi dari Komisi Disiplin PSSI pun terancam mendarat di PSMS.
Dari segi pemasukan tiket juga tidak memuaskan. Dari laporan Ketua Panpel Hardi Mulyono kepada pers baru-baru ini, dijelaskan bahwa tiket yang terjual saat melawan PSAP hanya sekitar 2000 lembar. Yakni 410 di tribun tertutup dan 1700-an di tribun terbuka.
Harga tiket di tribun tertutup Rp50 ribu sedangkan tribun terbuka Rp20 ribu. Total pemasukan Panpel hanya berkisar Rp71.385.000.
Melawan PSSB Bireuen lebih parah lagi. Panpel mengaku hanya meraih pemasukan sekitar Rp54 juta. Hal ini dijelaskan Hendra DS saat digelar rapat evaluasi kemarin di Garuda Plaza Hotel. “Melawan PSSB cuma meraih Rp54 juta. Maka itu pada rapat evaluasi kemarin, dibahas juga mengenai tiketing ini. Mungkin bakal ada sistem baru yang diterapkan untuk menambah jumlah penonton,” terang Hendra.
Dengan demikian, Panpel baru mengumpulkan Rp125 juta dari pemasukan tiket dalam dua laga kandang. Parahnya lagi, Panpel menyebut bahwa hasil pemasukan itu merupakan hasil kotor belum dikurangi biaya teknis pelaksanaan termasuk pajak.
Julius Raja, Kordinator Teknis Panpel yang bertanggung jawab atas kondisi di dalam lapangan secara keseluruhan, juga berharap agar penonton bersikap damai. “Masih banyak kekurangan dari pelaksanaan pertandingan di kandang kemarin. Kita berharap penonton tidak bersikap anarkis,” kata Julius.
Julius juga menyebutkan pihaknya sudah disurati Komisi Disiplin PSSI. “Kita sudah terima surat dari Komdis, tapi saya akan jelaskan bahwa sebenarnya bukan kita yang lebih dulu memicu keributan,” pungkas Julius
No comments:
Post a Comment