Saturday, April 4, 2009

Evaluasi Pengelola

MEDAN- Sejak awal kompetisi Indonesia Super League (ISL) digelar, PSMS tampil di luar Kota Medan, yang tentunya membuat jarak dengan puluhan ribu penggemar setianya.

Kini beragam problema yang menggerus PSMS, kian menjauhkan PSMS dari fans setianya yang tetap berada di Medan. Terlebih saat ini PSMS terancam degradasi. Karenanya, seruan lantang agar keberadaan pengelola segera dievaluasi mulai disuarakan banyak pihak.

Salah satunya adalah Kampak DC. Melalui Presiden-nya Dicky Anugerah Panjaitan, diserukan jika keberadaan pengelola PSMS sekarang ini layak untuk ditinjau kembali.

Menurutnya, selain memiliki andil yang sangat besar jika nantinya PSMS terdegradasi, pengelola PSMS pun tak mampu menjadi penyambung tali ikatan emosional yang sempat terputus antara PSMS dan pendukungnya, pasca tim yang berdiri tahun 1950 ini dipastikan menjadai tim musafir.

Bahkan dengan tegas Dicky menyatakan bahwa KAMPAK FC merupakan barisan suporter pertama yang akan memboikot Sihar Sitorus selaku pengelola, seandainya PSMS sampai degradasi.

“KAMPAK FC akan menjadi barisan terdepan untuk menolak Sihar menjadi pengelola PSMS, jika PSMS sampai terdegradasi. Sejak awal kita sudah utarakan agar pengelolaan PSMS saat ini dievaluasi,” bilang Dicky saat dihubungi wartawan koran ini Kamis (2/4) kemarin.

Selain meminta agar keberadaan pengeloala PSMS ditinjau kembali, Dicky pun mempertanyakan kenapa pemilihan Ketua Umum PSMS menjadi bertele-tele.

Dengan kondisi PSMS yang terbilang rumit begini, Dicky bahkan sempat merasa jengah, karena tidak tahu akan meminta pertanggungjawaban ke pihak mana.

“Sepertinya pengelola PSMS saat ini bertindak sesukanya, pengurus juga demikian. Bukankah sebaiknya, pengurus dan pengelola duduk bersama untuk menentukan sikap,” kata Dicky melanjutkan.

Menurutnya, saat ini para supporter PSMS merasa jika tim yang sangat dibanggakan itu terasa semakin jauh akibat sikap tak professional yang diperlihatkan manajemen akhir-akhir ini.

“Dulu, ketika pertama kali hendak mengelola PSMS, manajemen mengatakan bahwa PSMS akan diarahkan menjadi klub yang lebih profesional. Ternyata semua itu hanya ucapan yang tidak disertai kenyataan,” beber Dicky.

Salah satu perwujudan adri sikap tidak fair yang dilakukan manajemen adalah melarang pemain, pelatih dan manajer tim untuk mengutarakan pendapatnya. Seluruh personil seakan dibelunggu haknya untuk mengeluarkan pendapat.

Kurang begitu jelas maksudnya, yang pasti saat ini masyartak kota Medan, utamanya para suporter sulit mendapatkan informasi terbaru tentang PSMS. “Itu merupakan sebuah pertanda jika manajemen sekarang ini bobrok, sehingga takut dikritik,” pungkas Dicky.

No comments: