MEDAN-PSMS Medan mulai memikirkan untuk mengesampingkan gaya rap-rapnya di laga sisa Indonesia Super League (ISL). Hal itu dikatakan Rudi Keltjes-arsitek PSMS sebagai salah satu trik menghindar dari kecurangan yang kerap muncul dari sang pengadil lapangan.
Evaluasi yang diambil Rudi Keltjes itu diputuskan usai kandas kontra Persib (13/5) lalu. Kepada Sumut Pos Rudi berujar bahwa dirinya akan menginstruksikan kepada pemain agar bermain aman saja, setiap bertandang ke markas lawan. Terlebih saat bola berada di kotak penalti lawan.
“Usai laga kontra Persib, kita punya cukup waktu untuk mencari siasat agar tak lagi dikerjai wasit. Salah satunya dengan mencoba bermain halus di kotak penalti. Atau, bisa saja kita cari cara main aman lainnya,” kata Rudi.
Artinya, PSMS lebih memilih mengalah dengan kondisi. Bosan terus dikerjai, bosan terus mengadu ke PSSI, karena memang tak ada tindakan lanjutan. “Lebih baik kita yang ubah cara bermain. Yang penting bisa lepas dari tipu daya wasit. Semoga pihak-pihak yang curang akan mendapatkan karma setimpal,” lanjutnya.
Masalahnya, Ayam Kinantan sudah terlanjur identik dengan gaya rap-rap. Apakah pilihan ini tidak akan menjadi bumerang? “Yang penting menang dulu. Bagi saya tak masalah main bagus atau jelek, sebab PSMS saat ini butuh hasil menang,” kata Rudi di awal kepelatihan di PSMS Maret lalu.
Sihar Sitorus-manajer PSMS juga sudah pusing dengan situasi ini. “Entahlah. Sudah tak ada gunanya melapor ke PSSI. Yang penting pemain PSMS tetap berlatih dan mempunyai semangat juang untuk menghindari degradasi. Cuma itu yang bisa dilakukan,” beber Sihar.
Keputusan ini diambil Rudi setelah melihat beberapa laga terakhir PSMS. Beberapa laga terakhir PSMS kerap kesulitan meraih hasil sempurna. Terlebih kalau harus melakoni laga ke markas lawan. Contohnya saat melawat ke markas Persijap Jepara dan Persib Bandung.
Saat dijamu Persijap, PSMS sebenarnya main bagus. Buktinya baru dua menit laga berlangsung PSMS bisa mencuri gol lewat kapten tim Esteban Guillen. Sayangnya, usai gol itu wasit mulai berat ke tuan rumah. Salah satunya dengan memberi hadiah penalti kepada tim tamu tanpa alasan yang bisa diterima pemain dan manajemen, dan menganulir gol Zada yang dilesakkan dari tendangan bebas. Padahal bola meluncur jelas ke arah gawang, namun wasit menilai gol itu berbau offside karena ada pemain PSMS yang berdiri di belakang pemain Persijap. Akhirnya PSMS kandas dengan skor 4-2.
Melawan Persib, PSMS juga mendapat cobaan. Yakni saat wasit asal Malang Suprihatin yang memimpin pertandingan memberikan hadiah penalti kepada tuan rumah, karena Mauro Pinto-bek PSMS dianggap handsball. Padahal dia sama sekali tak menyentuh bola. Hal itu terlihat dari tayang ulang yang diputar Antv.
Atas hasil buruk itu, PSMS saat ini nangkring di posisi 15 klasemen sementara. Posisi itu merupakan posisi play off degradasi. Kalau PSMS tetap bertahan di posisi itu hingga akhir musim, sebenarnya sudah bagus.
Karena PSMS masih diberi kesempatan menghirup nafas di ISL. Tapi syaratnya PSMS harus rela menjalani laga play off dengan tim peringkat empat divisi utama. Kalau menang tetap bertahan, jika kandas maka ISL musim depan tinggal kenangan
No comments:
Post a Comment