Saturday, February 7, 2009

Irfan Bachdim

SUPER EKSKLUSIF Irfan Bachdim: Saya Akan Senang Membela Negeri Yang Indah Ini

Irfan Bachdim, pemain keturunan Indonesia-Belanda yang kini merumput di FC Utrecht U-23, mengaku sangat mencintai Indonesia dan memberi isyarat "come and get me" untuk timnas. Tapi dengan syarat...

SUPER EKSKLUSIF Irfan Bachdim: Saya Akan Senang Membela Negeri Yang Indah Ini
Pengantar Redaksi:

Tidak ada yang salah dengan harapan.

Sebagian pembaca GOAL.com Indonesia setengah murka ketika membaca pernyataan Radja Nainggolan yang lebih ingin bermain untuk Belgia ketimbang negeri kelahiran ayahnya, Indonesia. Selain tak bisa disalahkan sepenuhnya karena status sebagai pemain Eropa (tepatnya: Uni Eropa) bak mimpi segala pemain sepakbola, mungkin Radja memang belum pernah merasakan secara langsung antusiasme bolamania Tanah Air.

Satu nama lain yang juga memiliki harapan serupa dari masyarakat Indonesia adalah Irfan Bachdim. Seperti Radja, pemain berdarah Indonesia berusia 20 tahun yang bermain untuk FC Utrecht di Eredivisie Belanda ini dianggap bisa menjadi "missing link" bagi prestasi tim Merah-Putih.

Irfan memang lahir dari ayah seorang Indonesia, Noval Bachdim dan ibu asli Belanda bernama Hester van Dijic. Dengan tinggi badan 172 cm dan berat 62 kg, pemain kelahiran 11 Agustus 1988 ini memainkan posisi gelandang tengah dalam skuad junior FC Utrecht.

Tapi, seperti apa isi hati dan kepala Irfan sendiri? Seberapa kental keindonesiaannya, seperti misalnya pendapatnya soal masakan khas Indonesia? Apa yang dikorbankannya untuk menjadi pemain sepakbola profesional? Dan, yang terpenting, apa pendapatnya tentang bermain dengan Merah-Putih di dada?

GOAL.com Indonesia bekerjasama dengan wartawan GOAL.com Belanda Tommy van Eldik, yang kebetulan seorang pendukung FC Utrecht, mencoba menjawab rasa penasaran pembaca!


Irfan Bachdim

GOAL.com: Bagaimana kisah Anda hingga menjadi pemain yang akhirnya dipantau dan bermain untuk FC Utrecht?

IRFAN BACHDIM: Saya mulai bermain di Argon, Mijdrecht [salah satu klub amatir terkuat di Belanda dengan akademi taruna yang mumpuni]. Setelah masuk akademi taruna Ajax Amsterdam, tapi setelah dua tahun di sana saya bergabung dengan Argon lagi. Seiring bertambahnya usia, tim seperti Sparta Rotterdam dan FC Utrecht tertarik merekrut saya. Karena Argon dan FC Utrecht punya perjanjian tentang pemain muda berbakat, akhirnya saya bermain di sini.

Utrecht memberikan saya kesempatan untuk menjalani ujicoba, yang saya jalani dengan baik. Namun, usai ujicoba, saya tak mendapat kabar apapun dari mereka. Saya kecewa. Tak lama setelahnya Utrecht menyelenggarakan hari khusus bagi pemain muda berbakat untuk unjuk kemampuan. Karena pengalaman buruk itu, ibu melarang saya ikut. Tapi saya tetap pergi, karena terkadang kekeraskepalaanku muncul. Utrecht memantauku dan memberi kesempatan untuk unjuk kemampuan di dua tim yang berbeda, Utrecht U-16 dan Utrecht U-18. Lagi-lagi mereka bilang akan mengontrakku, tapi ternyata tidak. Saat itu aku konsentrasi penuh untuk Argon.

Namun, begitu saya pulang ke rumah sewaktu libur musim panas tahun yang sama, Utrecht mengirim surat berisi undangan untuk membicarakan kontrak. Akhirnya mimpi saya jadi kenyataan! Kini saya sudah bermain untuk Utrecht selama enam tahun.

Saat ini saya bermain untuk Utrecht U-23. Musim lalu saya bermain sekali untuk tim inti di liga. Di liga U-23 biasanya kami bermain melawan pemain seusia, tapi terkadang tidak juga. Kami baru saja bermain melawan Ajax U-23 yang diperkuat Evander Sno dan Kennedy Bakircioglu! Jujur, liga U-23 sangat mengandalkan fisik.

GOAL.com: Siapa pemain terbaik yang pernah Anda hadapi?

IRFAN: Tjaronn Cherry dari FC Twente [kini sedang dipinjamkan ke Cambuur Leeuwarden, klub divisi dua Belanda]. Saat bermain Twente U-23, dia tampil luar biasa. Di liga ini gampang terlihat pemain yang bagus kalau mereka sudah berlatih bersama tim inti masing-masing.

