MEDAN- Kemenangan yang telah di depan mata, akhirnya sirna setelah Enjang Rohiman dan Ilham Hasan mampu membobol gawang Markus Horison sebanyak dua kali.
Sebelumnya, pada lanjutan pertandingan Indonesia Super League (ISL) yang berlangsung di Stadion Gelora Bumi Kartini, Jepara, kemarin (2/3), tim Ayam Kinantan terlebih dahulu unggul dua gol atas lawannya, Persijap Jepara.
Sayangnya keunggulan dua bola yang disumbangkan Aun Carbiny pada menit ke-32 dan Juan Salaberry di menit ke-40, tak menjamin jika tim besutan Liestiadi akan memetik poin sempurna di hadapan suporter Persijap.
“Kita sama-sama lihat bagaimana kepemimpinan wasit. Pada pertandingan tadi (kemarin, Red) kita sangat banyak dirugikan wasit. Padahal, sebelum pertandingan berlangsung saya sangat optimis jika kita akan mampu memetik poin sempurna. Tapi itulah sepakbola. Semuanya tak dapat dihitung layaknya matematika,” bilang pelatih PSMS Liestiadi seusai pertandingan.
Liestiadi pantas kecewa dengan hasil tersebut. Tapi secara jujur mantan staf pengajar di SMA Sutomo Medan itu mengaku salut dengan penampilan anak asuhnya.
“Luar biasa. Meskipun mendapat teror dari suporter tuan rumah, serta sikap tak bersahabat yang diperlihatkan wasit, namun mereka tak goyah dan tetap tampil penuh semangat,” bilang Liestiadi.
Hanya saja keyakinan serta semangat yang diusung oleh seluruh punggawa PSMS tak berarti apa-apa di mata para pemain Persijap yang terlanjur memiliki ambisi untuk mengejar ketertinggalan dua gol yang terjadi di babak pertama.
Hasilnya di menit ke-48 Enjang Rohiman mampu memperkecil ketertinggalan timnya menjadi 1-2.
Gol ini kian membangkitkan semangat pemain Persijap. Serangan yang dilakukan dari segala arah membuat pemain PSMS frustasi dan kerap melakukan blunder di lini pertahan sendiri.
Puncaknya, minimnya kordinasi antara Edi Sibung dan Aun Carbiny menjadi awal kehancuran mimpi PSMS untuk meraih poin sempurna.
Di menit ke-72 bola sundulan Eddi Sibung justru mengarah ke striker Persijap Ilham Hasan yang sama sekali tak terkawal. Imbasnya, striker penggati ini menaklukkan Markus Horison, sekaligus menyamakan kedudukan menjadi 2-2.
“Saat itu Eddi Sibung dan Aun Carbiny merasa gugup dengan tekanan yang dilakukan Persijap. Padahal, seharusnya itu tak perlu terjadi. Karena, meskipun mereka menerapkan formasi 4-3-3, dengan menempatkan tiga striker di lini pertahanan kita, namun kita memiliki empat pemain bertahan yang berdiri sejajar untuk mematikan pergerakan ketiga striker tadi,” terang Listtiadi.
Dengan hasil ini, PSMS naik satu peringkat ke urutan 15 menggusur PSIS. Kedua tim sama-sama mengantongi 17 poin dari 22 kali penampilan, namun PSMS unggul agregat gol.
“Satu-satunya cara agar kita lolos dari zona degradasi adalah memenangkan semua pertandingan tersisa, tanpa memandang siapa lawan yang akan dihadapi. Apakah itu tim besar, apalagi tim kecil. Pokoknya semua lawan harus dikalahkan,” tekad Liestiadi.
Ungkapan Liestiadi ini terkait dengan lawan yang akan dihadapi Affan Lubis dkk pada Kamis (8/3) mendatang, kala menantang Persita Tangerang, yang kemarin mampu menjungkalkan salah satu tim elit di ajang ISL Sriwjaya FC dengan skor 2-1.
Sementara itu bagi Persijap, hasil seri ini tak cukup untuk mendongkrak posisinya di klasemen sementara. Dengan koleksi 39 poin dari 23 kali laga, Laskar Kalinyamat-julukan Persijap-tetap berada di urutan ke-5
No comments:
Post a Comment