Ketua Bidang Kompetisi PSMS, Freddy Hutabarat menilai batasan anggaran sebagai langkah penyeimbangan antar klub. Ia mengatakan Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) pasti sudah menakar kekuatan normal pendanaan. Kebijakan itu pula yang membuka peluang besar bagi PSMS menyasar kompetisi elitis sepakbola Indonesia.
Sementara itu, eks Wakil Manajer Benny Tomasoa mengklaim PSSI mengangkangi filosofi profesional. Berpotensi merusak iklim kompetisi. Sepatutnya klub diberi kebebasan dalam menganggarkan kebutuhan klub. Sebab klub yang lebih memahami kebutuhan internalnya.
"Hukum ekonomi harus dijalankan. Mekanisme pasar yang seharusnya jadi penentu. Itu baru profesional. Lucu kan, kalau ada batasan-batasan anggaran," ujarnya. Hukum ekonomi mengenal terminologi invisible hand (bc. Tangan-tangan tak tampak). Kekuatan pasar yang menentukan kompetisi. Uniknya, Bento di sisi lain justru mengamini pemberlakuan batasan gaji pemain.
Kecanggungan memang terlihat kentara di internal pengurus PSMS. Rapat pengurus yang belum digelar, telah membuat perspektif sedikit simpang siur. Kikuk, akibat cara pandang berbeda memaknai profesionalisme berikut kebijakan PSSI yang terkadang gamang. (Randy Hutagaol/tribunmedan)
No comments:
Post a Comment