DALAM beberapa kesempatan, isu membuang hampir setengah dari skuad yang ada saat ini ditanggapi dingin oleh sejumlah pengamat sepak bola di Medan. Beberapa mantan pemain PSMS juga menyayangkan apabila hal itu sampai terjadi.
Seorang pengamat yang angkat bicara adalah Amrustian, eks skuad PSMS di era tahun 1980-an yang kini berprofesi sebagai pelatih. Menurut pria yang sehari-hari mengikuti perkembangan PSMS saat ini di Stadion Kebun Bunga, langkah itu dianggap keliru. Dia mengatakan, skuad yang ada di PSMS saat ini sudah cukup baik dan telah membukukan prestasi dalam kategori yang cukup lumayan di putaran pertama. Hal itu dibuktikan dengan torehan hasil yang dikumpulkan.
Dari 10 laga, PSMS mampu meraih 13 angka dengan rincian, 3 kali menang, 4 imbang dan tiga kalah. Dan kekalahan itu lebih dikarenakan hal nonteknis.
“Ada faktor nonteknis yang membuat PSMS kalah dan seharusnya hal itu yang disikapi, bukannya malah membuang pemain. Pemain sudah cukup profesional dengan menerima segala keterbatasan di tim ini namun tetap bermain cukup baik,” ujarnya.
Keterbatasan itu menurut mantan pelatih Persidi Idi ini menyangkut berbagai hal, seperti ketiadaan bonus, fasilitas pendukung yang apa adanya, serta minimnya perhatian dari pengurus. “Tapi kita lihat sendiri, faktor yang seharusnya bisa melemahkan mental pemain itu, sama sekali tidak kita temukan di tim ini. Ya, dengan kemauan keras mereka tetap menunjukkan kemampuannya,” ungkap pemain PSMS era 80 an ini.
Amrustian menyayangkan, di saat pemain sudah membangun PSMS dari titik nol menjadi seperti sekarang, jerih payah mereka sama sekali tidak mendapatkan apresiasi. Nah, ketika akhirnya ada segenggam harapan dengan bakal cairnya dana hibah dari APBD Medan, malah pemain yang dari awal membangun klub ini akan dibuang.
“Jangan habis manis sepah dibuang-lah, mereka bangun tim ini dari saat gak punya dana, masa setelah punya dana, jasa mereka dilupakan. Sebaliknya yang menikmati APBD itu nantinya pemain yang tidak merasakan susahnya di PSMS sebelumnya, kan enggak adil,” ungkapnya.
Amrustian pun mengungkapkan, sebagai klub yang pernah membesarkannya, dia menilai, perhatian pengurus terhadap tim sangat minim. Kegagalan dan kesuksesan yang diraih tim tidak pernah mendapatkan apresiasi dari sosok-sosok yang ada dalam kepengurusan.
“Apalah salahnya ucapan selamat kalau tim memperoleh kemenangan untuk semakin memotivasi pemain dan sedikit teguran bersifat membangun kalau pemain sedang bermain buruk. Perhatian itu yang dibutuhkan pemain, ini malah sama sekali tidak ada, pemain enggak punya panutan selain pelatih,” sesalnya.
Sementara itu, mantan pemain PSMS lainnya, Muanda yang didampingi Sugeng Rahayu yang juga mantan penjaga gawang PSMS era 80-an mengungkapkan, hasil yang diperoleh PSMS ini merupakan hasil yang cukup signifikan untuk ukuran tim yang apa adanya. “Bayangkan, dari 10 pertandingan yang telah digelar dan, PSMS hanya tiga kali kalah, dan empat kali seri. Itu berarti, anak-anak masih bisa termotivasi walau dalam kondisi memprihatinkan. Namun, yang perlu disesali adalah minimnya perhatian yang diberikan pengurus dan manajemen,” bebernya.
Menurut Muanda, manajemen boleh saja menambah beberapa pemain yang berkualitas, tetapi skuad yang ada saat ini tetap dipertahankan. “Pengurus dan manajemen selalu mengingatkan pemain bersabar, namun saat sudah punya uang, jasa mereka kok dilupakan, inikan enggak benar,” timpal Sugeng
No comments:
Post a Comment