GOAL.com: Seperti apa diri Anda sebagai pemain sepakbola?

IRFAN: Saya menganggap diri saya pemain yang cepat, yang senang menggiring bola, punya teknik bagus dan bisa mencetak gol. Karena tinggi hanya 172 cm, bisa dibilang saya bukan pemain yang tinggi besar.

GOAL.com: Siapa idola Anda saat mulai mengenal sepakbola?

IRFAN: Saya pengagum berat pemain AC Milan, Kaka. Saya fans berat Kaka baik sebagai pemain maupun sebagai individu. Seperti dirinya, saya juga orang yang relijius. Karena itu saya tak suka tingkah laku rekan senegaranya Ronaldinho dan Adriano, yang gemar minum dan pesta. Itu bukan saya!

Saat kecil saya punya idola lain, Dani [Daniel da Cruz Carvalho, pemain Portugal yang pernah bermain untuk Ajax]. Dia gelandang tangguh. Istimewanya, saya berlatih di Ajax saat dia masih bermain di sana.

GOAL.com: Anda setengah Belanda, setengah Indonesia. Anda ingin membela timnas mana?

IRFAN: Pilihan yang sulit. Idealnya, saya ingin bermain untuk kedua tim, tapi itu mustahil. Saya pernah bermain untuk Indonesia U-23. Tentunya level timnas Belanda lebih tinggi, jadi kalau dilihat dari faktor ini, saya akan memilih Belanda. Tapi, sangat sulit bagi saya menembus timnas Belanda, jadi jika impian itu terlihat mustahil diwujudkan, saya akan senang bermain untuk Indonesia.

GOAL.com: Jadi, bermain untuk Indonesia adalah pilihan yang serius buat Anda?

IRFAN: Tentu saja ini pilihan serius. Saya akan sangat senang jika bisa bermain untuk negeri yang indah ini.

GOAL.com: Anda tahu apa saja soal Indonesia, tentang negara dan sepakbolanya?

IRFAN: Tentu saya tak asing dengan Indonesia. Negara yang indah, tapi bukan negara yang makmur. Saya harus mengakui bahwa level sepakbolanya tidaklah tinggi dan sepakbola tidak sepopuler di Belanda. Berkat beberapa teman yang pernah bermain eksebisi di Indonesia, saya tahu sepakbola di Indonesia keras dan level permainannya tidak terlalu buruk. Banyak pemain asing di [liga] Indonesia, misalnya dari Kamerun, Brasil, dan Cili. Saya tak sering mengikuti perkembangan sepakbola Indonesia, karena sulit melakukannya dari sini.

GOAL.com: Apakah Anda mampu berbahasa Indonesia?

IRFAN: Tidak, karena di rumah saya tidak dibesarkan dengan dua bahasa. Saya tahu beberapa kata, yang dipelajari saat berlatih bersama Indonesia U-23. Itupun kata-kata untuk berkomunikasi dengan rekan setim di lapangan.

GOAL.com: Menurut Anda, bagaimana rasanya masakan Indonesia?

IRFAN: Jawaban saya mudah dan saya bisa menegaskan hal ini: saya sangat mencintai masakan Indonesia!

GOAL.com: Apa yang Anda lakukan di waktu senggang?

IRFAN: Saya bersekolah di CIOS [akademi olahraga nasional Belanda], tapi saya harus keluar karena dikontrak Utrecht. Saya masuk Universitas Johan Cruyff setelah itu, tapi jujur saya tak terlalu menyukainya. Saya ingin belajar lagi, saya suka bidang fisioterapi. Namun, saya masih harus membuktikan diri di Utrecht, jadi sepertinya keinginan itu takkan terwujud dalam waktu dekat.

Selain sepakbola, saya bermain tenis. Saya bukan anggota klub tenis, tapi saya menyukai olahraga ini. Saya juga sering fitness, karena secara fisik saya tidak terlalu kuat. Kakak saya punya sekolah fitness, jadi saya sering berada di sana. Saya juga sering bermain sepakbola di jalanan dengan teman-teman hanya untuk bercengkerama bersama mereka.

GOAL.com: Apa yang Anda lakukan saat berada di Indonesia?

IRFAN: Saya beberapa kali ke Indonesia, tapi tak terlalu sering. Saat di sana, kami banyak mengunjungi keluarga ayah. Kami sering berwisata ke banyak tempat di Indonesia, karena ini negara yang indah. Dan tentu saja saya bisa sepuasnya makan banyak hidangan Indonesia -- terbaik yang ada di dunia!

*Agung Harsya & Bima Prameswara Said


Sama halnya dengan Radja, Irfan akan memantau terus komentar-komentar dari pembaca GOAL.com Indonesia. Silahkan sampaikan tanggapan Anda melalui formulir di bawah ini.

Penasaran dengan gaya permainan Irfan? Lihat sendiri aksinya melalui cuplikan video ini:



No comments: